Monday, September 19, 2016

"Banyaklah belajar dari lomba desa"

Banyak belajar dari banyak lomba desa
Setelah penugasan dari Kepala Puskesmas dalam staff meeting, akupun segera berkonsultasi kepada atasan dan pegawai-pegawai senior, berkoordinasi dengan para pelaksana program lainnya yang terkait, selain itu akupun melakukan konsolidasi ke dalam tim. Meskipun rata-rata yang aku temui, semua senior, memiliki pengalaman jauh lebih banyak di lapangan. Sehingga strategi yang aku gunakan lebih banyak jadi pendengar yang baik. Berbagai masukan aku tampung, aku kelompok-kelompokkan, ketika menjadi strategi program, aku berkonsultasi pada pimpinan.

Dari hasil mendengar, menampung dan mengelompokkan ide serta mendengarkan pertimbangan pimpinan, aku baru tahu persoalan mendasar administrasi dan program gizi di Puskesmas Karanganyar ini. Akupun menjadi tersadar, mengapa Dinas Kesehatan menempatkanku disini, pikirku dalam hati. Walaupun di sisi lain, aku melihat juga, potensi, dukungan, peluang untuk meningkatkan program gizi di Puskesmas. Salah satu peluang yang aku tangkap dari Kepala Puskesmas, bahwa di Karanganyar ini merupakan daerah lomba. Dari lomba pembangunan desa, lomba PKK hingga lomba sekolah sehat dan dokter kecil. Dalam pikiranku, saat lomba merupakan saat paling mudah menggerakkan partisipasi masyarakat dan kader desa. Bagaimana tidak, karena pada saat yang sama seluruh komponen dan stake-holder terkait juga memberikan dukungan pada kegiatan tersebut.

Selain kegiatan lomba, aku melihat peluang lain, yaitu adanya pertemuan kader dan dukun bayi setiap bulan. Dari beberapa masukan petugas, pertemuan pembinaan ini sudah rutin, tapi sayangnya hanya merupakan forum arisan. Sedangkan pengisian materi pembinaan, sangatlah terbatas. Karena selama ini pembinaannya lebih banyak diisi dari Bidan KIA, sedangkan materi lain seperti imunisasi, KB, Penanggulangan diare dan administrasi/program gizi sangatlah jarang diberikan.

Dari gudang obat, hingga lemari perpustakaan
Setelah mengetahui beberapa persoalan mendasar administrasi dan program gizi di Puskesmas, dan mengetahui peluang yang ada. Sepertinya aku tidak mau membuang kesempatan untuk segera berbenah, mengumpulkan kuatan dan beraksi memperbaiki keadaan. Tekad itu, aku mulai dari gudang obat. Mengapa gudang? Pastilah di tempat ini digunakan untuk menyimpan berbagai logistik, obat dan perbekalan dari berbagai program kesehatan.

Setelah bertemu dan minta izin kepada petugas obat dan penanggung jawab  gudang, akhirnya aku diperkenankan masuk. Oleh Pak Wasimin, demikian nama penanggungjawab gudang itu, yang aku perhatikan orangnya sangatlah santun dan baik hati. Hingga aku dipersilakan melihat  dan membongkar barang yang sekiranya perlu dipindahkan. Pak Wasimin mendampingiku memasuki gudang. Dan benar, aku melihat sesuatu yang aku pikir dapat menjadi alatku kerja dan memperbaiki keadaan.

 Mataku tertuju pada setumpukan blanko SKDN, register pencatatan, poster-poster warna warni berisi iklan layanan masyarakat, buku-buku pedoman pencatatan di Posyandu. Semuanya masih terikat rapi belum, terbuka. Namun sayang, bagian bawahnya rata-rata lembab dan busuk karena terlalau lama ditumpuk. Melihat keadaan ini, tidak sabar aku segera mencari tahu dengan bertanya pada Pak Wasimin. “Pak yang ngurusi buku dan register ini siapa?  Mengapa tidak digunakan, atau dibagikan ke desa atau kader di Posyandu? Mengapa stok tablet dan vitamin begitu banyak disini?” Pertanyaanku  terasa bertubi-tubi, dan akupun  buru-buru meminta maaf padanya, karena barangkali Pak Wasimin merasa bukan urusannya; yang menjadi urusannya hanyalah menyimpan di dalam gudang. Tetapi sangatlah bersyukur, ketika Pak Wasiminpun memberi jawaban. “Ini semuanya yang ngurusi Bu Bidan Christina. Selama ini buku-buku itu hanya ditumpuk, mungkin karena tidak cukup waktu dia ngurusi kegiatan semacam ini. Paling kalau Desa ada yang minta, baru saya ambilkan”.

Akhirnya, aku meminta ijin Pak Wasimin. “Bagaimana jika barang-barang ini saya  pindah ke lemari dekat ruangan saya itu, Pak. Hitung-hitung memanfaatkan lemari sekat itu yang belum dimanfaatkan?” Aku melihat antusiasme Pak Wasimin menjawab “Sangat bisa, mau dipindah sekarang, saya akan bantu” Mendengar dukungan Pak Wasimin, akau seperti dapat tambahan energi untuk memulai bekerja di Puskesmas. Setelah menunggu sore, saatnya Puskesmas sudah sepi pengunjung, aku dibantu Pak Wasimin dan tenaga kebersihan mulai membongkar dan memindahkan barang-barang yang sudah aku kelompokkan ke ruangan dan lemari di ruangan kerjaku.

Dalam waktu kira-kira dua jam, ruangan kerjaku berubah. Lemari perpustakaan sekat tiga tingkat-yang tadinya hanya berisi sulak dan kardus air mineral, seketika berubah isi. Pada tingkat paling atas aku mengisinya buku-buku pedoman program gizi dan posyandu untuk kader dan petugas kesehatan. Pada tingkat kedua, aku meletakkan buku formulir-formulir pelaporan, register pencatatan bayi dan balita di Posyandu  dari berbagai tingkatan administrasi, sejak dari Posyandu, Desa, Kecamatan dan Puskesmas. Pada tingkat ke tiga-paling bawah, aku mengisinya dengan kardus kemasan yang berisi logistik Posyandu, seperti bubuk oralit, kapsul vitamin A dosis tinggi.

Dengan menutupnya pakai korden hijau muda, aku bersiap menunggu datangnya Senin ke tiga. Saat berlangsungnya pertemuan pembinaan kader dan dukun bayi. “Bismillah. Akan aku mulai perubahan-perubahan itu, dari sini”  Desahku lirih, sambil merapikan peralatan, bersiap untuk mengakhiri kerja hari itu.

No comments:

Post a Comment