Sunday, September 11, 2016

Membangun semangat menulis

Dulu ketika ditanya tentang apa hobiku? Sering kali ketika aku jawab membaca dan menulis, dan pilihan profesi yang  ingin aku tekuni adalah jadi penulis, mereka mentertawakan. Hingga pada suatu saat, aku tidak bersemangat dan hampir mengubur hobi itu. Sehingga  latihan menulispun makin lama makin jarang. Namun untuk membaca, hingga saat ini masih belum hilang. Meskipun intensitas membacanya tidak segairah dulu.

Menulis itu mengikat ilmu
Saat ini, dengan banyak berkembangnya teknologi informasi, dan terbukanya akses internet, aku lebih banyak membaca artikel atau tulisan di website. Pertimbangannya, di dunia maya tersedia tulisan dari berbagai topik, bermacam penulis atau pengarang, dari beragam penerbit. Bahkan melalui search di internet, kita bisa mencari tulisan tentang suatu topik dari tahun terlama hingga pembahasan terkini.  

Dari kebiasaan membaca di website itu, aku menemukan semangat menulis dari sahabat Rasulullah SAW, yaitu Ali bin Abitholib R.A. Dalam sebuah tulisan orang, beliau mengajarkan bahwa ketika kita sudah membaca, maka kita akan memperoleh ilmu. Dan untuk menjaga agar  ilmu itu  terkumpul dan  tidak tercerai berai, maka ikatlah ilmu itu dengan menuliskannya.

Sesaat aku tertegun. Aku menemukan semangat baru untuk memupuk hobi. Karena sebenarnya membaca dan menulis itu merupakan ajaran agama, dan sudah dianjurkan sejak jaman Rasulullah SAW. Betapa tidak, wahyu pertama dalam Al Qur’an  yang diturunkan Allah kepada Rasulullah SAW adalah perintah untuk membaca. Dari sinilah, aku merasa bahwa menggiatkan lagi kebiasaan membaca dan menulis merupakan keharusan.

Sebagai amalan yang tidak terputus pahalanya
Selain itu, aku tersadar bahwa manfaat yang akan kita petik dari membaca dan menulis sangatlah besar. Bahkan  membaca dan menulis itu dapat bermanfaat hingga akhirat. Ini sejalan dengan hadits Rasulullah SAW bersabda bahwa akan putus hubungan antara segala hal di dunia dengan seseorang sesudah mati. Namun ada tiga perkara yang tidak akan pernah putus, yaitu (1) ilmu yang bermanfaat (2) amal jariyah dan (3) anak shalih yang mendoa untuk orang tuanya. Dalam hal ini, jika kita membaca tentang sebuah ilmu, kemudian menuliskannya; Tulisan kita itu bermanfaat bagi orang lain. Bukankah ini sebuah hobi yang berdampak dunia-akhirat?  Subhanallah.

Ada tiga jenis bacaan wajib yang bervitamin
Untuk itulah dengan berbagai upaya, aku berusaha untuk memupuk hobi menulisku dengan banyak membaca.Mengapa membaca? Jelaslah untuk bisa menulis harus banyak membaca. Karena segala yang kita tulis, sesungguhnya berasal dari informasi yang kita baca.

Untuk memupuk kebiasan membaca, aku rutinkan tetap membaca artikel di website. Namun pernah aku diingatkan oleh Ibu Agus Mita, dalam artikel yang pernah aku baca. Beliau menyatakan bahwa buku atau bahan bacaan yang perlu dibaca untuk meningkatkan kapasitas seseorang dalam sebulan minimal adalah tiga macam buku.  Ketiga macam buku tersebut adalah buku agama, buku yang membahas tentang bidang keilmuan kita dan buku tentang hobi kita. Kalau dirasa, ada benarnya. Kadang sehari ini, ibarat makan, kita banyak makan makanan yang mengandung Karbohidrat. Di kehari berikutnya kita hanya makan vitamin. Bukankah tubuh kita setiap hari perlu konsumsi karbohidrat-protein-vitamin dan mineral secara bersama-sama dalam jumlah seimbang? Begitu juga dengan membaca jenis bacaan. Perlulah seimbang jenis bacaan yang kita baca..

Dua buku favoritku
Dalam hal menulis, ada buku yang sangat aku suka berulang-ulang membacanya. Sebut saja misalnya buku Goenawan Mohammad “Seandainya aku wartawan TEMPO” dan buku tulisan Slamet Suseno “Teknik menulis ilmiah populer”. Kedua buku itu bagiku sangat inspiratif dan layak sebagai sumber belajar menulis. Terutama bagiku yang menekuni menulis jenis non-fiksi.

1 comment:

  1. Sungguh bahagia jika tiap bulan kita bisa membaca tiga buku. Tulisan ini sungguh menginspirasi saya. Ayo, mas Cokro, kita berlomba dalam membaca dan menulis. Semoga tulisan kita menjadi ilmu inspiraai orang lain untuk berbuat kebaikan. Bukankah itu akan menjadi pahala yang tak terputus. Selamat berkarya, mas Cokro.

    ReplyDelete