Showing posts with label aku dan keluargaku. Show all posts
Showing posts with label aku dan keluargaku. Show all posts

Wednesday, September 7, 2016

Oleh-oleh pengalaman seru Bagas mengikuti Jamnas 2016

Jambore Nasional X dan Peringatan Hari Pramuka ke 55 di Bumi Perkemahan Pramuka Cibubur, Jakarta, sudah berlalu. Namun menjadi bagian dari kegiatan itu, bagi Bagas, sangat membawa kenangan yang mengsankan. Bagaimana tidak? Seperti yang dituturkan Bagas, sehari setelah di rumah, sebelum kembali masuk pondok di Darul Hikmah. Selama jambore nasional itu banyak hal-hal yang baginya sangat seru dan menyenangkan.

Dibuka presiden  
Diantaranya ketika ia dapat melihat dari dekat Presiden Jokowi dan juga tokoh menteri yang hadir. Selama ini sosok presiden ini hanya dapat dilihat dari media televisi dan koran saja.  Presiden Jokowi saat itu menghadiri peringatan Hari Pramuka Ke-55 sekaligus membuka Jambore Nasional Ke-10 tahun 2016 di Bumi Perkemahan Cibubur, Jakarta, pada hari Minggu (14/8/2016), sekitar pukul 8.00 WIB. Presiden Jokowi yang juga Ketua Majelis Pembimbing Nasional Gerakan Pramuka menjadi pembina upacara dan menyampaikan sambutan di hadapan 25.000 anggota Pramuka dari 34 provinsi di Indonesia dan 225 peserta dari luar negeri. Baginya mengikuti kegiatan sebesar ini merupakan pengalaman yang menakjubkan.

Banyak lomba dan Pameran Kreasi
Keseruan selama Jamnas 2016 menurut Bagas, adalah banyaknya lomba-lomba yang diadakan. Baik lomba yang diadakan sebelum maupun selama acara Jamnas diselenggarakan. Lho, memangnya ada lomba-lomba yang diselenggarakan sebagai pra-acara Jamnas? Saya mencoba menanyakanya pada Bagas.

Diantara lomba yang diselenggarakan oleh Kwartir Nasional sebelum acara Jamnas 2016, adalah lomba Logo dan Maskot Jamnas, Lomba Foto dan Lomba membuat Video Film Pendek. Selanjutnya hasil dari lomba-lomba tersebut dipamerkan selama kegiatan Jamnas berlangsung. Seperti halnya Logo dan Maskot Jamnas 2016. Kabarnya, telah melewati seleksi yang ketat. Adapun logo Jamnas 2016 yang digunakan, secara umum disesuaikan dengan dengan tema kegiatan Jamnas 2016, yaitu: “Keren, Gembira, Asyik”. Sedangkan maskot kegiatan Jambore Nasional X Tahun 2016 adalah sepasang karakter pramuka yang diberi nama Si Bon dan Si Ela. Nama keduanya diambil dari nama salah satu jenis elang yakni Elang Bondol (Haliastur indus). “Burung Elang Bondol merupakan salah satu hewan langka dan dilindungi yang sekaligus menjadi maskot provinsi DKI Jakarta, tempat diselenggarakannya Jamnas X 2016 kali ini” demikian Bagas menirukan penjelasan dari Panitia.

Saya mencoba menyelidik, dengan bertanya kepada Bagas. Apa sih sebenarnya  makna logo Jamnas, hingga Panitia susah-susah mempersiapkannya? Alhamdulillah, Bagas tahu dan menjelaskannya kepada kami, meskipun sambil sesekali diam dan mengernyitkan dahi, sepertinya mengingat-ingat kembali penjelasan yang pernah ia terima. Kemudian dengan pelan ia mencoba menjawab pertanyaan saya dengan hati-hati.  

“Jadi logo Jamnas 2016, secara garis besar ada tiga bagian, yaitu logogram, tipografi atau jenis huruf dan warna logo” tutur Bagas, mengawali penjelasannya. Pada logogram terdapat (1) motif huruf  J, mewakili simbol Jambore yang modern (2) motif Pepohonan, diantara tapak kemah berdiri pohon-pohon yang memberikan keteguhan, harmonisasi, dan kelestarian alam (3) motif Tugu Monas, sebagai penanda bahwa lokasi Jambore Nasional kali ini berlokasi di Ibukota Negara (4) motif tenda kemah, tiga tenda menyiratkan makna Trisatya Pramuka Penggalang (5) motif Cikal, lambang Gerakan Pramuka, penanda bahwa Jambore Nasional 2016 diselenggarakan oleh Kwartir Nasional Gerakan Pramuka (6) motif tulisan WOSM, Gerakan Pramuka sebagai bagian dari organisasi kepanduan dunia. Tipografi atau penggunaan font Fututa Md Bt dengan garis tegas dan tebal menandakan akan tekad yang kuat dan berkarakter sebagai tekad Jambore Nasional X tahun 2016. Sedangkan warna-warni pada logo, terdapat  (1) warna hijau, mengekspresikan pertumbuhan, pembaharuan, keseimbangan, jiwa-jiwa tunas muda (2) warna merah, melambangkan semangat muda yang berani, matang, dan tegas (3) warna ungu, mengekspresikan kreativitas, imajinatif, dan kebijaksanaan serta keluhuran budi tunas bangsa (4) warna hitam, menegaskan kekokohan, elegan, dan tangguh.

Kegiatan yang keren, gembira, asyik

"Saya paling terkesan mengikuti mata kegiatan teknologi, seni dan budaya," kata Bagas. Bagas menjelaskan dia dapat mempelajari keseniaan dari daerah lain yang diperagakan di arena Jambore Nasional 2016 yang bertema keren, gembira dan asyik. Begitu juga menyaksikan kemajuan teknologi Indonesia yang digelar dalam stand teknologi. 

Manfaat lain yang dirasakan Bagas selama mengikuti Jamnas adalah mendapat sahabat baru dan mengenal teman dari berbagai provinsi dan luar negeri. “Peserta Jamnas memang utusan seluruh kota dan kabupaten di Tanah Air. Selain itu ada 9 negara yang mengirimkan anggota pramukanya sebagai peserta” Bagas menerangkan.
 
Bagas juga menceriterakan  ada kegiatan yang sangat menarik ketika di Global Development Village. Masing-masing kelompok secara beregu  mengikuti kegiatan pengendalian emosi dan komposting. "kegiatan itu sangat bermanfaat tentang bagaimana cara membuat pupuk kompos yang mudah dan murah," katanya. Tetapi menurut Bagas, ada kegiatan yang paling seru dan menantang, Gudep dari Kwarcab Purworejo itu mengikuti kegiatan petualangan di Jungle Land, Bogor. "Seru dan menantang," katanya. Dia mencoba beberapa wahana di Jungle Land.


Hadir Megawati di acara penutupan Jamnas
Penutupan Jambore Nasional 2016 berlangsung pada Sabtu malam, 20 Agustus 2016. Acara diawali sambutan Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka Adhyaksa Dault dan diikuti penyematan lencana Tunas Kencana untuk Megawati Soekarnoputri. Kemudian presiden Republik Indonesia kelima ini memberikan pidato mengenai manfaat pohon kelapa dan makna lambang tunas kelapa bagi Gerakan Pramuka.  

Tiada gading yang tak retak
Selama sepekan lebih ia dan teman-teman Gudepnya  mendapat pengetahuan, pengalaman dan sahabat baru. Namun ada sejumlah keluhan yang ia rasakan. "Banyak perubahan kegiatan di lapangan, tidak sesuai dengan buku pedoman acara.  Kekurangan lain menyangkut pasokan air dan listrik serta keamanan" katanya mengakhiri cerita seru Jamnas 2016. 




Friday, August 12, 2016

Bagas Siap jadi wakil Jambore Nasional di Cibubur

Do'anya dikabulkan Allah
Betapa tidak? Pada akhirnya ketika panitia seleksi di Tingkat Kwarcab mengumumkan, bahwa yang lolos dari dua calon sekolahnya, adalah Bagas.Hasil pengumuman itu merupakan "surprised", karena sebelumnya ada kabar, bahwa Bagas tidak lolos. Meskipun sebenarnya, Bagas sudah berserah diri, ketika beredar kabar, dia tidak lolos. Bagas menduga-duga, kalaupun dirinya tidak lolos, mungkin karena kemampuan fisiknya pada waktu ujian seleksi. Di aspek kognisi atau pengetahuan, Bagas merasa dapat mengatasinya.
Menerima berita keputusan dari panitia seleksi peserta Jambore Nasional, sebagai orang tua, aku merasakan bahwa anakku sangat bahagia dan penuh rasa syukur.Do'anya dikabulkan Allah, keinginanya dapat mewakili sekolah dan berangkat ke arena Jambore Nasional 2016 di Cibubur.

Belajar dan berlatih
Dengan ditetapkannya sebagai wakil sekolah mengikuti Jambore Nasional, membawa konsekuensi kegiatan sekolahnya bertambah. Selama persiapan sebelum hari pelaksanaan jambore, Bagas dijadwalkan mengikuti latihan di Sanggar Pramuka Kabupaten Purworejo. Jadwal latihannya seminggu sekali, setiap hari minggu pagi. Kegiatan latihannya berlangsung dari pagi hingga menjelang sore. Aktivitas semacam itu, dijalaninya secara enjoy, hingga akhirnya Bagas menyadari bahwa kegiatan Pramuka sangat bermanfaat bagi kehidupannya.

Tiba saatnya berangkat
Setelah mengikuti kegiatan latihan persiapan selama tiga bulan, hingga tibalah saat diselenggarakannya Jambore Nasional tersebut.  Jambore Nasional (Jamnas) adalah Pertemuan Pramuka Penggalang se-Indonesia dalam bentuk perkemahan besar yang diselenggarakan oleh Kwartir Nasional (Kwarnas). Jambore Nasional dilaksanakan setiap 5 tahun sekali dengan peserta dari perwakilan seluruh Kabupaten dan Kota se-Indonesia. Jambore Nasional pertama kali dilaksanakan pada tahun 1973 di Situ Baru Jakarta. Jamnas tahun 2016 ini adalah penyelenggaraan yang ke sepuluh.Diselenggarakan selama satu minggu, dari tanggal 14 Agustus sampai dengan 21 Agustus 2016.
Kontingan Pramuka Kwarcab Purworejo berangkat tanggal 11 Agustus 2016, jam 10.00 WIB dari halaman Sanggar Pramuka Kwarcab. Purworejo.

Tulisan mendatang:
Yang seru selama Jamnas

Sunday, May 22, 2016

Sekali dayung dua tiga pulau terlampaui

Ini adalah peribahasa yang tepat untuk kondisiku waktu itu, Isteriku sekolah lagi dan mengandung buah cinta keduaku, Bagas. Meskipun tidak seperti yang aku rasakan pada awalnya. Keputusan untuk sekolah lagi, bagi seorang ibu rumah tangga dengan satu anak dengan tanpa memiliki pembantu, merupakan keputusan yang nekad . Apalagi pada priode itu, isteriku positif hamil.

Bagas bersekolah sejak dalam kandungan
Didorong oleh semangat yang tinggi untuk menempuh pelajaran di Akademi Kebidanan Aisyiyah itu, kondisi hamil tidak membuat isteriku kehilangan “power”. Justru dengan seiring kegiatan perkuliahan, kehamilan anakku Bagas ini dirasakan isteriku dengan “enjoy”. Bahkan banyak dorongan dari dosen dan teman, bahwa mengandung pada saat masa kuliah itu sangat bermanfaat bagi perkembangan janin. Karena pada saat yang sama, sang janin juga belajar dan merangsang pertumbuhan sel-sel otaknya. “Tetaplah semangat mbak, semoga bayimu kelak akan jadi anak yang cerdas. Karena janin sudah belajar dan diajak belajar oleh ibunya sejak dari kandungan” Demikian, motivasi yang sering diterima dari dosenya. “Tiga hal yang dipelajari bayi di dalam kandungan. Bayi belajar bahasa, bayi belajar tersenyum dan bayi belajar mengenali rasa” tambahnya kepada isteriku. Ada pesan yang membuat isteriku terus mengingat dan membuatnya terus bersemangat untuk belajar dan menjaga kehamilannya. “Pada trimester ke dua kehamilan, bayi sudah dapat merespon keadaan lingkungannya. Pada saat inilah waktu yang tepat untuk anda mengajar seorang bayi di dalam kandungan karena bayi sudah melakukan reaksi atau mendengar saat anda melakukan rangsangan pada janin. Ini terlihat ketika ada gerakan respon bayi selama di dalam kandungan seperti memukul perut ibu ataupun menendang”

Masa hamil banyak konsumsi ikan
Lagi-lagi adalah skenario Allah. Pada masa hamil Bagas, Isteriku sudah pindah kontrakan. Saat itu, isteriku menempati rumah kost di daerah Ngampilan-Yogyakarta. Di rumah mbah Khotimah. Jarak rumah kost ke kampus, tidak jauh, kira-kira 400 m.
Di rumah kost mbah Khotimah itulah isteriku banyak makan ikan, terutama ikan laut. Mengapa begitu? Karena sehari-harinya, mbah Khotimah bekerja sebagai pedagang ikan di pasar Ngampilan. Sore harinya, ia mengolah sebagian ikannya untuk dijual kepada tetangga, termasuk beberapa anak kost yang ada di rumah maupun sekitar rumahnya. Ikan yang biasa dimasak mbah Khotimah adalah ikan tengiri dan ikan kembung. Ikan-ikan itu dimasak dengan berbagai variasi. Tentu mbah Khotimah tahu, agar pelanggannya tidak bosan.

Suatu saat, tentang konsumsi ikan tengiri dan ikan kembung  ini aku konsulkan pada dokter. Ternyata tanggapan dokter sangat bagus. Bahkan aku memperoleh pelajaran yang sangat berharga. “Ikan ini sangat  kaya akan asam lemak omega-3 yang penting untuk mempertahankan fungsi normal organ tubuh kita. kan kembung yang dikonsumsi ibu hamil dapat membantu memenuhi kebutuhan  omega 3 yang diperlukan untuk tumbuh kembang janin selama masa kehamilan. Kandungan asam lemak essential omega 3 yaitu DHA ((Docosahexaenoic acid) dan EPA (Eicosapentaenoic acid) dalam ikan kembung dapat membantu pertumbuhan organ tubuh janin, serta sel-sel otak janin. Beberapa studi telah membuktikan bahwa kandungan asam lemak omega 3 adalah  lemak tak jenuh yang terbukti mampu mengembangkan IQ dan Psikomotorik pada bayi dan anak-anak. Selain itu, kandungan omega 3 juga bermanfaat pada aktivitas mata (visual activity), meningkatkan kemampuan belajar, daya ingat, meningkatkan kekebalan tubuh” Subhanallah, ternyata banyak manfaatnya mengkonsumsi ikan. Selain itu juga ikan kembung dapat meningkatkan aktivitas obat antidepresan. Ikan kembung kaya akan DHA (Docosahexaenoic acid) yang dapat menurunkan kemungkinan resiko penyakit Alzheimer dan penyakit Parkinson.


Saturday, May 21, 2016

Bagas lahir pada peride praktek akhir kebidanan

Lahir pas periode praktek
Anakku Bagas, lahir pada periode mendekati akhir pendidikan diploma kebidanan yang diikuti isteriku. Saat itu, isteriku baru saja menjalani praktek kebidanan RS PKU Muhammadiyah Purworejo. Dan harus berpindah di rumah Bidan Praktek Mandiri. Dengan berbagai negosiasi, akhirnya isteriku bisa memperoleh ijin melahirkan, walaupun hanya satu minggu. Sesudahnya isteriku harus memulai menjalani praktek kebidanan.


ASI berhenti
Dalam kondisi seperti itu, aku melihat bagaimana situasi sulit yang dialami isteriku. Satu sisi, baru melahirkan dan merawat bayi. Sementara, ia harus menyelesaikan tugas-tugas praktek. Aku melihat bagaimana ia harus pulang pergi dari tempat praktek untuk merawat dan memberikan ASI. Dengan mengendarai sepeda motor, seminggu pasca persalinan, menurutku tindakan yang sangat membahayakan.

Tetapi kondisi ini dilalui isteriku dengan semangat. Walaupun akhirnya aku menyadari, betapa isteriku sangat stres dengan kondisi semacam ini. Akibat dari keadaan isteriku, ASI yang untuk Bagas anakku, berhenti total. Tidak mengalir. Sejak itu, aku dan isteriku mencoba memperkenalkan beberapa jenis produk susu formula. Alhamdulillah, Bagaspun tidak terlalu sulit untuk menyesuaiakan.

Wednesday, May 11, 2016

Hadiah terindah itu adalah Nadiyyah

Namanya Nadiyyah Aulia Fajrin
Aku bersepakat dengan isteri, untuk memberi nama anakku yang ke tiga itu  Nadiyyah Aulia Fajrin. Nama itu memiliki kisah dari arti kata yang ada di dalamnya. Nadiyyah dalam sastra arab berarti pohon yang senantiasa basah oleh embun. Aulia mengandung arti orang suci. Sedangkan fajrin menyerap makna waktu fajar. Dari keseluruhanya, Nadiyyah Aulia Fajrin, mengandung kisah telah lahir seorang anak yang suci dan sejuk, karena senantiasa terbasuh embun pagi hari.

Hadiah terindah
Nadiyyah, demikian nama panggilannya dalam keluarga, proses tanda  lahirnya diawali saat fajar menjelang shubuh. Dengan persiapan secukupnya, aku mengajak isteriku untuk bersalin di RSUD Kebumen. Dengan harapan dalam waktu yang tidak terlalu lama, anakku sudah lahir. Saat itu, aku dan istriku tidak berada di rumah. Sudah hampir sebulan, kami menempati rumah dinas istriku, yaitu sebuah klinik kesehatan yang ada di desa. Jarak dari klinik tempat isteriku ke RSUD kira-kira sepuluh kilo meter. Dengan  menggunakan jeep Daihatsu Feroza tua, kami keluar rumah, melintas sepi. Kami melaju, menembus kegelapan jalan pedukuhan yang dingin menuju rumah sakit. Dan benar, selang tidak begitu lama berada di ruang pemeriksaan  dan belum sempat petugas rumah sakit membawanya masuk ke ruang persalinan, isteriku bersalin. Bayi anakku lahir. Allah memberiku hadiah terindah. Mengapa terindah? Karena kelahiran anakku Nadiyyah ini penuh surprised dan penuh rasa syukur. Pertama, anakku lahir sehat fisik maupun mental, meskipun dalam hitungan umur  kehamilan, lebih awal empat minggu dari hari perkiraan lahir menurut dokter ahli kebidanan. Kedua, anakku lahir perempuan, telah menjadi lengkaplah anakku laki-laki dan perempuan. Ketiga, subhanallah, Allah mengaruniai tiga anakku lahir semuanya di hari ahad dan Keempat, Nadiyyah anakku, lahir tepat pada saat hari ulang tahunku, 29 Nopember 2009.

Awal yang memprihatinkan
Nadiyyah tergolong lahir premature, empat minggu lebih awal dari perkiraan lahirnya. Kkondisi ini, berdampak pada banyak hal setelah kelahirannya. Hal yang paling mudah dilihat adalah pengaruhnya pada berat badan. Nadiyyah termasuk bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), karena hanya dua kilo empat ons. Pada hari-hari pertamanya, warna kulitnya muncul kekuningan. Yang oleh dokter dijelaskan karena ada gangguan bilirubin. "Tapi kondisi kekuningan ini dapat diatasi dengan cara menjemur bayi pada sinar matahari pagi. Waktunya bisa setiap hari, dari kira-kira jam 07.00 sampai dengan jam 08.00 satu jam sudah cukup, dengan membolak-balikkan posisi badan bayi. Agar semua bagian tubuh bayi, baik depan atau belakang dapat terkena sinar matahari. Pada saat posisi telentang, mata bayi dapat ditutup dengan sapu tangan atau kain, agar sinar matahari tidak langsung mengenai matanya" Demikian pesan petugas RSUD. Selain, itu bayi Nadiyyah tangisnya lirih, rambut lanugo-nya tumbuh banyak di bagian tubuhnya. "Ini salah satu tanda bayi pre-mature. Tanda yang lain, biasanya sutura pada kepala belum rapat, sehingga seperti ada rongga. Tapi jangan khawatir, nanti berangsur akan kembali normal. Asal minum ASI-nya kuat" Demikian  Bidan RSUD menambahkan keterangan. Setelah berat badannya dianggap normal, bayi Nadiyyah diperbolehkan pulang. Sebelumnya, setelah lahir, selama tiga hari bayi Nadiyyah menjalani perawatan perinatal.
Tiga hari pertama  di rumah, Nadiyyah  minum ASI-nya tidak kuat. Melihat kondisi seperti itu,aku dan  isteriku  panik. Pada saat yang bersamaan istereiku merasakan bahwa ASInya macet. Sementara si mungil Nadiyyah tergolek diam. Menangispun lirih suaranya. Pada hari keempatnya aku membawa Nadiyyah kembali ke RSUD. Pikirku agar memperoleh perawatan di Rumah Sakit. Setelah konsultasi dengan dokter spesialis anak, disarankan agar menjaga kehangatan tubuh bayi.   "Bayi pre-mature biasanya ada yang gak mau minum (mimik), karena lingkungan sekelilingnya relatif dingin. Untuk itu perlu menjaga agar bayi merasa hangat. Untuk  menjaga kehangatan  dan kesehatan tubuh bayi, dapat dilakukan dengan meletakkan lampu pijar dengan jarak kira-kira 60 cm. Ini  berguna untuk mencegah bayi mengalami hypothermi. Jika hangat, bayi akan mau minum susu" Jelas dokter Pras, sepesialis anak.

Sejak itu, aku menyiapkan 'inkabator' sederhana untuk Nadiyyah. Dengan memanfaatkan lampu belajar, aku pasang-arahkan tepat di bawah tempat tidur bayi. Posisi lampu menghadap ke atas dengan sorot cahaya lampunya mengenai tepat posisi tubuh bayi. Jarak lampu ke tubuh bayi kira-kira 60 cm. Lampu dinyalakan sepanjang waktu terutama pada bula-bulan pertama. Tatalaksana ini aku lakukan hingga Nadiyyah berumur tiga bulan. Sesudahnya, lampu sorot itu hanya dinyalakan pada saat-saat tertentu, jika dipandang perlu. Tetapi, pemberian lampu itu sangat membantu dan berguna bagi bayi pre-mature. Berangsur, kondisi kesehatannya makin bagus, dan berat badannyapun berangsur meningkat. Walaupun hingga bulan ketiga, bayi anakku memiliki berat badan terendah diantara bayi seumurnya di Pos Penimbangan Balita.

Pengalaman menariknya bahwa lampu listrik dan  pijat bayi dapat merangsang nafsu makan dan meningkatkan pertumbuhan berat badan bayi. Pada bulan keempat hingga bulan keenam, berat badan anakku naik terus, Anakku terus bertumbuh. Nadiyyah bertambah berat dan bertambah tinggi. Di bulan ke tujuh berat badan anakku menjadi tertinggi diantara bayi yang seumur di Pos Penimbangan. Bahkan secara fisik postur tubuhnya sama dengan balita yang berumur setahun di atasnya. Tidak hanya pertumbuhan fisiknya, juga perkembangan motorik, kemampuan bahasa dan kecepatan responya mengalami perkembangan yang sangat pesat.

Tiga tahun yang cemerlang
Pertumbuhan dan perkembanga Nadiyyah tergolong istimewa. Diusianya yang dini, kemampuan berbicara dan berjalan berlangsung cepat. Nadiyyah banyak tertarik pada musik, gerak ritmis dan berbicara dengan kalimat lengkap dan utuh. Bahkan Nadiyyah sering menanyakan secara kritis.tentang banyak hal.


Pernah aku mendengar percakapan isteriku denganya pada suatu waktu. Saat ketika menjemputnya pulang dari sekolah play-group. Pada usianya sekarang, seringkali sulit diajak tidur siang sepulangnya sekolah. Sehingga ibunya harus mengarahkan ceritanya sepanjang perjalanan pulangnya. Suatu siang, isteri dan anakku melewati kendaraan berat excavator yang ditinggal operatornya sedang istirahat. Kendaraan berat itu berada di tengah saluran air, yang sedang dikeruk karena mungkin  telah terjadi pendangkalan. Melihat excavator yang besar dan diam di dasar sungai yang dalam itu, tiba-tiba mengusik akal kreatif isteriku untuk mulai bercerita pada anakku. "Nadiyyah, coba lihat excavator itu, dia juga sedang bobok (tidur) siang..." Ucap isteriku memulai cerita untuk mengarahkan anakku. Agar nantinya ketika sampai di rumah, anakku juga mau tidur siang. Dengan cerita pembuka itu, isteriku berharap, anakku paling tidak merespon mengiyakan, seperti: O ya excavator bobok juga ya bu? Tetapi, subhanallah. Jawaban anakku di luar dugaan. "Apa excavator punya mata bu? Apa excavator bisa tidur?" Tanya anakku. Dan isteriku  seketika kaget campur geli dalam hati. Sejurus kemudian isteriku hanya tersenyum sendiri mengingat peristiwa yang barusaja terjadi.

Mutiaraku itu bernama Adi

Pagi itu,isteriku yang sedang memasuki umur kehamilan 40 minggu sempat mengeluh 'rembes"  Segera setelah itu, kami membawa dan memeriksakan ke bidan terdekat. Jarak dari rumah tinggal ke tempat bidan Erna, kira-kira 300 meter. Hasil pemeriksaan bidan, pada kandungan isteriku mengatakan air ketubanya sudah pecah. Kepada isteriku, bu bidan menyarankan untuk segera membawanya ke Rumah Sakit. Sejurus kemudian, kami bergegas ke RSUD Kebumen. Perjalanan ke rumah sakit, tidak terlalu jauh, kira-kira 15 menit dengan menggunakan becak.

Dalam perjalanan, pikiranku campur aduk. Sesekali aku mendengar, isteriku menghela nafas panjang. Kudekap, kedekap lagi isteriku dan hanya ini yang dapat aku lakukan. Diterpa udara pagi, mukaku terasa dingin. Dalam hati, aku berharap Allah melancarkan semua jalan untuk kelahiran anak dan juga isteriku. Tiga jam berikutnya, kira-kira jam 08.00 di RSUD Kebumen, anakku lahir. Anak pertamaku lahir.setelah menunggu kira-kira 14 bulan sejak menikah. Di ruang VK RSUD Kebumen itulah anak pertamaku memekikkan tangis pertamanya. Dia lahir pada hari minggu, tepatnya tanggal 21 Desember 1997.  Dengan berat 2,6 kilo gram, memang tidak terlalu besar, tetapi bersyukurnya dapat lahir spontan tidak terjadi penyulit selama proses persalinanya. Bu Bidan Puji, aku ingat namanya, dialah yang membantu menolong persalinan anak pertamaku. Pagi itu, Allah memberiku mutiara hidup melalui isteriku. Mutiara itu kami beri nama Adi Nugroho. Adi Nugroho, dalam bahasa jawa kuna berarti karunia yang besar. Aku memaknai kelahiran anakku sebagai pemberian Allah yang besar kepadaku. Untuk itu, sebagai amanah, aku harus menjaga dan merawatnya dengan baik. Agar anakku itu bisa tumbuh sehat, sholeh dan berguna bagi agama dan masyarakat.

·         "Nak, Bapak mohon maaf, mengasuh tanpa pengalaman"
Di hari-hari pertama kehadiran si buah hati tentulah sangat luar biasa. Terutama dalam mengurus bayi. Terutama aku sebagai bapak, blank tidak tahu harus berbuat apa-apa. Sehingga lebih banyak menunggu komando. Inilah barangkali kebodohanku sebagai seorang bapak. Aku tahunya hanya bekerja dan bekerja. Bahkan di kantorpun, aku coba kerjakan kegiatan lembur. Dengan harapan rezeki akan mengikutinya. Tetapi aku tidak tahu, bagaimana istriku dirumah dengan anakku. Hingga suatu ketika, aku melihat anakku sudah tidur, isteriku juga tidur, dari raut mukanya nampak,  lelah. Aku segera mengambil air wudlu untuk sholat. Setelah sholat, aku berdoa. Aku meminta ampun pada Allah, atas segala kesalahanku. Aku juga meminta maaf pada anak dan isteriku. "Nak, Bapak mohon maaf, mengasuhmu tanpa pengalaman. Dan aku belum bisa jadi Bapak yang baik”

Tahun-tahun pertama kehidupan Adi, anakku lebih banyak dan terasa lebih dekat dengan istriku. Waktu itu isteriku lebih banyak di rumah. Sejak menjalang kelahiran anakku yang pertama, istriku memutuskan untuk tidak memperpanjang kontrak kerja di RS Swasta di Jogjakarta tempatnya bekerja. Kami memutuskan menetap di Kebumen. Isteriku praktis kegiatannya full sebagai ibu rumah tangga. Sehingga isterikupun dapat menyempurnakan memberikan air susunya untuk anakku hingga dua tahun. Akupun bersyukur, isteriku sudah memberikan hak anak dengan sebaik-baiknya. Kondisi ini membuat kesehatan, terutama daya tahan anakku lebih baik. Anakku tumbuh dan berkembang cukup optimal. Anakku tergolong sangat aktif, dan Alhamdulillah jarang menderita sakit.

Istriku sekolah lagi: babak baru bagi Adi
Babak baru kehidupan Adi, dimulai ketika isteriku memutuskan untuk sekolah lagi. Kali ini isteriku mencoba masuk di Akademi Kebidanan ‘Aisyiyah Jogjakarta. Isteriku memiliki latar belakang pendidikan SMA swasta masehi di Kebumen; setelah lulus, masuk ke sekolah perawat RS Bethesda di Jogja, hingga bekerja di sana. Berbekal keyakinan untuk meningkatkan kualitas agama dan pendidikan yang berbasis Islam, berbagai upayapun aku dan isteriku lakukan. Dari mempersiapkan ujian tertulis, hingga persiapan ujian praktek membaca Al Qur’an. Isteriku bersemangat untuk ini. Tekadnya yang tinggi membawanya dapat menyelesaikan Kursus Cepat membaca Al Qur’an dengan metode An-Nur di komplek ruko di Gamping-Jogjakarta.

Subhanallah, pada hari pengumuman seleksi penerimaan mahasiswa baru, isteriku diterima. Diterima masuk kuliah di Perguruan Tinggi, dengan kondisi sudah mempunyai anak, memang bukan tanpa masalah. Masalah terbesarnya justru baukan persoalan akademiknya. Tetapi lebih pada persoalan pengasuhan anak. Tanpa pikir panjang aku putuskan, untuk kontrak rumah di Gamping-Jogjakarta. Dengan pertimbangan, suasana cukup tenang untuk anak dan isteriku, dekat perbelanjaan dan jalur angkutan bis kotanya mudah untuk berangkat dan pulang dari kampus.
Kamipun pindah ke Jogjakarta. Isteriku sudah mulai sibuk matrikulasi dan pengkaderan. Sementara Adi, usia 3 tahun tidak dalam pengasuhan penuh ibunya.

Adi berkembang menjadi anak dengan solidaritas tinggi
Memasuki usia sekolah dasar, Adi berkembang menjadi anak dengan solidaritas tinggi. Menonjol jiwa sosialnya terhadap kawan, serta kemampuannya untuk memimpin kelompok. Dalam prestasi pelajaran, Adi lebih berminat pada mata pelajaran non-eksakta. Aku melihat  Adi memiliki kemampuan menghafal konsep dan mengingat kejadian.

Melepas ke Pondok dengan Subhanallah
Adi telah lulus dari SDIT Al Madinah Kebumen. Tiba giliran masa pendaftaran masuk SMP. Banyak tawaran dan adanya peluang masuk di sekolah favorit di Kebumen. Sebagai orang tua, aku menyarankan agar selektif dalam memilih sekolah. Sebagai anak-anak yang beragama Islam, sebaiknya memilih sekolah yang juga bernuansa Islam. Subhanallah, Adi membenarkan, bahkan ia menyatakan keinginannya bersekolah di pondok pesantren.

Di sekolahnya, SDIT Al Madinah sering ada pembekalan bagi siswa juga program parenting bagi orang tua. Termasuk pembekalan tentang keutamaan memilih sekolah untuk anak yang bernuansa agama. Hal ini penting, seperti dikatakan Ketua MUI Riau, Prof DR H Mahdini yang dikutip Republika, karena pendidikan akhlak dan agama merupakan hal yang tidak boleh terlupakan apalagi ditinggalkan semata-mata mengejar kesuksesan duniawi. Perlu diketahui juga, demikian Mahdini, bahwa tidak semua institusi pendidikan formal mengajarkan tentang akhlak dan keagamaan. "Untuk itu, para orang tua perlu, bahkan sangat perlu agar selektif dalam memilih jenjang pendidikan untuk anak-anak. Jangan sampai salah dan menyesal di belakang hari," katanya. Jangan sampai, kata dia, demi mengejar kecerdasan duniawi, akhlak dan akidahnya menjadi terganggu dan makin berkurang.

Untuk memperoleh gambaran pendidikan di Pondok Pesantren, aku mengajak Adi, anakku, berkunjung dan mencari informasi ketiga pondok pesantren. Lokasi pertama yang aku tuju, adalah SMP Islam Terpadu Pondok pesantren Hidayatullah di Ngaglik-Sleman, Jogjakarta. Pondok pesantren ini sama seperti SDIT Al Madinah Kebumen, dikelola oleh   Hidayatullah. Beralamat di Jl.Palagan Tentara Pelajar Km. 14, 5, Candi, Ngaglik, Kec. Sleman,
Pesantren Hidayatullah Yogyakarta berlokasi di Balong –sebuah dusun kecil nan asri dengan panorama lereng Merapi- sebagai pusat kegiatannya. Di atas tanah seluas kurang lebih 1 hektar ini berdiri masjid, gedung pendidikan TPA-KB Permata Ummi, TKIT Yaa Bunayya, SDIT Hidayatullah, SMP-SMA Integral Hidayatullah, asrama anak binaan, rumah pengasuh dan dapur umum.
Sekolah bernuansa Islam yang aku tunjukkan pada anakku Adi, adalah SMPIT Al Furqan-Kutowinangun, Kebumen, yang berdiri pada tahun 2010. Bertepatan ketika aku dan anakku berkunjung, SMPIT Al Furqan Kutowinangun, Kebumen, mulai berdiri dan menerima pendaftaran. Ketika berkesempatan bertemu dengan staf sekolah, aku sempat memperoleh penjelasan dan gambaran tentang sekolah. Lembaga pendidikan yang dirintis oleh Bapak KH Mudzofir itu dimulai tahun 2002. Pada tahun 2002 Yayasan Al-Hidayah mulai merintis Play Group dan Taman Kanak-kanak Islam Terpadu, dan mendapat apresiasi yang menggembirakan dari masyarakat.  Atas desakan wali murid dan tokoh-tokoh masyarakat sekitar, pada tahun 2004 didirikanlah Sekolah Dasar Islam Terpadu AL-FURQAN.  Semenjak didirikan hingga sekarang, SDIT Al-Furqan mampu meraih prestasi yang gemilang, baik prestasi akademik maupun non akademik di Jawa Tengah, sehingga AL-FURQAN menjadi salah satu ikon Lembaga Pendidikan Islam Alternatif yang sangat diperhitungkan di Wilayah Kabupaten Kebumen.Tingginya animo masyarakat baik di lingkungan sekitar maupun dari luar kota, serta untuk menampung lulusan SDIT Al-Furqan, agar pendidikan islami yang berkelanjutan terwujud, maka pada tahun 2010 di dirikan SMP IT AL-FURQAN.

Sekolah ketiga yang aku tunjukkan pada anakku Adi, adalah Pondok Pesantren Darul Hikmah di Kutoarjo. Pondok Pesantren Modern yang dirintis oleh keluarga Bustanil Arifin itu, berlokasi di Jl. Brigjend Katamso, Gunung Tugel, Kutoarjo-Purworejo. Berdiri sejak tahun 2000. Pondok Pesantren Darul Hikmah menyelenggarakan pendidikan SMP dan SMA.
Ketika bertemu Bapak Rusmanto, yang akrab dipanggil Pak Nanang-staf pondok, aku mendapat informasi banyak tentang konsep pendidikan di Pondok Pesantren Darul Hikmah yang mengedepankan pencapaian akhlak dan pengetahuan

Mantap belajar di Pondok
Dari ketiga sekolah bernuansa islami itu, anakku berketetapan memilih bersekolah di Pondok Pesantren Darul Hikmah. Alasan anakku, disamping sistem pendidikan yang islami, letaknya tidak terlalu jauh dan transportasinya mudah, bahkan jika ditempuh dengan angkutan umum.
Hari seleksi santri barupun tiba. Aku dan seluruh keluarga, berangkat untuk mengikuti seleksi. Sistem seleksinya, ada materi yang melibatkan wawancara dengan orang tua/wali santri. Seleksi berlangsung selama lebih dari 12 jam, dimulai i jam 08.00 hingga malam. Ini adalah pengalaman yang sangat mengesankan. Bagaimana tidak? Sistem seleksi santri siswa baru diikuti oleh santri beserta keluarga, termasuk anakku terkecil, Nadiyyah, yang baru berusia enam bulan juga ikut terlibat.

Tiba giliran hari pengumuman penerimaan santri,Alhamdulillah, Adi anakku termasuk bagian kecil dari pendaftar yang diterima. Sementara itu,  aku tahu, lebih dari separoh pendaftar yang tidak diterima. Aku bersama anakku melakukan sholat berjamaah. Dalam do’a lirihku kepada Allah: “Terimakasih ya Allah, Kau telah memberi anugerah pada anakku, dan juga keluargaku. Bukakanlah pintu hikmahMu pada anakku”

Bulan-bulan pertama di pondok, merupakan pengalaman baru bagi Adi. Dengan berbagai upaya dan do’a semoga anakku dapat menyesuaikan dengan irama kehidupan santri di pondok pesantren. Dalam perkembangannya, aku melihat perubahan mendasar pada akhlak dan perilaku anakku. . Dari keterangan Adi yang aku tangkap, implementasi pendidikan akhlak di pondok pesantren modern dilakukan dengan menggunakan banyak cara,  diantaranya melalui:  (1). Keteladanan Kyai dan guru. Sikap perilaku santri di pondok, sangat tergantung dari apa yang biasa mereka lihat dari kyai dan gurunya. Seperti halnya, ketika di rumah, seorang anak pastilah akan mencontoh sikap dan perilaku ibu-bapaknya. Bagi anak-anak, orang tua merupakan madrasah pertamanya. Begitu juga, perilaku santri di pondok  (2). Pembinaan Intensif dan terus menerus. Kehidupan di pondok pesantren memungkinkan santri dan kyai/guru berinteraksi selama 24 jam. Interaksi ini dapat menjadi proses pembudayaan aturan dan norma yang efektif  (3) Pengajaran di kelas dan asrama  (4) Motivasi dan dorongan (5). Pembiasaan dengan penguatan program. (6). Reward dan Punishment.(7). Nasihat.( 8). Pendampingan melekat.( 9) Penugasan dalam organisasi. (10). Praktek langsung di tengah masyarakat (11) Penciptaan lingkungan yang kondusif. (12) Penerapan aturan dan tata tertib yang memiliki karakter tegas, manusiawi, tidak membebani, edukatif, syar’i dan bertahap.

Fokus menghadapi ujian akhir SMP
Pada tahun-tahun terakhir di SMP, aku melihat Adi anakku, sudah menikmati kehidupan di pondok pesantren. Pondok pesantren sudah merupakan tempat yang menyenangkan, sehingga membuat orang akan betah tinggal di dalamnya. Dalam konteks dunia pendidikan, kelas merupakan ruang yang sering ditempati siswa. Di sinilah siswa memperoleh ilmu, dan di sini pula siswa berinteraksi dengan guru dan siswa yang lain. Harapan­nya, seperti yang diharapkan fihak sekolah,  kelas itu dapat menjadi surga, tempat yang nyaman untuk belajar dan menambah pengetahuan sehingga siswa betah tinggal di dalam kelas. Aku sudah membuktikannya pada anakku. Dalam kesempatan libur sekolah, dua bulan sekali santri dapat pulang ke rumah, namun seringkali Adi menjalaninya lebih banyak di pondok. Baru saja sampai di rumah, sudah harus pamit pergi, karena ada kegiatan di pondok. Aktivitas dan suasana di pondok telah membawanya lebih nyaman di sana.

Mandiri di jenjang SMA
Setelah lulus SMP Pondok Pesantren Darul Hikmah, anakku Adi berkeputusan meneruskannya di SMA yang sama. Tidak seperti ketika Adi masuk SMP dulu. Masuk di SMA Pondok Pesantren Darul Hikmah hampir tanpa masalah. Tidak banyak melakukan penyesuaian, karena lingkungan belajar, pergaulan antar siswa dan para guru, sistem pendidikan dan tata aturan kehidupan pondok tidak banyak berubah. Dengan kondisi lingkungan sekolah dan kenyamanan belajarnya, di SMA Adi tumbuh lebih mandiri. Dapat mengelola sendiri kebutuhan dan aktivitas belajar, ibadah dan amaliahnya. Dapat menjadi contoh dan semangat bagi adiknya. Bahkan, Bagas adiknya, terinspirasi ingin meneruskan jenjang SMP-nya juga di Pondok Pesantren Darul Hikmah. Alhamdulillah. Kemajuan dalam prestasi maupun aktivitasnya di SMA makin menonjol. Adi aktif di organisasi OSDH-Osisnya Darul Hikmah, PMI Kabupaten Purworejo. Dari prestasi akademiknya, sejak kelas satu SMA sudah masuk 10 besar. Di kelas dua, bisa ranking satu.

Bersiap menghadapi ujian akhir SMA
Masuk di kelas tiga, dia makin serius. Adi bersiap menghadapi ujian akhir dan menyiapkan ke jenjang pendidikan berikutnya. Terbukti prestasi akademik dan kematangan pribadinya makin mantap. Terutama sejak ada penjurusan di kelas XI dan XII. Pernah suatu saat berkesempatan pulang, dia mengutarakan minatnya. Selanjutnya kamipun terlibat dialog. “Mulai semester depan, aku di kelas sudah mulai penjurusan. Menurut Bapak, aku harus mengambil jurusan IPA atau IPS ya?” pertanyaannya membuka pembicaraan. Aku menjawabnya dengan balik bertanya “Menurutmu, diantara jurusan IPA dan IPS itu, Adi menaruh minat yang mana?”. Sesaat dia diam, sepertinya dia sedang bimbang. Kemudian pandangannya mulai fokus “Menurutku, aku lebih cocok ke IPS, banyak pelajaran di jurusan itu yang menarik minatku. Tetapi jujur, rasanya jurusan IPS itu dipandang kurang keren!” Untuk meyakinkan bahwa aku mendukung pilihanya, maka aku segera menyambutnya. “Bagus itu, artinya Adi sudah memilih. Yakinlah dengan pilihanmu, Insyaallah kita akan sukses. Orang IPS yang berprestasi dan sukses banyak. Itu hanya menyangkut minat terhadap ilmu. Kalau Adi berminat dalam bidang-bidang ilmu sosial dan kemanusiaan, ya di jurusan IPS lah tempatnya!” Aku kemudian memberi motivasi kepadanya, bagaimana mudahnya seseorang melakukan sesuatu, termasuk belajar atau mencipta, jika seseorang itu didorong oleh rasa suka!

Kembali dari pondok dengan Alhamdulillah
Ini mungkin buah dari keseriusan memupuk hobi terhadap ilmu yang diminati. Selama semester XI dan XII prestasi akademiknya tergolong cemerlang. Dia selalu ranking pertama di kelasnya. Aku ingat dia menerima hadiah atas prestasinya itu dari sekolahan, juga dari KPRI Husada-yang memberikan hadiah bagi siswa dari keluarga anggota, yang meraih predikat peringkat pertama pada periode kenaikan kelas. Hingga puncaknya pada pelaksanaan kelulusan, baik dari hasil Ujian Nasional (UN) maupun Ujian Sekolah (US). Adi meraih nilai yang menggembirakan, menerima penghargaan Lulusan Terbaik Jurusan IPS!
Aku berkesempatan mendampingi anakku Adi saat menerima penghargaan itu, 22 Mei 2016; bertepatan dengan acara pelepasan santri SMA Darul Hikmah Angkatan X. Aku sempat bisikkan ketelinganya “Alhamdulillah. Allah Maha Kuasa atas segala upaya manusia, untuk itu Tetaplah semangat”

  

  

Istriku, matahariku

Tidak ada keraguan:  itu yang membuatku berhasil. Ini mungkin saat berakhirnya masa kegelapanku, ketika aku seperti menemukan setitik sinar. Setitik sinar itu tak lain adalah isteriku. Setelah lebih kurang lima tahun mencari sosok wanita idaman. 

Awalnya mengenal dari kata-kata
Awalnya aku mengenal dan memperoleh gambaran isteriku itu hanya dari kata-kata dan sebuah pas photo. Yu, demikian panggilan singkat istriku, lahir di Caruban, Adimulyo, Kebumen, pada tanggal 25 Juni 1973. Saat itu, isteriku sedang menempuh studi di Kota Jogja. Sedangkan aku, berada di kecamatan Karangnyar Kabupaten Kebumen.

Jarak tempuhnya dari tempatku tinggal menuju ke Jogja, kira-kira 2-3 jam perjalanan menggunakan angkutan bus. Dengan pertimbangan tidak ingin mengganggu studinya, aku memilih mencoba berkomunikasi melalui surat pos kilat khusus. Surat pertamaku terbalas. Hingga berlanjut surat-surat berikutnya. Akupun mulai akrab, hingga terbersit perasaan rinduku mengantarkan surat-suratku padanya. Betapa hari-hariku selanjutnya adalah memelihara perasaan menantikan balasan surat-surat dari isteriku. Perasaanku campur aduk!

Liburan itu saatnya aku melihatnya pertama kali
Suatu saat, ketika liburan, aku mencoba bersilaturahmi ke rumah isteriku. Sepertinya dadaku berdetak tidak teratur. Sedang menahan perasaan yang mengguncang dada. Sepanjang jalanku, aku terus bermunajad dalam hati. "Ya Allah jika memang ini jodohku, maka mudahkanlah aku untuk meraihnya". 

Setelah sampai di rumah, tidak ada siap-siapa, yang menerimaku adalah ibunya.  Bersyukur, diperkenankan masuk oleh ibunya, Ibu  Sur, demikian nama panggilan beberapa kali aku pernah mendengarnya. Kaku juga awalnya, aku mulai mengenalkan diri pada ibunya, juga menyampaikan beberapa informasi tentang data diri. Ya maklumlah, orang tua harus mengetahui siapa teman , sekaligus menjaga keamanan anaknya.

Sinar terangnya sampai ke hati
Sejurus kemudian, ibunya mempersilakan aku duduk, kemudian ibu masuk. Lirih aku mendengar ibunya memanggil anaknya untuk menemuiku. "Alhamdulillah, artinya aku bisa menemuinya" pikirku dalam hati, karena biasanya orang tua tidak memperkenankan anak putrinya keluar, jika situasinya tidak aman. 

Dan Subhanallah, aku beradu pandangan dengan wanita yang sekian lama aku banyak berimajinasi dan menggambarkanya lewat foto kemudian aku menghiasnya dengan kata-kata, angan dan mimpi-mimpi. Aku seperti diguyur sumur sewindu. Sejuk. Aku melihat matahari itu sangatlah dekat. Sinar terangnya sampai ke hati.

Menunggu hingga selesai studi
Meskipun pertemuan itu tidak lama, karena liburnya hanya sehari. Tetapi hubungan komunikasi itu tetap berlanjut. Walaupun harus kembali ke cara terdahulu, melalui surat, namun sepertinya aku tidak canggung lagi. Walau hanya bertemu sekali, namun rasanya lewat kata-kata aku sudah membawanya berjalan dan menempuh rute yang sangat panjang. Kami saling bercerita, dan membagi pengalaman. Walaupun, diantara kami, terutama aku  belum menyatakan perasaan satu sama lainnya. Keadaan ini berlangsung hingga istriku menyelesaikan studinya. 

Selesai studi, istriku mengambil kontrak kerja di RS swasta di Jogja-RS tempat istriku bersekolah. Kontrak kerja itu lamanya tiga tahun, jika akan diperpanjang, dapat diurus pada tahun periode kontrak selanjutnya. Melihat posisinya sudah bukan anak sekolah lagi, aku makin serius mendekatinya. Ini sesuai pesan ibunya, ketika menerimaku untuk kali pertama dan terakhir. Karena tidak lama berselang aku berkunjung, ibu Rr. Soertijah sakit hingga meninggal dunia. Ibu Surtiyah, demikian aku memanggil namanya hingga menyebutnya dalam doa-doaku. Kala itu beliau berpesan kepadaku, hubungan saat ini cukuplah saling mengenal, kecuali jika nanti sudah lulus. 

Status hubungan membuat pasang-surut
Status hubungan komunikasi dengan istriku, pernah mengalami pasang-surut. Karena masing-masing sedang meyakinkan pada fihak lainnya, serius dan tidak main-main. Hingga suatu saat, dengan segenap jiwa dan perasaanku, aku raih hatinya. Aku katakan, aku mencintainya. Aku sangat merindukannya. Pada waktu itu, aku tidak ingin tahu apa jawabanya. Yang penting, dengan seluruh keyakinan, aku sudah mengungkapkan isi hatiku padanya.

Udara sore kota Jogjapun berasa sejuk, hingga aku mengerti bahwa istriku menerimaku. Tanpa sadar, sudut-sudut mataku seperti berlinang air mata. Sebersit muncul rasa syukur, betapa Allah telah menghadirkan seorang wanita kepadaku. Sejurus kemudian, malampun turun, menyelimuti daerah Sagan Wetan-kota Jogja. Tiba saatnya, aku harus pulang, untuk kembali ke Kebumen. Malam itu, adalah malam bersejarah. Perjalanan pulang paling mengesankan dengan berbagai macam perasaan yang bercampur seiring laju bus malam Mandala jurusan Malang-Tasikmalaya.


Aku harus mengakhiri dengan meresmikannya
Hubunganku berlanjut, manun ada yang kurang nyaman. Mengapa begitu? Soalnya statusku dan juga istriku posisinya sudah "tidak muda" lagi. Sehingga aku berfikir untuk segera mengakhiri status itu dengan meminangnya. Aku segera menikah. Karena hubungan yang tidak resmi sering mendatangkan fitnah dan dapat berbahaya.

Dalam pandanganku, Islam yang sempurna telah mengatur hubungan dengan lawan jenis. Hubungan ini telah diatur dalam syariat yang berbentuk pernikahan. Pernikahan yang benar dalam islam juga bukanlah yang diawali dengan pacaran, tapi dengan mengenal karakter calon pasangan tanpa melanggar syariat. Melalui pernikahan inilah akan dirasakan percintaan yang hakiki 

Tahun pertama: masa adaptasi
Tahun-tahun pertama setelah pernikahan, merupakan masa sulit bagiku. Tahun-tahun pertama menikah merupakan tahun-tahun adaptasi dalam segala hal. Kepribadian, keluarga, saudara, lingkungan sosial, keadaan fisik rumah, kebutuhan harian dan masih banyak lagi. Meskipun sebagian orang menganggapnya sebagai masa bulan madu, menandakan romatisme, kesan akan manisnya hari-hari yang akan dilalui. Apalagi bagi pemuda dan pemudi yang sebelumnya ”berpuasa” menahan diri dari romantisme dan pacaran yang tidak halal, tidak heran jika bayangan bulan madu sedemikian menjanjikan bagi mereka.
Namun, jika itu yang kita bayangkan dan tidak mengantisipasi kenyataan, maka kita akan terkejut. Bulan madu pasti indah, namun jangan pernah lupa bahwa ini dunia fana, hanya sementara. Pernikahan, layaknya dua manusia bersatu dalam sebuah lembaga norma, akan mengalami pasang dan surutnya gelombang kehidupan. Itu pasti. Untunglah senantiasa aku ingat arti doa yang disunnahkan dibacakan untuk pengantin:
Semoga Allah berkahi kalian berdua dalam masa bahagia dan smoga Allah berkahi kalian berdua dalam masa sulit dan semoga Allah selalu himpun kalian berdua dalam kebaikan (di dunia & di Akhirat).

Dari doa yang diajarkan oleh Nabi kita SAW ini jelaslah bahwa pasangan suami istri akan mengalami masa bahagia dan juga masa sulit. Yang terpenting adalah selalu hadirnya keberkahan dalam situasi seperti apapun dan juga penting untuk selalu ”berhimpun dalam kebaikan”. Apapun masalah yang muncul dan terjadi dalam keluargaku. Aku dan istriku sepakat untuk membahas dan menyelesaikannya di “dalam rumah” untuk memperoleh jalan terbaik.
Ketika upacara dan tasyakuran sudah usai,kursi- tenda sudah digulung dan dikemasi, kerabat yang datang sudah kembali ke rumah masing-masing, kado sudah dibuka, dan aku dan istriku tinggal hanya bersama keluarga terdekat istriku, maka adaptasi babak pertamapun dimulai. Banyak yang harus aku adaptasikan, dari perbedaan latar belakang sosial ekonomi, pendidikan, perbedaan usia, budaya, interaksi sifat-sifat pribadi, hingga perbedaan ideologi maupun pandangan-pandangan dalam agama. Sebagai contoh, sebelumnya aku tidak memperhatikan detil perbedaan selera makanan, gaya bersantai hingga  sikap terhadap waktu, dan masih banyak lagi. Pendek kata,  segala hal mungkin berpotensi menjadi masalah antara suami dan istri,jika keduanya tidak saling menyesuaikan. Karena hakekatnya persatuan dua insan pasti butuh penyesuaian. Lantas, jika segala hal dapat menjadi sebab persoalan, apakah itu berarti pernikahan yang aku lalui ini merupakan suatu langkah yang salah?
Tentulah tidak. Membaca dari syari’at Islam, menikah merupakan tuntutan fitrah, sehingga betapapun ada tantangannya, tetap saja pernikahan adalah kebutuhan. Persoalan adapatasi bukan suatu hal  yang menakutkan dan harus dihandari. Tetapi munculnya masalah, persoalan atau kesulitan itu mendidik kita untuk terus belajar memperbaiki diri menjadi lebih baik. Bukankan Allah telah menjamin, bahwa dalam kesulitan itu ada kemudahan.
Pribadi yang simpel, rasional dan jujur
Istriku aku kenal sosoknya sebagai pribadi yang simpel. Berfikirnya sederhana, tidak berbelit dan suka berterus terang. Keterusterangannya kadang membuat aku kaget. Tetapi di belakang hari, aku melihat banyak manfaatnya dari keterusterangannya itu. Aku dapat pelajaran yang banyak dari sikap istriku. 

Benar yang dikatakan Qur’an, bahwa jujur itu menenteramkan. Bayangkan saja, kata isteriku ketika suatu saat membahasnya. Betapa seseorang sekali berbohong, maka selanjutnya seseorang akan berkali-kali bohong, untuk menutupi kebohongannya tadi. Ini akan meracuni jiwa. Sehingga ketika jiwa seseorang itu kacau  dan  gelisah, jangan-jangan dia sedang berbohong atau menutupi kebohongannya! Hal ini persis isi ceramah pak Kyai kondang AA Gym, yang dikutip Dr HM Harry Mulya Zein, “Bohong itu adalah penjara bagi diri manusia,” betapa tidak, kebohongan akan membuat kita selalu was was, karena takut kebohongan  kita diketahui, kita pun kembali berbohong untuk menutupi kebohongan kita itu. Dan kebohongan baru yang baru saja kita reproduksi itu akan menjadi penjara baru. Demikianlah riwayat hidup orang yang dipenuhi oleh dusta atau tidak jujur dalam bentuk apapun. Orang –orang yang tidak menjaga dirinya dari kedustaan dan ketidakjujuran tidak akan pernah tenang dan tawadu dalam hidupnya.

Pemaaf dan dermawan
Ketika suatu saat marah, kemarahannya bisa meledak-ledak. Terutama jika menyangkut hal-hal yang prinsip. Pada saat seperti ini, aku biasanya memilih diam. Tetapi jika masalahnya sudah terselesaikan, akan reda kembali.

 Isteriku termasuk pribadi yang tidak menyimpan kesalahan orang lain. Bukan pribadi yang pendendam, namun sangat pemaaf. Suka pada hal-hal sederhana dan warna-warna coklat yang mencerminkan kesederhanaan. Dalam bertindak lebih banyak menggunakan ukuran-ukuran rasional. Tulus dalam menolong orang lain tanpa tendensi atau imbalan yang bersifat menguntungkan diri pribadi. Ketulusan dalam menolong orang lain bagi istriku menimbulkan kepuasan tersendiri yang tidak bisa digantikan oleh apapun.