Tuesday, September 20, 2016

Serunya pertemuan pembinaan kader dan dukun bayi

Tiba saatnya yang aku nanti-nantikan, yaitu Senin ke tiiga. Waktu diselenggarakannya pertemuan pembinaan kader dan dukun bayi.se kecamatan, yang tempatnya rutin di Puskesmas Saatnya akan aku mulai melakukan perubahan-perubahan. Pada hari itu hadir perwakilan seluruh kader kelompok penimbangan dan ketua kader dari masing-masing desa. Selain itu, hadir juga dukun bayi yang ada yang sudah dilatih. Di tingkat kecamatan hadir, Ketua kader PPKBD, petugas penyuluh KB dan pembinanya di tingkat Kecamatan.

Pertemuan dibuka pihak Puskesmas, yaitu Bu Christina Murdaningsih, selaku pengelola program KIA. Dalam pembukaannya Bu Chris, demikian semua orang menyapanya, mengantarkan  bahwa pada pertemuan pembinaan kali ini, akan diisi pengisian. Namun tiba-tiba ia seperti pamitan “Maaf ibu-ibu, kalau sema ini kami, khususnya saya menyelenggarakan pertemuan ini banyak kekurangannya. Setua saya ini, saya tidak mampu. Tapi jangan khawatir” Berkata begitu, Bu Chris sambil menunjuk ke arahku duduk, kemudian ia melanjutkan lagi “Mulai sekarang, untuk kegiatan pertemuan kader, pembinaan posyandu, administrasi dan program gizi, sudah ada petugasnya, yaitu Mbah Cokro” seketika para peserta pertemuan  terkejut, karena yang disebut mbah adalah aku-yang nota bene masih bujangan. Akupun hanya menganggukkan kepala. “Pada saatnya nanti biar mbah Cokro ini mengenalkan diri sendiri, beliau sebagai petugas gizi di Puskesmas, dan masih gress, masih bersemangat” jelas Bu Chris, sekaligus mengakhiri pembicaraan.

Tiba giliranku, jujur awalnya agak canggung juga rasanya. Tetapi kemudian, Alhamdulillah dapat berjalan lancar setelah aku mencoba mengenalkan diri. Dalam kesempatan itu, aku menyampaikan usul untuk kegiatan pertemuan pembinaan ini. Diantaranya,  perlunya peningkatan materi penyuluhan bagi kader Posyandu dan Dukun bayi berdasarkan modul pegangan kader. Selain itu, kalau sudah ada menyanyikan lagu Indonesia Raya dilanjutkan dengan menyanyikan Mars KB, aku usulkan juga ada mars hidup sehat. Ternyata kader Posyandu masih asing mendengarnya. Hal lain yang aku usulkan adalah membahas  pelaksanaan kegiatan lima meja di Posyandu, serta pembagian logistik pada kader untuk meningkatkan kelancaran Posyandu di desa. Tentu saja, kader yang mayoritas adalah ibu-ibu, sangat setuju mendengarnya. Apalagi saat itu kegiatan Posyandu merupakan sentral kegiatan kesehatan masyarakat di desa. Mereka butuh dukungan dari pemerintah, baik peralatan, bahan maupun peningkatan kemampuan.

Giliran pada sesi tanyajawab, Subhanallah banyak pertanyaan dan masukan serta keluhan tentang nasib para kader dalam menyelenggarakan penimbangan dan Posyandu. “Selama ini sepertinya pemerintah membiarkan saja kegiatan penimbangan itu dilaksanakan. Kader yang jadi tumpuan pak. Kader jadi ujung tombak, ya ujung tombok. Sementara pengetahuan kami sangat pas-pasan, meskipun sudah ikut pelatihan, apalagi bagi kader yang belum terlatih. Kami sangat tidak percaya diri ketika harus memberikan penyuluhan kepada ibu balita. Perlulah kami dapat dukungan dari petugas. Selama ini ketika jadwal Posyandu, sangat  jarang didatangi petugas puskesmas, yang sering ya PLKB atau Imunisasi, itupun biasanya Pak Slamet, hanya di Balai Desa ” Panjang lebar Bu Sri Sukayah-SKD Kelurahan Plarangan, pada kesempatan pertama memberi masukan, selaku Ketua kader tingkat kecamatan.


No comments:

Post a Comment