Friday, September 23, 2016

Belajar dasar-dasar kewartawanan di Yayasan Al-Jabbar

Kemampuan menulis ternyata harus dilatih. Disamping, kita harus tahu tekniknya, menulis harus dilatih terus menerus, serta adanya kemauan. Mengapa bisa begitu? Karena menulis lebih merupakan kegiatan menuangkan gagasan. Banyak orang memiliki gagasan atau ide, namun hanya sedikit orang yang dapat mengungkapkannya secara teratur dan dapat diterima oleh orang lain. Agar dapat terampil menuangkan gagasan, seseorang harus berlatih. Berlatih memilih kata, berlatih merangkai kalimat, hingga berlatih membangun paragraf.

Kursus yang membuka wacana kepenulisan
Dalam hal menulis, aku akui bahwa menyukai aktivitas menulis ini sejak sekolah menengah dulu. Namun pada saat itu, aku tidak tahu bagaimana harus berlatih dan mengembangkan kemampuan. Aku hanya berangan-angan mempunyai profesi wartawan. Lantas aku bercita-cita menjadi seorang wartawan atau seorang penulis.

Hingga suatu saat, Sonhaji temanku sekolah di Sekolah Guru (SPG N Pekalongan), bercerita tentang kursus tertulis tentang dasar-dasar kewartawanan di Jakarta. Akupun sangat tertarik dan ikut mendaftar sebagai peserta. Pendaftarannya dikirim via pos, termasuk biayanya membayar melalui wesel Pos. Penyelenggaranya adalah Yayasan Al-Jabbar, Grogol, Jakarta Barat.

Lamanya waktu kursus, kalau tidak salah ingat berlangsung selama empat bulan. Materi dan panduan kursus dikirim secara tertulis melalui paket pos, dalam bentuk modul. Di dalam setiap modulnya, ada tugas  tertulis yang harus dikerjakan. Hasil jawabanya dirim kembali melalui pos. Hingga pada bulan ke empat, aku harus membuat tugas akhir, berupa naskah berita liputan tentang suatu kejadian.


Membangun  paragraf yang efektif
Dari mengikuti kegiatan kursus tertulis tersebut, hal paling “surprised” ketika aku memperoleh pengetahuan dan ketrampilan menyusun kalimat yang efektif untuk bahan berita bagi seorang wartawan. Selain itu, juga diajarkan bagaimana memilih kata, diksi dan gaya bahasa, menyusun kalimat dan mengembangkan paragraf.

Aku masih ingat, bagaimana teknik mengembangkan paragraf yang dinamis dan efektif. Paragraf yang dinamis tersusun oleh bangunan kalimat yang efektif. Sedangkan kalimat efektif  sangat dipengaruhi oleh struktur kalimat yang dipilih. Disamping itu, kalimat yang efektif dipengaruhi juga ketepatan pemilihan jenis kata dan gaya bahasa. Membangun paragram dalam tulisan, sebenarnya dapat mengikuti suatu pola. Pola umum yang aku pelajari dari kursus itu, adalah pola D-A-M-K. Apa itu? D itu singkatan dari duduk perkara, A itu singkatan dari analisa, M itu singkatan dari misal dan K itu singkatan dari kesimpulan.

Berdasarkan pola DAMK tersebut, maka sebuah paragraf, diawali kalimat yang mengungkapkan duduk perkara atau persoalan pokok yang mau dibahas. Setelah itu, diuraikan dengan kalimat-kalimat berikutnya. Kalimat itu dapat berupa kalimat atas jawaban pertanyaan apa, siapa, kapan, bagaimana dan mengapa peristiwa itu terjadi. Teknik analisis ini merupakan yang umum dilakukan. Ada teknik lain yang dapat dilakukan seperti teknik kronologis.
Setelah, persoalan pokok itu diuangkapkan dan sudah diuraikan secara per baikan, maka tugas penulis adalah menghadirkan kepada pembaca menjadi “lebih nyata”. Sehingga seorang penulis atau wartawan, melaporkan suatu peristiwa secara kongkrit meskipun dalam kata-kata. Pada tahap ini, seorang penulis dapat memberi contoh, analogi atau rumus dan contoh perhitungan. Dapat juga mensimulasikan urutan pelayanan, atau kronologi sebuah kejadian. Setelah dijelaskan secara luas perbagian dengan contoh riil, pada tahap akhir tulisan atau menjadi penutup, seorang penulis memberikan kesimpulan, penegasan atau himbauan. Harapannya agar setelah membaca tulisan yang kita buat, seorang pembaca memperoleh gambaran yang sama tentang suatu peristiwa.


No comments:

Post a Comment