Thursday, September 15, 2016

Tugas pertamaku di Puskesmas Karanganyar

Kantor Puskesmas Karanganyar,  orang sekitar menyebutnya sebagai Klinik atau Rumah Sakit Nirmolo. Nama Nirmolo kalau ditelisik dari cerita maupun dari penuturan tokoh/pelaku sejarah,  tidak lepas dari sejarah Karanganyar sebagai Ibu Kota Kabupaten.
Namanya Nirmolo dan letaknya di pinggir timur kota Karangnayar. RS Nirmolo dibangun  sebagai kelengkapan yang dipersyaratkan bagi sebuah kota. Nama rumah sakit Nirmolo menginsyaratkan bangunan itu berasal dari awal abad ke-20, ketika pengaruh  propaganda 'Timur' makin terasa. Dengan tampilnya nama Nirmolo berarti tanpa penyakit, makin menambah “cita-rasa” propaganda sebagai “Saudara ASIA”.

Kesan khas bangunan itu, sangat terasa ketika aku memasuki komplek bangunan RS Nirmolo yang sekarang menjadi Puskesmas Karanganyar itu.  Ini terjadi di awal November tahun 1987. Halaman yang luas dan ditumbuhi pepohonan di kanan kirinya mendatangkan suasana hijau. Letaknya yang berbatasan dengan pesawahan, senantiasa terkena terpaan angin yang bertiup dari pesawahan, membuat  lingkungan terasa sejuk, hingga membuat daun telingaku terasa dingin.

Ketika pertama kali aku memasuki bangunan Puskesmas, aku melihat betapa kokoh dan tebal setiap dindingnya, juga tinggi ukuran pintu dan atap plafonnya. Aku menemukan ruang pertama, yang aku tahu dari tulisan yang ada, adalah loket pendaftaran. Sepi, pintunya tertutup. Sesekali ada petugas yang keluar, sepertinya bergegas mau pulang kantor. Aku akui bahwa aku datangnya sudah siang, untuk ukuran kerja di Puskesmas kala itu. Padahal, jika di kantor Dinas Kesehatan Kabupaten, waktu seperti saat itu, masih ramai dengan pelayanan kantor. Hingga aku segera berlari kecil, menghampiri petugas. Sambil mengulurkan tangan untuk bersalaman, aku berucap salam. “Assalamu’alaikum. Maaf Mas, kalau saya mau ketemu Kepala Puskesmas, dimana ya?” Dengan singkat petugas itu berkata: “Sudah tutup. Paling ke TU (Maksudnya, Tata Usaha), barangkali masih ada orang” Berkata singkat petugas yang belakangan saya tahu namanya Mas Suprapto-seorang pekarya kesehatan yang bertugas di loket obat, itu sambil menunjuk ke arah lokal bangunan yang terletak di sebelah utara.

Sambil melangkah pelan, aku melihat tengadah dan melihat sekeliling bangunan. Sepertinya aku berjalan melintas dibawah doorloop, yaitu bangunan beratap yang menyerupai lorong yang menghubungkan antar ruangan utama. Jauh disebelah kananku berjalan, kira-kira 200 meter, aku melihat bekas bangunan tower air yang kokoh berdiri. Sementara dekat bangunan tower, ada sisa dinding selebar kira-kira satu ruangan, dari dindinglainnya yang sudah runtuh. Pemandangan bangunan bekas tower air itu, semakin menguatkan kesan bangunan lamanya, sebagai Rumah Sakit Nirmolo. Konon letak rumah sakit yang berada di batas persawahan, pada waktu itu tentunya dihubungkan dengan udara di sana yang segar. Karanganyar belum membutuhkan air pipa, karena air tanah masih mencukupi, dan bilamana cadangann memyusut—misalnya pada waktu musim kemarau—maka dapat terjadi penambahan aie dari saluran pengairan di dekatnya yang airnya berasal dari pintu air Sindut, menuju ke kota dan terus ke persawahan.

Tulisan mendatang:
Sepertinya aku pegawai paling muda, hingga dipanggil “Mbah”
Didaulat sebagai koordinator Tim
Banyak belajar dari banyak lomba
Dari gudang obat, hingga pavillion



No comments:

Post a Comment