Monday, September 26, 2016

Menulis di surat kabar harian

Pengalaman menulis e-Book dan “menerbitkannya” ternyata tidak semenantang ketika tulisanku berhasil pertama kalinya dimuat dalam kolom Wacana di  harian surat kabar Suara Merdeka. Menulis artikel di koran sangatlah ketat aturannya dan sangat kompetitif. Seperti lolos dari lubang jarum!

Bagaimana tidak?  Ketika artikel dapat dimuat di surat kabar harian, minimal tulisan itu telah memenuhi tema saat harian itu terbit.” Sehingga haruslah kita mengetahui tema harian atau minimal tema mingguan surat kabar” Itulah kira-kira saran yang diberikan Pak Cocong-seorang Redaksi Senior Wacana, Harian Suara Merdeka.  Seringkali aku menulis dan mengirimkannya ke harian surat kabar dan tidak dimuat, itu karena tema  tulisanku sudah lewat.

Memahami tema surat kabar
Tema di harian surat kabar, jika aku perhatikan berubah setiap hari atau minggu. Untuk itu, aku harus mengetahui dan mencoba mengikutinya. Dalam hal ini, aku harus mengetahui atau memiliki daftar event penting atau  hari-hari besar nasional selama satu tahun. Dengan demikian, aku dapat menyiapkan tulisan untuk suatu tema sesuai event atau hari besar tertentu. Aku ingat ketika menulis artikel tentang kualitas pelayanan kesehatan, dimuat dua hari setelah peringatan Hari Kesehatan Nasional, 12 November beberapa tahun lalu.

Hal lain yang dapat menjadi tema surat kabar, adalah adanya peristiwa atau fenomena yang menjadi trending topic di masyarakat. Tetapi, dengan menulis sesuai tema penerbitan pun ternyata tidak jaminan dimuat dalam harian surat kabar. Hal ini, disebabkan  penulis kolom untuk satu tema penerbitan itu sangatlah banyak  Sedangkan jumlah artikel yang tersedia dalam satu kolom, tentulah sangat terbatas. jumlahnya.  

Memenuhi kriteria kualitas penulisan yang disyaratkan
Sebut saja misalnya dalam kolom Wacana Suara Merdeka, rata-rata hanya tersedia dua artikel. Dari dua itupun masih dibagi menjadi dua, yaitu Wacana Nasional dan Wacana Lokal. Praktis ketika kita membidik tulisan kita untuk dimuat dalam Wacana Lokal, maka kuota yang tersedia, hanya satu artikel!  Sehingga ketika tulisan kita dimuat dalam kolom, seperti Wacana misalnya, sungguh,  tulisan kita telah berhasil menyisihkan ratusan tulisan pesaingnya.

Sehingga, penting bagi kita untuk mengetahui standar kualitas tulisan yang dipersyaratkan oleh surat kabar.  Pernah suatu kali, aku menanyakan perihal nasib tulisan yang aku kirimkan. Jika secara tema, aku yakin masuk, tetapi sampai dua minggu sejak aku kirim via e-mail, tak kunjung terbit juga.

Menjalin komunikasi dengan redaksi
Hari berikutnya, aku memperoleh  e-mail balasan. Intinya, dari redaksi menyampaikan, bahwa pada dasarnya tulisanku memenuhi tema. Mereka meminta agar aku menyederhanakan tulisan hingga memenuhi jumlah karakter yang disyaratkan.

Ketika tulisan itu aku perbaiki dan aku kirimkan kembali sesuai yang disarankan redaksi, namun hingga kini tulisan itu tidak pernah dimuat. Aku sadar, walaupun sudah aku perbaiki naskah tulisanku sesuai persyaratan jumlah karakter huruf, namun secara tema jelas sudah lewat dan tidak sesuai.  Meskipun tulisanku akhirnya tidak dimuat, aku tetap salut pada dewan redaksi Wacana yang memberikan layanan terbaiknya. 
Hal-hal diatas tadi, bagiku  merupakan tantangan, yang memacu untuk terus belajar menulis yang lebih baik dan tidak mandeg.

No comments:

Post a Comment