Friday, December 15, 2023

Desa Panglipuran: Terbersih se-dunia karena kekuatan adatnya

Ini adalah moment out-door terbaik ketika berkesempatan berkunjung ke Bali, bersama rombongan Bumdesma Bodronolo Kebumen,  Rabu (13/12/2023) siang itu. Dari penjelasan pemandu, Desa Penglipuran  terletak di Kabupaten Bangli, Provinsi Bali. Desa yang merupakan  satu diantara banyak desa adat di Bali dengan banyak daya tarik yang unik.  Sehingga menarik minatku untuk mencari tahu ke sana.

Pesona Desa Penglipuran bukan dari pantainya yang menenangkan, bukan dari bentangan alamnya yang mengagumkan, bukan karena pesona bawah lautnya yang spektakuler, namun karena kekuatan memegang adat dan keharmonisan masyarakatnya. Benar, baru beberapa langkah saja dari area parkir menuju gapura desa Panglipuran sudah terasa daya tariknya. Tidak ada sampah dan bebas polusi! Lingkungan tradisional yang bersih, asri dan tertata rapi.

Berjalan memasuki desa ini, terasa lega, hilang sesak di dada. Karena  suasana segar dan  warna hijau  tanaman yang rapi tertata. Semakin  masuk ke area desa, udara dan pemandangan akan semakin terasa sejuk dan asri dengan pemandangan pagar tanaman  yang menghiasi seluruh area desa. Menurut penuturan Biyang Lancar yang aku singgahi rumahnya, ia, anak dan menantunya setiap hari sejak pagi buta sudah bersih-bersih rumah dan lingkungan pekarangan termasuk jalan lingkungan. Tentu jalan lingkungan yang ada tepat di depan atau samping rumahnya. Selain itu, kata ibu dari dua anak laki dan perempuan itu ada aturan adat yang berlaku di desa ini. "Ketika berjalan  dan mengelilingi desa ini, dilarang menggunakan kendaraan bermotor. Hal ini diberlakukan  untuk menjaga lingkungan Desa Penglipuran agar bebas dari udara kotor.  Selain itu, masyarakat juga tamu dilarang membuang sampah sembarangan. Di Desa Penglipuran, sudah disediakan tempat sampah kira-kira setiap 30 meter" tukasnya mengakhiri penuturannya. Bersamaan turunnya hujan siang itu, Biyang lancar dengan anak dan menantunya segera merapikan barang dagangan di seambi ramahnya, agar tidak basah.

Saturday, November 4, 2023

Batik LOGANDENG: Penuh keguyubrukunan warganya

Meski datang terlambat, Kamis sore itu (2/11/2023) saya tidak melewatkan kesempatan untuk berkunjung ke kelompok usaha batik di Kalurahan Logandeng, Kecamatan Playen, Gunungkidul. Untuk mengambil sebagian kecil dari banyak  prestasi desa Juara Lomba Desa Nasional ini, saya mengambil angel kelompok usaha batik.

Motif batik yang dikelola kelompok perempuan "Jemari ibu" jelas menggambarkan motif campuran. Motif batik ini nampak memasukkan  motif kontemporer, namun tetap mempertahankan motif pohon lo yang melegenda. Keberadaan pohon Lo (Ficus Racemosa) tidak lepas dari legenda desa Logandeng. Menurut penuturan Kepala Kalurahan, Bopo Suhardi, di awal sejarahnya di daerah ini tumbuh subur tanaman pohon lo. Saking suburnya tumbuhan itu  saling "bergandengan" menyatu antar pohon lainnya.

Motif lo gandeng, seperti dituturkan bu Ddhukuh Siyono, Kristina, mengandung makna petsatuan. Bahwa kekuatan desa ini dibangun dengan bersatunya kekuatan padhukuhan, dhusun, keluarga dan seluruh masyarakat yang ada di desa ini sebagai nilai luhur yang ada secara turun temurun. Sedangkan motif kontemporer, mencerminkan masyarakat desa Logandeng juga dapat menyesuaikan terhadap perkembangan jaman dan mengadopsi tren kekinian. Nilai-nilai luhur masyarakat Logandeng tentang persatuan, kesatuan kerjasama dalam membangun desa masih sangat kuat. Hal ini juga diakui ibu Sutroyani dan Sumini yang kami temui saat menyelesaikan pembatikan di kelompok Batik "Jemari Ibu" Dari penuturan kedua emak-emak ini, bahwa keguyubrukunan warga ini tercermin dari berbagai kegiatan.  Begitu juga dalam kelompok usaha batik yang dibentuk Bopo lurah ini.

Ada beberapa orang yang bergabung dalam usaha kelompok batik ini. Masing-masing orang saling membantu, disamping memiliki tugas pokoknya. Ada yang berperan dalam menetapkan pola, melukis dengan malam, mewarnai, nge-blok, hingga mencuci , mengemas kalau batik sudah jadi. dan batik siap di kirim ke pemesan atau di jual. Ada tiga jenis batik yang dikerjakan oleh para emak-emak di "Jemari Ibu" ini, yaitu batik tulis, batik cap dan campuran batik tulis dan cap. Tergantung dari pesanan pembeli. Tentu, akan berpengaruh dalam harga. Sebagai gambaran, satu lembar batik tulis akan selesai kurang lebih satu minggu. Sedangkan batik cap, dalam sehari mak-emak ini dapat menyelesaikan 6-7 lembar kain batik. Luarbiasa.



Tuesday, July 25, 2023

Selamat Jalan Mas Adityo Wibowo

 Di kalangan pebisnis, kaum muda, dan komunitas di Kebumen tentu sangat mengenal sosok mas Adityo Wibowo. Sosok muda yang enerjik, kreatif dan inovatif, memiliki jiwa enterpreunership yang tinggi. Hal inilah menyebabkan mas Adit, begitu panggilan akrabnya, memiliki banyak kegiatan dan seabreg aktivitas bisnis maupun sosial. Sayapun mulai mengenal mas Adit di kegiatan sosial KAGAMA (Keluarga Alumni Gadjah Mada,) Cabang Kebumen. Di KAGAMA mas Adit duduk di Bidang Pengembangan SDM, Inovasi dan Teknologi sejak tahun 2015. Melalui ide dan kreativitasnya banyak lahir kegiatan dan aksi sosial dalam hal peningkatan kapasitas alumni maupun masyarakat umum.

 Selain aktivitasnya di KAGAMA, mas Adit juga memiliki kesibukan pribadi sebagai Managing Director PT Selera Masa Berkah Wisata, Managing Director PT Mandiri Argo Sejahtera dan Direktur CV Hasta Karya.

Sosok humanis dan peduli

Dalam catatan saya sebagai anggota Satgas, Mas Adit adalah sosok muda yang berinovasi, di tengah dahsyatnya pandemi Covid-19, demi menyelamatkan "dapur" puluhan karyawannya. Hampir enam bulan perusahaan  jasa angkutan bus yang dia pimpin, tidak dapat beroperasi dan tidak dapat pemasukan akibat kebijakan pemerintah dan pembatasan penggunaan moda transportasi umum, kala itu.

Inovasi yang dilakukan mas Adit, adalah menyulap bus Selera Masa, menjadi cafe berjalan. Dalam inovasinya itu fihaknya menggandeng Radio Kopi, cafe kekinian dengan co-working space untuk menyajikan berbagai macam menu makanan, minuman dan camilan selama trip berlangsung.Untuk menyulap sebuah bis menjadi cafe berjalan, maka hal yang dilakukan adalah mengubah tempat duduk dan menambahkan meja, menetapkan rute pendek dan  menerapkan protokol pencegahan Covid-19. Setiap penumpang termasuk kru bus, wajib dicek suhunya, cuci tangan dengan hand sanitizer dan mengenakan masker.

Kemunculan cafe berjalan dengan mengusung brand cafe on bus itu tentulah disambut gembira para penumpang, seperti dikutip dari Kebumen Ekspres, karena mereka bisa berwisata sekaligus memperoleh hiburan di tengah suasana jenuh  pandemik yang berkepanjangan. Selain itu dengan  cafe on bus, penumpang memperoleh suasana perjalanan yang sensasional. Terlebih disediakan fasilitas makanan, camilan dan kopi yang bisa dinikmati selama perjalanan.

Bagi banyak orang penumpang, merupakan pengalaman yang mengasyikkan. Namun lebih dari itu bagi mas Adit, cafe on bus adalah pengalaman batin yang dalam, penuh syukur dapat menjadi jalan rezeki bagi puluhan karyawannya, di tengah suasana pandemi.

Semoga kebaikan hatinya dapat menjadi penerang jalan. Selamat jalan mas Adityo Wibowo.

Tuesday, July 4, 2023

GOA SILODONG: Eksotisme, Keramahan dan citarasa nasi Mogana


Setelah berjalan kaki, kira-kira 15 menit dari tempat kami parkir kendaraan,  akhirnya sampailah kami di mulut gua si-lodong. Oleh pegiat wisata desa disiapkan tempat duduk di atas gelaran tikar, cukup menampung 30 orang. Kami pun istirahat  sejenak, duduk dan melepas alas kaki. Sambil menghela nafas, terasa angin bertiup dari sela pepohonan dan batuan goa. Sejuk. Disitu sudah ada rombongan BRIN yang mengarahkan kami sebelumnya.  Ada pak doktor Chusni ,pak Triharjito. pak Sugiharto. pak Sukiman. pak Edi ,pak Haris dan bu Novi, 

Ada sajian khas pedesaan yang menggugah selera. Dua bakul nasi mogana! Masih hangat. Nasi gurih, di dalamnya ada  ayam ingkung dengan bumbu urab kelapa parut,  dengan cita rasa  pedas-asin. Disajikan di atas lembaran daun jati segar. Dimakan pakai tangan dengan rajangan lembut petai dan sayuran lokal.  Sungguh menggugah selera dengan suasana alam terbuka. Belum lagi teh panas, kental manis, dan singkong rebus. Lengkap sudah   mengembalikan tenaga kami yang hilang.

Misi "ekspedisi"

Tidak seperti  para geologist BRIN  Karangsambung datang untuk  melihat jenis dan sejarah terbentuknya batuan goa, maksud kunjungan kami ke goa silodong,  selain menikmati pesona salah satu situs geopark Kebumen, juga  mencari peluang pemberdayaan masyarakat sekitar dalam rangka membangun dan merawat bumi, batuan dan goa yang ada dengan baik. 

Sekilas kami melihat potensi yang bisa dipoles untuk dikembangkan. Di pemukiman terakhir dekat goa silodong, ada sekelompok keluarga yang menjajakan hasil anyaman pandan.  Sementara ada seorang ibu dan neneknya serius menyelesaikan complong, lembaran anyaman pandan yang nantinya sebagai bahan dasar beraneka produk kerajinan sepeti dompet, slepen,  topi, tas, tempat  koran dll.

Ada juga yang menjual pupuk  guano yang dikemas kiloan. Keberadaan goa silodong yang di dalamnya juga untuk hidup sekelompok kelelawar, kotorannya yang sudah bercampur tanah di dalam gua memiliki nilai ekonomi bagi penduduk setempat. Pupuk guano dari kotaran kelelawar itu sangat bagus untuk pupuk organik sebagai penyubur tanaman dan laku dijual.

Selain kesan exotic goa silodong yang masih perawan dengan banyak hiasan stalagtit "hidup", kesan yang mendalam adalah keramahan para pegiat wisata desa yang dikomandani pak Kades Langse Gunawan Sugiyanto dalam menyambut pendatang. Ini bisa jadi modal awal untuk membangun Desa Wisata Goa Silodong dengan devisi pemandu wisata yang handal, devisi kuliner  penuh cita rasa, devisi home stay yang mengesankan dan devisi cinderamata yang kreatif. Keberadaan mushola mungil yang bersih dengan ketersediaan sumber air yang cukup bisa menjadi daya tarik untuk dikembangkan menjadi rest area yang nyaman, Semoga,

Saturday, February 4, 2023

Masyarakat Bintan erat dengan kehidupan di atas kelong

Bersyukur ketika berkesempatan ke Bintan, saya bertemu   Adi Kurniawan.  Adalah seorang  tour guide yang membawa rombongan kami  ke banyak tempat. Sepanjang jalan banyak mengungkap keunikan pulau penghasil beuksit ini. Bukan saja cerita Beuksit sebagai mineral logam  bahan utama alumunium.

Namun dengan gayanya yang kadang kocak juga bercerita tentang budaya masyarakat Bintan merawat
kelong  baik yang  apung maupun tanam untuk kelangsungan hidup dan ekonomi keluarganya.

Masyarakat Bintan dalam  memelihara ikan, bisa berhari-hari bahkan dua mingguan hidup di atas _kelong_. Semacam keramba kayu yang dilengkapi jaring di kanan-kirinya, dengan bangunan rumah kayu di atasnya.
Selama diatas kelong, mereka mengerjakan semua hal disitu, sejak menjaring, memberi makan, merawat dan memijahkan ikan-ikan itu, hingga memanen dan membawanya pulang atau menjualnya.

Tuesday, December 13, 2022

Menemukan produk enzim berkualitas

Buku tulisan  Hiromi Sinya The Miracle of Enzyme seolah menjadi magnet. Buku yang membuka cakrawala baru  ilmu pengetahuan kesehatan dan kedokteran. Buku yang mengungkap pentingnya keberadaan  enzim dalam kehidupan dan  meraih kesehatan dan hidup lebih lama  telah mendorong pada perbaikan pola kebiasaan , memilih bahan makanan dan cara makan. Serta menumbuhkan kesadaran untuk menghindari makan makanan yang justru menguras enzim dan memilih makan makanan yang meningkatkan kekebalan tubuh dan meningkatkan jumlah enzim.

Bermunculan produk Enzim

Hampir satu dasawarsa buku yang relatif enak dibaca awam itu menjadi best seller di Indonesia juga telah mendorong munculnya banyak produk enzim di pasaran, Baik produk import maupun dalam negeri. Dipasarkan secara konvensional melalui outlet, apotik dan toko obat, melalui pemasaran online maupun melalui penjualan langsung oleh distributor kepada calon pengguna.

Selama periode pandemi Covid-19, pemasaran produk enzim dan suplemen lainnya banyak didominasi secara mencolok melalui perdagangan online. Masyarakat lebih memilih praktis dan aman tidak keluar rumah bisa pesan dan membeli produk dan membayar dari rumah. Ditambah lagi masih ada diskon dan bebas ongkos kirim. Lalu lintas perdagangan online sangat tinggi.

Nampaknya menggembirakan, pergerakan uang dan nilai ekonomi meningkat di masa pandemi, di tengah-tengah perdagangan di pasar tradisional dan konvensional terpuruk. Namun, ada kekhawatiran bahwa dalam sistem perdagangan online, konsumen tidak ada jaminan memperoleh produk yang berkualitas dan sesuai spesifikasi yang ditawarkan.

Insya Allah bersambung...


Wednesday, November 23, 2022

THE MIRACLE OF ENZYME: Buku hebat untuk hidup sehat dan hidup lebih lama



Buku The Miracle of Enzyme sejauh ini merupakan buku hasil riset yang sangat lengkap membahas kehebatan enzim. Ditulis oleh dokter bedah senior Jepang, Hiromi Sinya. Ditulis dan disajikan dengan sangat menarik. Dengan gaya bertutur mengalir, menggunakan bahasa yang ringan dan mudah dicerna. Sekalipun dibaca oleh orang awam.

Rahasia kehebatan enzyme
Enzim bertanggung jawab atas seluruh fungsi-fungsi tubuh, gerakan organ, irama pernafasan dan detak jantung. Selain itu, keberadaan enzim berfungsi pada perbaikan sel tubuh yang rusak dan regenerasi sel yang tua, layu dan lemah. Sehingga kekuatan enzim merupakan energi untuk hidup dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

Menurut Hiromi, karena enzimlah sel tubuh kita jadi hidup, bisa bergerak, tumbuh dan berfungsi sempurna. Lambung kita bisa sehat, pankreas, jantung, hati dan paru-paru kita dapat menjalankan fungsinya dengan baik ketika jumlah enzim yang ada dalam tubuh kita dalam jumlah yang cukup. Sehingga dengan enzim, kita bisa hidup sehat dan  hidup lebih lama.

Mati, menurut Hiromi adalah kondisi manakala habisnya enzim di masing-masing bagian, dalam tubuh dalam waktu yang panjang/kronis. Karena sejatinya melalui mekanisme enzim, memungkinkan tubuh dapat menyembuhkan dirinya sendiri melalui fungsi enzim pangkal.

Upaya menjaga keseimbangan  enzim
Oleh karena itu, sejatinya ikhtiar manusia untuk sehat adalah upaya mempertahankan jumlah enzim dalam tubuh tersedia dalam keadaan cukup. Baik menjaga keberadaan enzim yang ada di dalam tubuh, maupun memilih makan makanan yang banyak mengandung enzim. Atau sebaliknya menghindari makanan yang menguras enzim di dalam tubuh.

(1) Menghindari bahan makanan yang menguras Enzim
Dalam kehidupan sehari-hari ternyata banyak makananan yang sejatinya menguras enzim dalam tubuh, seperti: margarin, susu sapi, minyak/gorengan, alkohol, tembakau/rokok, daging, obat/kimia dan dan bahkan nasi! Menurut Hiromi nasi di jaman sekarang sudah menjadi bahan "mati" karena telah kehilangan kulit arinya,

(2) Memilih bahan makanan
Selain itu, menjaga keseimbangan Enzim dapat dilakukan dengan memperbaiki cara makan dan memilih bahan makanan, seperti: 
  • mengunyah 30-50 kali, 
  • minum setengah jam sebelum makan, makan 4-5 jam sebelum tidur, 
  • makan sayur, buah, biji-bijian segar, 
  • jangan terlalu banyak protein hewani (15% atau 1 gram per kilo berat badan), 
  • makan enak (dengan gembira),  
  • minum air putih hangat, 
  • minum teh tidak lebih dari 3 cangkir sehari,
(3) Memperbaiki pola kebiasaan.
Cara lain untuk menjaga keseimbangan enzim adalah dengan menjaga kebiasaan yang dapat mempertahankan jumlah enzim, seperti:
  • tidak makan sebelum tidur, saat tidur dalam posisi perut kosong 
  • minum 2 gelas (500 ml) 1 jam sebelum makan
  • minum setelah bangun tidur pagi hari 
  • makan buah 30 menit sebelum makan
  • engukus sayuran 2 menit 
  • biasakan tidur siang 5 menit setiap hari
Masih perlukah suplemen Enzim
Sayangnya, pertambahan umur, kebiasaan dalam pola makan dan gaya hidup, jenis makanan dan caranya makan kita sebagian besarv salah. Kondisi ini  telah membuat enzim pangkal yang ada di dalam tubuh kita, justru terkuras habis. Ketika banyak jenis enzim yang hilang, maka timbul lah banyak gangguan pada tubuh dan muncul banyak penyakit.

Untuk itulah perlunya menjaga/mempertahankan jumlah enzim di dalam tubuh juga  perlunya mengkonsumsi bahan makanan yang banyak mengandung enzim. Sehingga keberadaan produk enzim yang berkualitas baik sebagai suplemen dan berfungsi mengatasi hampir semua masalah penyakit yang menyerang tubuh kita sangat diperlukan.

Saturday, October 15, 2022

Serunya Bermalam di Griya Lesanpura Deswita Rejosari


Bertempat di homestay Griya Lesanpura, rombongan studi banding kawasan pedesaan diterima oleh Kades Desa  Wisata (Deswita) Rejosari, Kecamatan Bansari, Kabupaten Temanggung, Teguh Rahayu (9/10/2022). Rumah yang dirancang oleh pemiliknya Wiyanto-seorang guru sejarah di SMP Negeri 2 Kretek Wonosobo ini memilih gaya arsitektur kuno dengan banyak memasukkan ornamen klasik ini mengingatkan kita pada sejarah, jauh ke masa "zaman pewayangan". Nama Lesanpura ini mengambil dari nama sebuah kerajaan asal ksatria dalam tradisi pewayangan Jawa, Satyaki, yang merupakan sepupu Kresna dan Pandawa. Styaki tinggal di kasatriyan Swalabumi.

Bergaya elektik

Rumah ini bukan bangunan peninggalan kuno. Rumah ini dibangun tahun 2010.  Menurut penuturanya bangunan ini belum selesai, karena Wiyanto sangat selektif dalam memilih model bangunan hingga perabotannya. Plafon yang tinggi, hiasan di atas genteng, daun pintu hingga engsel, ukiran pada “umpak” pilar utama rumah.  Pemilihan warna cat tembok yang dominan putih “broken white”, sedangkan warna cat kayu kombinasi hijau tua dengan kuning. Kesemuanya mencirikan bangunan kuno layaknya sebuah “padepokan”.

Memasuki ruangan rumah, di setiap dindingnya banyak dihiasi pigura bergambar presiden Soekarno dan presiden  Suharto dengan berbagai situasi. Termasuk ketika Presiden Soekarno berdampingan dengan Presiden AS John F. Kenedy. Gambar foto-foto tersebut berukuran besar seperti poster. Sekilas ruangan-ruangan ini terkesan seperti “museum” sejarah.

Di dalam ruangan, langka terlihat perabot. Hanya terdapat beberapa meja credenza klasik, tanpa kursi. Kami berkumpul, makan, mendengarkan paparan dari pejabat Bappeda, PMD Pemkab Temanggung dan pak Kades Teguh Rahayu, malam itu dengan duduk lesehan di atas karpet; yang menutupi tegel-tegel warna semen polos klasik.

Lebih seru ketika memasuki ruang tengah, yang dibiarkan terbuka tanpa tembok pemisah, sehingga menjadi ruangan yang luas. Di sini ada koleksi tanaman hias, kolam ikan, beberapa set meja-kursi kayu tamu dan kursi resban kayu tebal dengan motif ukiran dan tekstur klasik. Kursi ini berukuran besar, dapat memuat 5-6 orang. Di kursi ini juga kami sempat berbincang dengan para pegiat Deswita Rejosari, seperti: Tugiono, Suwadi-Kaur Kesra yang sekaligus Ketua Deswita, Wiyanto sang Guru dan Pak Kades Teguh Rahayu. Kursi resban ini dibeli dari pedagang mebel di kota Temanggung. Meskipun jaraknya jauh, namun Wiyanto berminat membeli kursi resban tersebut karena model dan motifnya antik.

Di ruang inilah kami disambut dengan minuman “welcome drink” khas Dukuh Sigarut, wedang cabe! Adalah minuman dengan rempah penghangat dan sedikit cabe segar dengan sajian menggunakan gelas ukuran sangat kecil. Sehingga satu gelas itu sekali tegukan, wedang cabe itu habis. Terbukti setelah minum wedang cabe, badan terasa hangat. Meskipun udara di dalam ruangan lebar itu sangat dingin, sejuk serasa masuk sampai tulang. Tidak heran, suasana sejuk di Griya Lesanpura ini, karena kawasan desa wisata Rejosari  Kecamatan Bansari berada di kaki gunung Sindoro.

Insya Allah Bersambung...

Monday, February 21, 2022

SUKARAJA: Setiap sudutnya ada geliat berusaha


Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 60 menit dari Hotel Horison Tasikmalaya, melewati jalan kota, sudut perkampungan, empang dan tanah pertanian terasering akhirnya rombongan studi orientasi kerajinan anyaman pandan Kabupaten Kebumen itu sampailah di desa tujuan, Sukaraja, Kecamatan Rajapolah, Tasikmalaya (19/02/2022). Acara yang dikoordinir Dinas PMD Kabupaten Kebumen ini diikuti dari unsur  Bappeda, Kecamatan, Kepala Desa, BPD, BUMDES  dan Bumdesma Kawasan  anyaman pandan. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan wawasan bisnis, pengelolaan dan peluang usaha bagi pengembangan produksi anyaman pandan di Kabupaten Kebumen.

Keberadaan desa Sukaraja tidak lepas dari seorang kaya raya yang melahirkan keturunan  yang bernama H. Abdul Wajah yang mendirikan sebuah Desa bernama Sukaraja. Nama Sukaraja diambil dari kebiasaan ayahnya, Purwaja yang suka bersedekah dan menyayangi  rakyat kecil. Desa Sukaraja  berada di bawah Pemerintahan Kecamatan Rajapolah Kabupaten Tasikmalaya yang terdiri dari 4 kedusunan, 13 RW dan 44 RT. Desa ini sejatinya telah mengalami pemekaran. Pada tahun 1988, dimekarkan menjadi dua desa, yaitu desa Sukaraja dan desa Sukanagalih.

Tiba di desa Sukaraja rombongan Didampingi pak Mamat Diskop-UKM-Perindag dan diterima Kabid Administrasi desa dan Kabid Penaataan, Pengembangan dan Kerjasama Desa Dinas PMD Kabupaten Tasikmalaya, Dodi, Kades Sukaraja, Asep Nanang, S.Pd.I dan jajaran Muspika Rajapolah. Hadir pula Ketua Paguyuban Kampung Kreatif Rajapolah dan Ketua KADIN yang sekaligus menjabat sebagai Tenaga Ahli.

 Dalam kunjungan lapangan, rombongan diajak melihat dari dekat bagaimana warga  Desa Sukaraja berkegiatan ekonomi, menekuni usaha keluarga yang sudah turun temurun dalam kerajinan anyaman. Menelusuri rumah dan gang, di dukuh Sukaruas, Sukaraja ini, hampir di setiap sudutnya penuh dengan aktivitas produksi anyaman pandan. Dari jenis produk hiasan hingga nilai pakai berbentuk tas, kotak tissue, box tempat dokumen, hantaran, tempat parcel, topi hingga beragam karpet dan hiasan dinding. Semua produk tersebut hampir sudah dipesan oleh pasar lokal, nasional maupun mancanegara.

Seperti diungkapkan Cecep, Ketua KADIN Kabupaten Tasikmalaya, fihaknya telah menjalin kerjasama program dengan lembaga Rank-A yang membantu penyaluran produk anyaman ke negara Jepang. Cecep menambahkan, bahwa kesempatan ini merupakan peluang sekaligus tantangan. "Karena pengrajin dituntut tidak hanya kuantitas produksi, namun juga dalam hal pilihan bahan yang alami dan kualitas" demikian Cecep memaparkan, sambil sesekali melepas dan mengipaskan topi anyaman yang dikenakan, untuk mengurangi panas dan keringat yang keluar, setelah sesaat berjalan keluar masuk rumah dan gang mendampingi rombongan.

Peluang pengrajin Kebumen

Seperti diungkapkan Intan, Ketua Paguyuban Pengrajin Sukaraja, bahwa  kerajinan di daerahnya justru bahan dasarnya berasal dan bergantung dari Kabupaten Kebumen. "Selama ini kami memperoleh complong pandan yang setengah jadi itu dari Kebumen. Dan di sini kami melakukan finishing produk dan memasarkannya", paparnya. Namun menurut Intan lagi, ada kesempatan bagi pengrajin Kebumen untuk berkolaborasi, seperti melalui program magang. Sehingga, menurut Intan lagi, pengrajin Kebumen melalui koordinasi Bumdes/Bumdesma dapat memproduksi kerajinan anyaman pandan hingga finish dan pemasarannya.

Saturday, October 23, 2021

KEMIREN: Desa adat dan jiwa bersaing

 * Ketika berkesempatan bertemu dengan Kades dan mantan kades yang juga sesepuh adat Osing di Desa Kemiren Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi, Ahmad Abdul Fahrin, saya sempatkan berbincang, sambil menikmati sajian kopi _arabica_ khas Kemiren. Asal kata desa kemiren, adalah _kemirian_ yaitu karena desa ini dulunya adalah lahan luas yang banyak tumbuh pohon biji kemiri, sejenis rempah dapur yang kerap digunakan untuk bumbu masak. Mata pencaharian utama warga desa kemiri adalah petani. Warga desa kemiri merupakan keturunan osing, yang merupakan suku asli di Banyuwangi. Hingga Saat ini, keturunan suku osing banyak terdapat di sembilan Kecamatan, termasuk di Desa Kemiren Kecamatan Glagah. 

Desa adat

Sebagai desa adat, masyarakat desa kemiren masih memiliki, memelihara, kebiasaan, tradisi yang menjadi budaya para tetangga adat osing. Seperti gerabah, lampu, tempat tidur hingga perabot dan bentuk rumah. Para tetua adat dengan kesadaran dan rela hati menjaga dan menanamkan nilai budaya Osing kepada anak cucunya. Banyak norma yang tidak tertulis, namun sangat diyakini masyarakat. Seperti tradisi sarung pulikat hitam dan baju putih ketika menghadiri _kenduri_ atau selamatan. Tradisi tahunan _mepe kasur_ merah-hitam di depan rumah. Hingga kerasnya tekad masyarakat Osing memperjuangkan harapannya, seperti yang tersurat dalam _lelagon_: "klambi cemeng seloan cemeng, dikumbah moso lunturo. Bapak seneng emak seneng, dicegat moso munduro". 

Implementasi sikap mental ini tercermin dalam kehidupan masyarakat Osing di Desa Kemiren, yang suka tantangan terbuka. Sejatinya tercermin dari arti kata lain Kemiren, yaitu _irian_, siap bersaing, siap menang. Sikap mental ini tercermin dalam kehidupan masyarakat Osing di Desa Kemiren, yang suka tantangan terbuka. Sejatinya hal ini mencerminkan makna lain dari kata Kemiren, yaitu _irian_, siap bersaing, siap menang. Masyarakat osing merasa tertantang dan lebih bersemangat untuk berkontribusi secara lelang atau _bantingan_ mereka tidak ingin iurannya lebih rendah dari rekan lainnya. Meskipun, diakui sesepuh adat ini, bahwa tidak selalu begitu dalam hal iuran-iuran wajib ke desa. 

 Pintu masuk sendang seruni

Banyuwangi, 21 Oktober 2021

Tuesday, April 6, 2021

Menulis Kebencanaan di Media: Meluruskan Jurnalisme Bencana

Ketika ada bencana, banyak media menulisnya. Bahkan semua media menulisnya, meskipun beritanya terkesan diulang-ulang, karena dari sumber berita yang sama. Keterlibatan media dalam pemberitaan bencana bisa jadi merupakan bentuk kepedulian social. Namun ada juga yang berorientasi bahwa kejadian atau peristiwa bencana memiliki nilai jual secara ekonomis. Terlepas dari kepedulian sosial atau motif lainnya, bencana menjadi  headline setelah  terjadi. Banyak media menuliskanya di halaman utama, dengan tulisan dan warna yang mencolok, dengan ukuran yang sangat besar, bahkan satu halaman penuh dengan gambar full colour dengan harapan dapat menyedot perhatian pembacanya. 

Namun tidak banyak media mengulas, tanda-tanda bencana sebagai kesiapsiagaan bencana serta upaya-upaya yang dapat dilakukan masyarakat di lokasi terdampak serta memberikan edukasi luas tentang kesadaran "menjaga alam". Berita atau tulisan-tulisan dianggap kurang menarik. Beberapa awak media mengambil posisi pandang bahwa bad news is good  news. Akibatnya tulisan kebencanaan berisi hal-hal yang ngeri dan menakutkan. Media masih banyak  mengejar sensasi  dibandingkan  substansi. Kecenderungan lain yang masih sering terlihat di depan mata, bahwa terkesan media telah meninggalkan korban sendirian, setelah diekspos habis-habisan kesengsaraannya. Media gagal  mengawal penanganan pasca bencana dengan pembangunan lebih  baik, sebut saja misalnya  konstruksi  tahan gempa pada fase pascabencana.

 Kesenjangan antara harapan  terhadap peran dan  tanggungjawab media dengan  praktik ideal sebuah media pemberitaan inilah yang  memicu munculnya kecaman dan kritik keras publik terhadap  pemberitaan tentang bencana. Kita pernah mendengar suatu daerah bencana ditutup dan melarang masuk tim liputan media atau adanya perlakuan kekerasan yang dilakukan terhadap media. Kondisi semacam ini, sesungguhnya sangat menyedihkan. Jurnalisme telah berbelok! Hingga akhirnya masyarakat tidak lagi menganggap media sebagai teman baik yang dapat menolong menyuarakan kebaikan dan kemuliaan. Pemberitaan bencana sering terjebak pada kejadian dan sensasi publik.

Menutup kekurangan

Saatnya meluruskan makna jurnalisme kebencanaan. Tidak mudah, namun ada jitu strategi yang dapat ditempuh. Pertamamenanamkan konsep  kesiapsiagaan bencana pada awak media: praktik di Nagoya, pertemuan rutin tiap  bulan antara media, akademisi dan pemerintah  untuk mendiskusikan DRR. Kedua mainstreaming wacana  DRR dengan langsung menulis di media. Sayangnya strategi ini banyak kelemahanya. Baik dari segi kemampuan menulis dan harus bersaing dengan penulis dan tema-tema yang menarik lainnya. Namun dalam strategi ini jurnalisme bencana harus mewacanakan kesiapsiagaan pada setiap tahapan bencana. Pada tahap prabencana hal yang tidak boleh dilipakan adalah mengingatkan warga  terhadap ancaman tujuannya untuk  mendorong kesiapsiagaan.. Pada  Saat bencana harus senantiasa fokus pada korban  selamat, kelompok terentan, dan  membangkitkan semangat korban. Pada fase pascabencana, media harus mengawal proses  rekonstruksi dan rehabilitasi agar tidak  menjadi bencana baru. Ketiga,  mewacanakan  langsung DRR di  media sendiri Keempat,  Mewacanakan DRR melalui kekuatan sosial media Sebuah media yang cepat dan murah saat  tanggap darurat, Menggalang solidaritas dengan cepat, Memanfaatkan crowd untuk  pemetaan

Praktek menulis kebencanaan di media

Melaporkan kejadian atau peristiwa bencana secara memadai (5W+1H)

Mengurai kejadian secara komprehensif, sehingga memberi gambaran menyeluruh tentang kejadian bencana (MPT)

Mewacanakan DRR dalam tulisan

Pada fase Pra-Bencana tulisan mendalam atau kajian mengenai tanda-tanda, karakteristik khas, kesiapsiagaan, serta hal-hal  yang harus diperbuat. Pada fase Bencana tetaplah Fokus pada cara-cara menolong korban  selamat, kelompok terentan, dan  membangkitkan semangat korban. Pada fase pasca Bencana Upaya-upaya yang harus dilakukan dalam rekonstruksi dan rehabilitasi agar tidak  menjadi bencana  baru/berikutnya


(* Disampaikan pada Forum Jurnalisme Kebencanaan bagi Tenaga PUSDALOPS BPBD Kebumen, Rabu 7 April 2021

Sunday, October 18, 2020

Lezatnya menu "Woku" di Warung Ikan Bakar Katombo Jogja

 

Bagi pecinta kuliner Nusantara, menu Woku tentulah tidak asing lagi. Namun bagi sebagian awam, terasa asing mendengarnya. Woku adalah jenis sajian khas masakan ikan laut ala Sulawesi. Masakan ikan laut dengan kuah Woku ini menjadi sangat lezat, karena mengandung banyak rempah didalamnya dengan perpaduan khas ikan segar dan citarasa asin-pedas yang mengundang selera. Sangat cocok dinikmati baik untuk sarapan pagi, makan siang maupun santap malam. Sekali kita mencobanya, bisa ketagihan dibuatnya. 

Berita baiknya, menu khas Sulawesi yang banyak orang menggandrungi ini, tersedia di Jogja. Di Warung Ikan Bakar Katombo di Jalan Rogoyudan 1 nomor 8 Sinduadi, Mlati Sleman menyajikan citarasa masakan ikan laut ala Sulawesi dengan asin-pedasnya yang menggugah selera.

Malam itu setelah menyaksikan pemandangan sepinya kota Jogja di tengah pandemi, tak kuat lagi kami menahan lapar, hingga membawaku sekeluarga berlima singgah ke Warung Katombo ini. Diantara banyak usaha dan warung yang tutup di Jogja, warung ini ternyata tidak sepi pengunjung, namun tetap ketat menerapkan protokol pencegahan covid-19.Setelah memarkir kendaraan di halaman yang cukup luas, sebelum pintu masuk sudah disediakan tempat cuci tangan tanpa menyentuh/memutar kran, dengan cara menginjak semacam pedal gas. Air pun mengalir. Kita bisa mencuci tangan menggunakan sabun yang disediakan dengan air mengalir dan tetap menggunakan masker.

Di Warung Ikan Bakar Katombo, pengunjung bisa langsung faham bagaimana jenis dan cita rasa makanan khas Sulawesi itu. Begitu masuk, pelayanan akan mempersilakan pengunjung untuk memilih jenis ikan segar di lemari pendingin kaca. Tersedia jenis ikan segar seperti kerapu batu, kakap merah dan kakap putih, pihi dan selar. Selain jenis ikan, tersedia juga kepiting, kerang, udang dan lobster. Malam itu, setelah berunding cepat, pilihan saya jatuh pada kakap merah. Dengan berat 1.8 kilo kakap merah cukup untuk lima orang dan bisa dibuat tiga jenis menu ikan laut, kuah, goreng dan bakar. Menu ikan kuah woku dari bagian kepala kakap, fillet tepung gurih dari daging bagian badan ikan dan ikan kakap bakar dari bagian ekor.

Jadi menu favorit

Ketika menjelaskan menu kuah woku, pelayan menyebutkan bahwa menu ini merupakan menu istimewa dan juga menjadi favorit pengunjung di Warung ikan bakar Katombo. Menu ikan kuah woku ini disamping istimewa bahan dan rempahnya juga cara masaknya. Dalam memasak ikan kuah woku membutuhkan teknik memasak yang khusus menjadikan daging ikan tidak hancur.  Kuah woku banyak rempah-rempah di dalamnya. Ada bawang merah, cabai keriting, jahe, tomat, kemiri, kunyit, daun jeruk dan kemangi menjadikan hidangan ini menjadi menu spesial dan lezat rasanya. Bagi yang menyukai manis, di meja hidang juga disediakan kecap. Kita bisa menambahkan kecap ke dalamnya, jadi tambah legit. Dengan nasi putih hangat, kuah woku ini bisa dimakan dengan mengambilnya ke dalam mangkok atau menyiramkannya langsung ke piring nasi. Sembari menikmati menu ikan kuah woku, dilengkapi hidangan daging kakap fillet crispy dan sensasi asin-pedas ikan bakar kakap merah di Katombo Jogja, kita juga bisa menikmati live music yang banyak mengalunkan lagu-lagu kekinian dan tempo dulu. Melengkapi lezatnya menikmati kuliner khas Sulawesi.

Tuesday, May 26, 2020

Apa bagian yang paling susah dari menulis sebuah buku?

Ini adalah tulisan sebagai kontribusi jawaban saya atas pertanyaan di platform tanya-jawab, tentang banyak hal, sesuai pilihan kita. Setiap pengunjung dapat berkontribusi sebagai penanya dan atau sebagai penjawab. Menurut saya platform ini menarik, karena dapat menjadi komunitas online atau forum diskusi. Untuk melihat Jawaban dan pertanyaan saya dapat klik di https://id.quora.com/profile/Cokro-Aminoto
Buku adalah sebuah karya yang butuh kemampuan dan kemauan keras untuk mewujudkannya. Prosesnya sejak menentukan sebuah ide, mulai menulis hingga menyiapkan lay-out sebuah buku, bagi sebagian orang merupakan proses yang tidak mudah. Butuh keekunan, tekad yang kuat serta semangat yang terus membara. Hal terakhir ini, bagi saya pribadi merupakan bagian yang sulit. Namun bukan berarti tidak dapat diatasi.
Membangun motivasi
Kalau kemampuan, pastilah untuk menulis buku diperlukan kemampuan membaca dan menulis berdasarkan teknik-teknik menulis yang dapat dipelajari. Namun, seringkali kita dihadapkan pada kenyataan, selain menulis buku, kita juga mengerjakan tugas-tugas harian lainnya. Akibatnya, project penulisan buku, jadi tertunda. Ketika sudah tertunda-tunda, munculah awal persoalan. Dari yang tidak lagi fokus, hingga malas atau hilang mood untuk melanjutkan menulis lagi. Bahkan kalau sudah begini, motivasi untuk menulis menjadi hilang!
Dari pengalaman membangun semangat menulis, saya menemukan kebiasaan yang dapat membantu saya "menghangatkan" semangat dan motivasi saya untuk menulis, yaitu: (1) menguatkan niat (2) ikut bergabung dalam komunitas (3) ikut dalam forum diskusi online (mail-list).
Kuatkan niat
Kegiatan menulis, bagi saya bukan sekedar aktivitas hobi semata. Namun adalah nilai religi yang sangat mulia. Kegiatan menulis bermanfaat untuk kebaikan baik dunia, maupun akhirat. Bagaimana tidak? Bagi seorang muslim, baca-tulis itu diperintahkan Allah dan disyari"atkan Rasulullah. "Bacalah atas nama Tuhanmu". "Ikatlah ilmu, dengan menuliskannya". Kebaikan menulis adalah berbagi ilmu yang bermanfaat untuk sesama manusia. Bahkan Rasulullah, menjamin jika kegiatan menulis dan berbagi ilmu yang bermanfaat ini, pahalanya akan terus mengalir, walaupun kita sendiri sudah mati! Oleh karena itu, untuk menguatkan niat untuk terus menulis dan berbagai ilmu, saya menuliskan syari'at itu kuat-kuat di dalam hati.
Bergabung dalam komunitas
Selain niat, untuk menumbuhkan motivasi menulis yang saya lakukan adalah bergabung ke komunitas. Meskipun tidak mudah. Di kota kecil, tempat saya tinggal informasi tentang keberadaan komunitas penulis jarang terdengar. Hingga bertahun-tahun, baru saya mendengar sebuah komunitas penulis, namun lokasinya di ibukota provinsi, jauh untuk dijangkau. Maklum, teknologi komunikasi dan informasi belum sehebat sekarang.
Bersyukur, ketika di pameran buku murah, berjumpa dengan seorang pensiunan sebuah bank BUMN. Usianya tidak muda lagi, namun semangatnya luarbiasa untuk membaca dan menulis di media masa. Bapak inilah yang kemudian mengundang saya ke rumahnya, meminta saya untuk bergabung dalam "kelompok diskusi kecil", memang anggotanya hanya tiga orang.
Meskipun jumlahnya tidak banyak, dalam sebuah komunitas, memungkinkan kita bisa saling berbagi informasi tentang kegiatan kepenulisan, sumber bacaan, teknik menulis, kiat menulis dan mengirimkan ke media massa, hingga bertukar fikiran ketika menghadapi masalah dan mencari solusi mengatasinya. Pendek kata, komunitas yang seminat dapat ikut menjaga semangat dan motivasi kita untuk tetap menulis, dan menjaga kita senantiasa berada di dekat tungku perapian.
Ikut forum diskusi online
Dengan kemajuan teknologi internet, untuk bergabung ke komunitas penulis informasinya sangat banyak tersedia. Diantara komunitas-komunitas tersebut beragam juga jenis kegiatannya. Ada yang berupa kanal diskusi (mail-list), di sana kita bisa memilih topik-topik yang kita kehendaki. Ada juga layanan berbasis web/platform forum tanya-jawab, seperti yang sedang kita lakukan saat ini. Beberapa forum online juga menyelenggarakan paket pelatihan ada yang gratis hingga berbayar, hingga menyelenggarakan kegiatan "temu darat", gathering dan bakti sosial.
Kesemuanya itu, menurut saya forum-forum online maupun komunitas dapat memberikan kesegaran baru bagi kita untuk tetap bersemangat menyelesaikan project penulisan. Semoga bermanfaat.

Monday, May 11, 2020

Tips dan Trik Menulis Buku ala Hendra Wisesa

Menyarikan Paparan hebat Mas Hendra tentang Tips dan Trik Menulis Buku. Tips menulis buku, minimal ada tiga, yaitu membaca, menulis dan bergabung dalam komunitas. Yang disingkat Ba-tu-k.

Membaca
Untuk dapat menulis buku tertentu, beberapa tips yang dapat kita lakukan ada 3, yaitu: (1) fokus membaca buku2 dengan tema atau bidang sesuai tema buku yang akan kita tulis (2) menguasai pedoman EYD, untuk menghindari salah tulis kata, ejaan, tanda baca dan gaya bahasa. (3) kuasai tatacara dan teknik menulis buku

Menulis
Untuk dapat menyelesaikan proyek penulisan buku perlu kemampuan dan kemauan yang tinggi sejak awal. Karena pengalaman saya pribadi menulis buku, masalah yang muncul justru bukan pada masalah teknis menulis. Namun lebih banyak masalah non-teknis dan kemauan. Seperti saya bahas dalam tulisan "Apa bagian paling sulit ketika menulis buku?" sekaligus beberapa alternatif solusi untuk keluar dari permasalahan itu.

Komunitas
Penting bergabung dalam komunitas, karena ibarat kita senantiasa dekat dengan "tungku perapian" semangat kita untuk mrnulis, senantiasa membara. Untuk itu ketika bergabung kita harus aktif. Selain itu, bersyukur jika kita dapat bergabung dengan komunitas yang terkenal. Komunitas yang sudah besar namanya, mampu mendorong kepakan sayapnya, bagi burung kecil yang baru belajar terbang.

Sementara itu, dalam trik menulis, Mas Hendra menyarankan agar menulis tema buku yang diminati (Pro-pasar) dan tema yang tidak pernah usang, atau senantiasa segar (ever green). Caranya bisa browsing di internet atau sesekali ke toko buku.

Saturday, May 2, 2020

Menilai Sistem Belajar Dari Rumah di Tengah Pandemi*)

Pandemi covid-19 telah banyak membawa perubahan yang sangat hebat dan mendadak. Untuk mencegah penularannya hingga pemerintah mengambil kebijakan phisical distancing guna memutus rantai penularan. Dampaknya Pemerintahan harus memberlakukan seluruh kegiatan, baik bekerja,  beribadah dan belajar
dari rumah ( lockhome ).

 Lockhome merupakan sesuatu yang baru, belum pernah ada dalam situasi normal. Berlaku secara tiba-tiba, dan tentunya banyak hal yang belum disiapkan dan belum siap menghadapi keadaan. Dalam dunia pendidikan, maka fihak-fihak yang belum disiapkan dan terkesan belum siap adalah (1) unsur siswa/mahasiswa/santri (2) unsur dosen/guru/Ustadz (3) unsur orang tua/wali dan ,(4) unsur pemerintah dalam hal ini kampus/sekolah/pondok sebagai penyelenggara pendidikan.

 Ketika diberlakukan lockhome seluruh kegiatan rapat, kuliah atau belajar, ujian, wisuda, kursus pengayaan yang biasanya dilakukan rutin di sekolah, tiba-tiba harus diselenggarakan secara online karena pesertanya berada di rumah masing-masing. Keadaan seperti ini tentunya membawa konsekuensi yang luas. Termasuk di dalamnya kesiapan anggaran untuk kuota data , ruang dan sarpras koneksi internet, (hp/laptop/komputer, camera, aplikasi-aplikasi video conference), kesiapan dan kemampuan petugas (download, instalasi, mempelajari dan mentaati prosedur. Belum lagi menerapkan sistem belajar online. Pendek kata, dalam sekejap kita dituntut harus bisa menguasai "tetek-bengek' teknologi informasi dalam pembelajaran.

Berbagai bentuk model pembelajaran di tengah pandemi
Dari tingkat kesiapan itu, menyebabkan bervariasi pula model belajarnya. Saya mendengar dari para guru, mengikuti grup media sosial dan chatting ada sekolah yang memberlakukan online dan ada yang tidak, karena alasan ketersediaan koneksi dan perangkat lainnya.  Sekolah yang tidak memberlakukan belajar online, selama lockhome dilakukan dengan cara membagikan soal yang difoto-kopi "door to door" kepada siswa, hanya memberi pesan agar siswa belajar secara mandiri di rumah. Ada pula yang berharap, meminjam istilah Prof. Imam Robandi,  adanya keajaiban bahwa pandemi ini segera berakhir.

Sementara itu, sekolah yang memberlakukan pembelajaran online pun bervariasi model belajarnya. Dari model belajar yang membagikan soal dengan mengirimkan foto soal dan siswa menjawabnya dengan menulis pesan yang berisi jawaban. Ada pula sekolah yang menerapkan model belajar ceramah, dalam bentuk rekaman audio atau video, kemudian siswa menjawabnya dengan menulis pesan yang berisi jawaban. Ada sekolah yang menerapkan model belajar dengan tanya jawab. Model ini terasa lebih interaktif dan lebih kompleks persiapanya. Karena untuk pembelajaran model ini membutuhkan aplikasi untuk melakukan panggilan dengan video secara timbal balik. Meskipun sebenarnya sudah banyak tersedia aplikasi semacam ini dari yang sederhana dan gratis seperti WhatsApp, Jitsi meet hingga yang canggih dan berbayar seperti G-suite dan zoom meeting.
Selain dari ketiga model belajar di atas, ada juga sekolah yang menerapkan model diskusi. Guru dalam hal ini sebagai host yang bertindak selaku moderator atau penilai. Siswa atau mahasiswa sebagai client mengerjakan tugas individu secara mandiri dalam format essay dengan sumber referensi online, baik buku maupun jurnal ilmiah. Selanjutnya tugas para siswa adalah memaparkan jawaban tugas mandirinya di hadapan guru dan siswa lainnya secara online. Setelah itu, moderator membuka sesi diskusi dan tanya jawab.

Menakar validitas penilaian belajar online
Dari berbagai model belajar online di atas, tentulah model terakhir yang paling kompleks persiapanya. Tetapi memiliki efektivitas pembelajaran yang lebih baik. Beberapa hal yang bisa kita catat dalam hal arah komunikasi, keterlibatan antara guru dengan siswa dan keadilan penilaian.
Dalam model belajar ini baik guru maupun siswa menyiapkan bahan belajar maupun laporan tugas individualnya dengan sebaik-baiknya, tidak memungkinkan untuk membocorkan soal dan mencontek jawaban teman, karena penugasan bersifat individual. Tugas yang harus disusun berbeda antar siswa. Sehingga lebih adil untuk menilai kemampuan individu siswa.

 Namun, bukan tanpa kelemahan dari model belajar online seperti ini. Ada bahaya plagiarisme di sana!. Untuk itulah kesiapan guru juga menjadi tantangan. Pengetahuan guru dituntut harus update. Juga kemampuan penguasaan tools  anti plagiarisme yang sudah banyak tersedia di dunia maya. Jika beberapa hal tersebut sudah disiapkan, nampaknya kita bisa mendampingi siswa meraih prestasi dan hasil belajar yang membanggakan di tengah pandemi yang belum diketahui akan berakhir kapan.

Mari kita sambut hari pendidikan dari rumah.

 (* Diadaptasi dari tulisan Prof. Imam Robandi-Guru Besar, Departemen Elektronik ITS yang berjudul "Bersekolah di Rumah"

Friday, May 1, 2020

Setiap orang (Kebumen) berhak untuk sejahtera

Pengantar

Topik ini menjadi sangat penting untuk saya tulis, karena saya meyakini bahwa masyarakat Kebumen suatu masa dapat meraih kesejahteraan. Terbebas dari belenggu kemiskinan. Seperti yang diberitakan di media massa maupun media pemerintah. Kebumen saat ini menyandang masalah kemiskinan tertinggi di Jawa Tengah. Kalau ini adalah sebuah visi  atau harapan, maka saya ingin sekali menuliskannya. Paling tidak karena tiga alasan. Pertama, saya yakin bahwa visi itu realistis dan dapat dicapai. Karena menjadi sejahtera adalah hak rakyat dan sudah menjadi kewajiban pemerintah bersama rakyat untuk mewujudkannya.

Kedua,  saya mengalami sendiri.  Meskipun saya tidak lahir di kebumen, namun keseluruhan masa hidup saya lebih banyak tinggal di kebumen. Saya banyak mengenal orientasi nilai dan budaya, kehidupan, mata pencaharian, bahasa dan sistem kekerabatan serta tradisi masyarakat Kebumen.  Secara tipologi budaya, banyak pakar mengakui bahwa masyarakat Kebumen memiliki karakteristik budaya yang positif seperti keeratan sosial dan nilai juang yang tinggi serta terbuka. Nilai budaya ini dapat menjadi modal dasar yang besar untuk membangun Kebumen yang maju. Dengan pemimpin yang berpijak pada kepentingan rakyat Kebumen, visi itu akan dapat diwujudkan.

Ketiga, saya merasakan bagaimana sesaknya dada ini ketika saya mendengar kabar santer , meski hanya cerita dari mulut ke mulut,  di tengah kita masih banyak masyarakat yang rela bahkan bersikeras agar dicatat sebagai orang miskin. Alasannya sederhana. Untuk mendapatkan bantuan. Sementara, masih ada ratusan bahkan ribuan orang lainnya, yang nyata miskin bahkan sangat miskin, tidak tercatat. Akibatnya selalu lolos dan terabaikan dari fasilitas dan bantuan bagi orang miskin.

Harapan setiap orang Kebumen sejahtera saya yakin akan terwujud. yaiitu sejahtera yang sesungguhnya, bukan karena program bantuan. Namun sejahtera karena kekuatan dan  kemampuan yang lahir dari masyarakat, sebagai akibat dari keyakinan nilai agama yang dijunjung tinggi, kekuatan berusaha dan kebersamaan membangun antara masyarakat, pemerintah, dunia usaha, pendidikan dan tenaga kerja. Meskipun hubungan antar sektor itu, kondisi saat ini terasa tidak saling berhubungan. Sebut saja anatara sektor pendidikan dan tenaga kerja, menunjukkan hubungan yang tidak linear. Output dunia pendidikan mestinya memberi sumbangan bagi pemenuhan kebutuhan tenaga kerja. Sehingga jika dihubungkan dengan kesejahteraan, maka meningkatnya jumlah lulusan perguruan tinggi, mestinya mengindikasikan meningkatnya kesejahteraan. Bukan sebaliknya. Barangkali inilah tantangan dunia pendidikan dan tenaga kerja kita.

Tentunya butuh sebuah konsep membangun yang komprehensif dan terencana. Komprehensif, karena untuk mewujudkan kondisi masyarakat yang sejahtera sangatlah banyak komponen yang harus disempurnakan. Baik infrastruktur, ekonomi, sosial, pendidikan dan ketrampilan, pelayanan kesehatan maupun lingkungannya. Terencana, artinya harus memiliki tahap-tahap pencapaian yang terukur yang mencerminkan strategi dan priotitas penyelesaian masalah yang dibutuhkan masyarakat untuk mencapai kesejahteraan.

Konsep sejahtera dan tantangan yang dihadapi masyarakat Kebumen saat ini
Menghimpun kekuatan Kebumen
Menggagas strategi dan memetakan jalan kesejahteraan Kebumen
Penutup
(Maaf belum selesai)

Selamat memperingati Hari Pendidikan dan Hari Buruh 2020
dari rumah Perumahan Bougenville, 02 Mei 2020

Thursday, April 16, 2020

Mengikuti Kursus Menulis Buku MPI, hasilnya Buku "keroyokan" Pendidikan Era Milenial

Ini adalah sebuah karya tulis "keroyokan" saya dalam bentuk buku antologi. Adalah pengalaman yang sangat langka bisa bergabung menulis buku dengan para penulis produktif dan berpengalaman Riza A. Novanto, Miftah Indy Nugroho, Siti Waeroh dan Elsavia Nindiana Solekhayati.
Pengalaman ini saya sebut langka karena ide menulis buku antologi ini awalnya adalah diskusi kecil para peserta kursus menulis. Namun berkat mentoring hebat dari pembimbingnya, yang sekaligus bertindak sebagai editor, akhirnya terwujud juga mimpi menulis buku. Buku ini saya rasa sangat relevan untuk orang tua, guru/ustadz/dosen dan pejabat yang concern dengan pendidikan anak milenial.

Dalam buku antologi Pendidikan Era Millenial ini saya"menggugat" atas hilangnya makna mendidik dalam kehidupan milenial. Karena mendidik sejatinya hal yang sangat penting yang harus dilakukan orang tua pada anaknya. Diperintahkan Allah dan disyari'atkan Rasulullah. Mendidik adalah proses panjang membangun karakter dan budi pekerti anak, melalui keteladanan  perilaku dan sifat orang tua. Anak akan mencontoh dan menyimpan ke dalam jiwanya apa yang ia lihat dari orang tuanya. Namun perkembangan teknologi informasi telah membawa perubahan yang sangat dahsyat kearah disruptif. Sayangnya sebagian besar orang tua tidak siap. Alih-alih orang tua melimpahkan tanggung jawabnya kepada guru atau sekolah.

Orang tua berharap pada guru atau sekolah dapat memikul tanggung jawabnya dalam mendidik anak. Namun sistem pendidikan dan kurikulum sekolah telah "menjauhkan" anak dengan nilai-nilai karakter dan budi pekerti.  Anak-anak milenial menghadapi persoalan yang serius. Di rumah, ia tidak menemukan sosok orang tua. Di sekolah ia banyak dijejali berbagai ilmu pengetahuan dan ketrampilan teknis. Namun tidak jiwanya, kosong-jauh dari nilai, karakter dan budi pekerti. Akibatnya, anak mencari solusi dari lingkunganya. Di era milenial, anak-anak tidak lepas dari gadget, terkoneksi internet, terhubung media sosial dan kepemilikan berbagai akun untuk update informasi. Dalam kondisi seperti ini, generasi milenial rawan terjerumus dalam permasalahan pergaulan bebas, penyimpangan seksual, narkoba, korban penipuan, dan kekerasan fisik.

 Sebenarnya anak-anak sangatlah memerlukan pengawasan, Komunikasi dan kepedulian orang-orang terdekatnya, seperti guru, keluarga atau orang tuanya. Mereka juga memiliki kepedulian terhadap persoalan sosial, memiliki minat terhadap hal2 baru, melek teknologi dan sangat kreatif. Untuk mengembalikan aspek karakter dan budi pekerti yang "hilang" dalam pendidikan anak, harus dimulai dari  upaya memperbaiki kualitas komunikasi antara anak, orang tua dan guru. Gerakan "2 jam kumpul tanpa gadget" merupakan upaya riil orang tua memperbaiki hubungan dengan anak. Dengan mengambil posisi "mendengar efektif",  orang tua sedang  menumbuhkan kepercayaan, juga martabatnya.

Wednesday, February 26, 2020

Mengenang asyiknya sarapan "Burgo" Palembang

Pagi buta di hari ke dua saya di Palembang, awal mulanya keseruan itu terjadi. Ketika Bang Hens, demikian kami memanggilnya-Ketua Biro Humas Asosiasi yang sangat enerjik, inspiratif dan "gila" ide-idenya itu menghampiri di lobi hotel. Saya diajaknya jalan-jalan menyusur pusat kota hingga sampailah ke suatu tempat. "Disini pusatnya oleh-oleh khas Palembang berselera" ajaknya sambil membuka pintu mobil dan mengajak saya turun.Saya baru tahu, ternyata selain mpek-mpek, kota Palembang ini memiliki banyak jenis kuliner lain yang tak kalah lezatnya, diantaranya Burgo Palembang. Sembari menunggu pesanan Burgo, saya pun banyak cari tahu istimewanya burgo ini.

Sehat dan bergizi

Burgo adalah makanan ini sehat dan bergizi. Karena Burgo Palembang  terbuat dari bahan dasar ikan dan disajikan  berkuah  santan, sehingga mengenyangkan dan membuat badan berstamina kembali apalagi jika disantap hangat untuk sarapan pagi. Terbayang kelezatannya, perpaduan kenyalnya adonan burgo yang berbentuk gulungan tepung dalam kuah santan gurih atau pedas bertabur bawang goreng. Bahan utama burgo terbuat dari campuran tepung beras, tepung sagu tani, air kapur sirih, air, dan sedikit garam. Semua bahan tersebut dicampur hingga merata dan bertekstur encer. Teksturnya harus benar-benar tepat agar menghasilkan burgo yang kenyal dan tidak mudah sobek.

Kelezatan lain dari Burgo Palembang adalah kuahnya berbahan dasar ikan. Jenis ikan yang biasanya digunakan untuk membuat kuah burgo adalah daging ikan gabus segar tanpa tulang. Ikan gabus yang sudah dipisahkan dari tulangnya sebelum dicuci bersih, dikukus hingga matang, lalu dihaluskan. Dan dicampurkan dengan bumbu-bumbu lain.

Untuk sarapan pagi, OK

Di Palembang kita bisa menemukan banyak penjual Burgo di pagi hari. Karena sudah menjadi tradisi masyarakat Palembang makan burgo untuk sarapan pagi. Namun, kita juga dapat menyantapnya untuk siang atau malam. Tinggal kita sesuaikan porsinya. Di Rumah makan "Pak Raden" ini siap buka sehari penuh menyediakan burgo dan makanan khas Palembang lainnya. Jadi sebelum beraktivitas pagi, bisa memualinya dengan sarapan burgo. Seperti yang hari ini saya lakukan. Terimakasih Bang Hens, semoga jadi amal baik.


Wyndham Opi Hotel, Palembang, 27 Februari 2020

Sate telur gulung: melegenda dan digemari di negeri Jakabaring

Sate telur gulung yang terbuat dari telur yang digoreng dan digulung dengan sedikit garam dan ditusuk pakai lidi atau bambu itu, sejatinya merupakan jenis jajanan jadul era 90-an. Namun hingga saat ini masih banyak ditemui dan mulai marak kembali. Saat ini sate telur gulung dijual dengan banyak variasi bahan atau pun sambalnya. Sejak dari bahan telur yang original sampai dengan isi sosis, bakso dan daging. Dari sambal kacang, kecap, saus tomat maupun mayones. Hingga banyak orang mencoba mengadu nasib untuk menjajakan jajanan legendaris ini.

 Seperti halnya Adi sekitar 35 tahun usianya. Seorang pemuda yang mencoba bertahan di kota "empek-empek" Palembang ini dengan menjajakan sate telur gulung secara berkeliling. Dengan bermodalkan sepeda motornya, Adi berjualan secara berpindah-pindah, pada jam tertentu mengikuti keramaian pembelinya. Selepas Dzuhur, seperti saat aku menemuinya, Adi mangkal di jalan stasiun LRT Jakabaring. Siang itu,  bersama kru TV dan Radio aku ditugaskan mengikuti Rakornas di Palembang. Untuk mencapai ke tempat lokasi acara, setelah 30 menit dari Bandara  Sultan Mahmud Badaruddin II menggunakan kereta api cepat, rute perjalanan berikutnya menggunakan taksi online. Sambil menunggu pesanan taksi datang, saat itulah pandanganku tertuju pada penjaja sate telur gulung, dekat sebuah halte. Hingga aku mengajukan beberapa pertanyaan pada penjualnya.

Adi belum menjawab pertanyaanku, apakah daganganya itu bisa habis hingga sore ini. Namun, aku memperoleh jawabnya, ketika serombongan anak sekolah berseragam SLTA datang dan mengerumuni dagangannya. Bersamaan taksi online pesananku datang, akupun minta pamit. Meski tidak begitu jelas, aku mendengar anak-anak sekolah itu sedang memesan jajanan kesukaanya. Dalam hati aku mengakui bahwa sate telur gulung ini menjadi jajanan dari generasi ke generasi.

Cokroaminoto-Wyndham Opi, Palembang, 26 Februari 2020

Thursday, March 28, 2019

Ekspedisi Tanjung Puting

Ini adalah rangkaian kegiatan diklat kepemimpinan dalam session "
cultural and social observation" Perjalanan  bermula dari dermaga tanjung puting, pangkalan bun, kalimantan tengah, kami menyusuri sungai sepertinya ke arah hulu. Dengan menggunakan kapal, sudah satu jam perjalanan pemandangannya sangat eksotik, hijau dan alami. Kanan kiri sungai kumai ini ditumbuhi tanaman nipah. Makin ke hulu, tanamannya makin bervariasi pepohonan hutan di pedalaman kalimantan. Sesekali kami melihat sekelompok  kukang bergelantungan di atas pohon. Kukang-kukang itu sepertinya makan daun muda, bunga hingga jenis buah-buahan hutan.

Selamat datang di Desa Sikonyer
Setelah perjalanan dua jam menyusur sungai, sampailah saya di desa sungai sikonyer. Warna air sungai tidak lagi biru, bening, namun berwarna coklat. Mungkin karena air tawar keruh, akibat banyak akar pohon yang terendam. Ada bangunan dari kayu yang dicat putih biru menyerupai pintu gerbang desa, di pinggir sebelah kiri badan sungai. Tidak seperti di hilir yang berair laut hingga payau. Di hulu sungai, air sungai sudah tawar. Tumbuhan pun terlihat lebih bermacam-macam jenisnya. Lebih ke hulu lagi, kami jumpai ada perahu parkir. Sepertinya perahu pengunjung "Rimba Lodge and Restaurant".

Di menit ke 150, kami bertemu kapal dari arah yang berlawanan. Terlihat dua turis asing, melambaikan tangan ke arahku. Akupun membalas lambaian tanganya sembari tersenyum. Sementara tanganku terus menulis laporan perjalanan ini. Makin ke hulu, lebar badan sungai seperti menyempit, dengan sesekali berkelok. Kami bersama 30 orang lainya,  rombongan diklat dari Semarang. Sebagian besar, mereka tertidur karena terlelap dibuai halus suasana alam hutan. Dan mereka bangun, ketika bocah awak perahu, yang bercelana pendek itu memberi isyarat dengan membawa baki berisi pisang goreng, dan dua ketel berisi teh dan kopi. Kamipun semua, seketika bangun. Kemudian menyantap pisang goreng panas yang dipotong kecil. Dengan dua gigitan sepotong pisang goreng itu habis. Hingga datang paket pisang goreng susulan. Tidak lebih dari 10 menit, hidangan itupun habis! Dalam sekejap, hidangan itupun habis. Bahkan ketika bocah awak perahu itupun mengemasi piring-piring itu. Bersih Tak bersisa!

Udarapun mulai terasa lebih sejuk. Sesekali angin bertiup agak kencang dari lambung perahu. Kicau burung bersahutan, dengan warna-warni biru-orange-hitam, terasa seperti melihat lukisan alam. Sangat indah.Tidak lama berselang, rombongan bertemu dengan dua perahu motor tempel. Melaju dengan kecepatan penuh. Sekilas terlihat dari atas perahu, dua perahu motor tempel itu membawa barang dagangan. Sepertinya mereka seorang pedagang.


Memasuki hutan Kalimantan

Setelah kurang lebih perjalanan menempuh tiga jam, 16 menit, kamipun sampai di suatu tempat pendaratan perahu. Kamipun turun dan memasuki hutan.. Setelah berjalan masuk hutan sejauh dua kilometer dengan melewati jembatan kayu yg ditata apik, dan jalan tanah sedimen, pasir putih kamipun sampai di "rumah" orang hutan. Hewan yang dilindungi, menjadi ciri khas daerah tanjung putting. Dengan sebuah panggung papan kayu ulin, kurang lebih seluas 6 m2, diletakkan beberapa buah pisang. Tempat itu dijadikan tempat berjemur, bermain dan menyusui bagi para orang hutan.
Sepertinya tempat ini sengaja dibuat sebagai tempat "laktasi orang hutan.


 Waktu bermain dan menyusui di tempat itu, tidak lama. Berkisar dari jam 09.00-11.00. Dan benar, sekitar jam 11.15 orang hutanpun mulai masuk ke dalam hutan. Dibalik rimbunya tanaman hutan, kita tidak tahu apa yang dilakukan orang hutan selanjutnya. Namun orang-orang yang "bertamu" menyaksikanya, harusnya berubah pola parentingnya. Karena sesungguhnya menyusui itu, tidak sekedar memasukkan makanan, air susu ke anak bayinya. Namun, lebih dari itu, sang ibu sedang memberi makan jiwa anaknya dengan kasih sayang. Sehingga tidaklah heran, jika anak sekarang banyak yang tumbuh besar, berpenampilan menarik, namun keropos moralnya. Karena si-anak hanya diberi makan fisiknya, namun tidak jiwanya.

Cokroaminoto
Tanjung puting, 28 Maret 2019

Wednesday, June 6, 2018

Membangun Budaya Menulis di Kalangan Santri*)

"Di era milenial ini, santri bukan sekedar mereka yang mondok saja, tapi dia yang berjiwa santri dan bersifat santri, itulah santri yang sebenarnya". Demikian yang dikatakan Mustofa Bisri alias Gusmus yang kini menjadi pimpinan pondok pesantren Raudlatut Thalibin, Rembang sekaligus sastrawan yang karya-karyanya selalu bijak dan memukau. Sehingga ketika jaman menggeser kehidupan ke arah digital, seorang santri harus dapat menyesuaiakannya. 

Disadari atau tidak, saat ini masyarakat terutama kaum muda telah mendiami alam digital dengan menjadi warga netizen. Setiap hari masyarakat disibukkan dengan permasalahan internet, kuota dan koneksi dengan dunia maya. Kaum muda di jaman now, setiap saat tidak bisa lepas dari gadget, smartphone, laptop dan komputer. Kondisi semacam ini, menjadi tidak relevan jika pendekatan kajian, dakwah dan dialog masih menggunakan cara-cara tradisional. Sudah saatnya kita melayani mereka dengan pendekatan yang lebih kekinian, menyesuaikan tempat hidupnya sekarang. Sarana komunikasi di jaman digital mampu  menembus ruang dan waktu, mengatasi jarak dan melampaui ruang yang terpisah jauh. 

Teknologi informasi dapat melipatgandakan kecepatan penyampaian pesan.
Namun bukan tanpa kendala.Untuk dapat berkomunikasi melalui media informasi dibutuhkan semangat dan kemampuan menuliskan pesan-pesan dakwah. Karena pada hakikatnya berdakwah itu menyerukan untuk berbuat kebaikan dan mencegah  kemungkaran. Diakui atau tidak, saat ini tradisi menulis di kalangan santri kurang terbina dengan baik. Santri lebih banyak didorong untuk melakukan komunikasi dialogis secara konvensional.

Penulis versus Pengarang
Antara penulis dengan pengarang sepintas memiliki kesamaan pengertian, namun sebenarnya memiliki perbedaan yang nyata. Seorang penulis, menuangkan ide dan karya tulisannya berasal dari bahan, ilmu dan pengetahuan yang diperoleh dari proses membaca. Membaca karya tulis, buku atau hasil karya ilmuwan/penulis lain. Sehingga untuk dapat menulis bagus, menghasilkan karya tulis yang mengesankan seorang penulis harus banyak dan rajin membaca.

Penulis juga Pendakwah
Pada hakikatnya seorang penulis juga seorang pendakwah, jika tulisan-tulisannya dapat menggerakkan orang lain untuk melakukan kebaikan dan mencegah orang lain melakukan keburukan.

Berdakwah di Era Digital
Dakwah di era digital tidak lepas dari aturan-aturan berkomunikasi secara elektronik. Dengan menggunakan  alat-alat komunikasi yang serba canggih, seperti smartphone memungkinkan seorang dapat berkomunikasi multi chanel, multi platform dan multi media. Maknanya bahwa seseorang dalam kecanggihan teknologi informasi saat ini dapat berkonunikasi dan dapat diakses dengan berbagai cara, oleh banyak orang sekaligus dengan berbagai macam alat yang digunakan. Sehingga jika seorang santri ingin berdakwah melalui tulisan misalnya, dan mengirimkan tulisan itu melalui media sosial dalam sekejap dan dalam waktu yang sama dapat dilihat oleh banyak bahkan berjuta orang. Sehingga tidak jarang suatu pesan yang disampaikan itu dapat bermanfaat, menghindarkan orang dari berbuat jahat dan mengembalikan anak-anak yang durhaka menjadi sholeh kembali. Namun tidak jarang pula, efek sebuah pesan menimbulkan kontroversi, polemik dan mencelakakan orang.

Melihat dampak dari pesan-pesan yang dikirim melalui transmisi (saluran) komunikasi ini Pemerintah berkewajiban memberi perlindungan dengan menciptakan regulasi atau aturan-aturan untuk menjaga kenyamanan proses komunikasi. Saat ini Pemerintah telah mengeluarkan Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) dalam rangka melindungi hak-hak warga negara dalam berkomunikasi.Hal-hal yang dilarang dalam kegiatan transaksi elektronik, antara lain:

  • Sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan atau mentransmisikan dan atau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik dan atau dokumen elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan.
  • Sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan atau mentransmisikan dan atau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik dan atau dokumen elektronik yang memiliki muatan perjudian.
  • Sengaja, dan tanpa hak mendistribusikan dan atau mentransmisikan dan atau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik dan atau dokumen elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan atau pencemaran nama baik.
  • Sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan atau mentransmisikan dan atau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik dan atau dokumen elektronik yang memiliki muatan pemerasan dan/atau pengancaman.
  • Sengaja, dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam transaksi elektronik.
  • Sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).
  • Sengaja dan tanpa hak mengirimkan informasi elektronik dan atau dokumen elektronik yang berisi ancaman kekerasan atau menakut-nakuti yang ditujukan secara pribadi.
Menulis di Web atau Media Sosial



*) Disiapkan untuk

Tuesday, August 8, 2017

Membangun personal branding (OPD) melalui tulisan*)

Di era informasi seperti sekarang ini, banyak orang menempuh berbagai cara dalam mengaktualisasikan diri dan kemampuannya. Tujuannya tidak lain, agar gambaran personal kita  lebih dikenal. Ada orang yang menempuhnya melalui dunia seni, olahraga, maupun bela diri. Bahkan ada yang sangat ekstrem, dengan melakukan adegan-adegan berbahaya, sebagai upaya membangun gambaran personalnya. Masih ingat kan, bagaimana seseorang berfoto selfie di atas jurang atau di dekat mesin atau kendaraan berbahaya? Hanya semata untuk meng-update statusnya di media sosial. Itulah sebenarnya gambaran personal branding.

Membangun personal branding melalui tulisan


Mengapa tidak? Akhir-akhir ini, banyak dilakukan orang dalam membangun personal branding melalui tulisan. Tidak terbatas para tokoh, selebritri, politisi, calon pimpinan daerah, calon kepala sekolah, bahkan calon ketua OSIS pun telah banyak yang melakukan untuk membangun image tentang dirinya melalui tulisan. Medianya, ada yang berupa buku, buku ringkas (buklet), iklan di koran, website dan media sosial.


Bahkan dalam tulisannya seorang ahli pendidikan menyatakan sebagai sebuah langkah yang sangat efektif membangun personal branding dengan menulis. Mengapa begitu? Karena ketika anda berani mempublikasikan tulisan anda, itu berarti anda telah berbagi informasi atau ilmu yang bernilai dengan orang lain. Dan secara tidak langsung, anda memposisikan diri anda layaknya seorang ahli pada topik tulisan yang anda pilih. Setelah membaca tulisan anda, tentu orang ingin mengenal anda secara lebih dalam. Mereka juga ingin mengenal hasil karya anda yang lain, mereka bisa menemukan, serta bagaimana cara mendapatkannya. Pembaca atau masyarakat akan yakin bahwa anda adalah sosok yang kreatif dan berkualitas, berdasarkan kualitas tulisan yang anda bagi kepada mereka. Dan tidak segan-segan orang akan membaca dan membaca lagi tulisan-tulisan anda.


Mem-branding pelayanan OPD


Begitu juga dengan pelayanan OPD tempat kita bekerja. Seringkali kita dengar keluhan masyarakat terhadap pelayanan atau program OPD. Sebut saja, betapa media sosial selama tiga bulan terakhir ini banyak mengeluhkan jalan yang rusak dan bolong-bolong-hingga terkenal dengan sebutan jeglongan sewu. Belum lagi keluhan ribetnya pelayanan BPJS, naiknya harga pupuk, merebaknya wereng hingga gagal panen di beberapa tempat, banyak dikeluhkan warga. Sementara itu kita sebagai pelayanan masyarakat, merasa tidak kurang-kurang dalam menjelaskan, memberi penyuluhan, menulis rilis berita bahkan menulis pesan-pesan praktis yang berguna bagi masyarakat.


Tapi seberapa efektifkah tulisan-tulisan kita di web? Dapatkah kita mem-branding OPD kita melalui tulisan? Inilah sebenarnya pertanyaan-pertanyaan mendasar bagi seorang admin website. Agar dengan mudah pembaca  mendapatkan alamat website kita. Karena di jaringan internet ini ada ribuan bahkan jutaan alamat web dan tulisan. Para pengunjung website ketika mencari artikel atau alamat website, seringkali hanya mengandalkan kata-kunci (key word) di halaman pencarian. Namun apa jadinya ketika tulisan atau alamat website  kita itu tidak muncul dihalaman-halaman pertama pencarian. Jika demikian, sudah pasti, akan tidak dikunjungi orang.


Selain itu, kita juga perlu tahu bagaimana membuat tulisan dan berita yang kita posting,  mampu menarik orang untuk membaca. Keluhan terbesar pengunjung website OPD adalah tidak menarik. Berita atau tulisan di website OPD seringkali terlalu panjang atau terlalu pendek, bahkan posting beritanya hanya berupa gambar. Tanpa keterangan pendukung yang memadai sehingga informasi yang diterima pembaca menjadikan tidak nyaman. Dalam kondisi seperti ini yang paling banyak dilakukan pengunjung, adalah meninggalkan website dan berganti mencari informasi dari alamat website yang lain. Akibatnya, tulisan, rilis, sosialisasi kita tentang layanan OPD, lagi-lagi ditinggalkan pembaca. Dan selama itu, program dan layanan OPD kita sepertinya tidak nyambung dengan permasalahan masyarakat.


Mem-branding OPD melalui tulisan yang SEO Friendly


Untuk mengatasi dua persoalan mendasar di atas, yang dapat kita lakukan adalah meningkatkan kualitas website. Website yang berkualitas tidak hanya bagus untuk mesin pencari (search-enggine), tapi juga untuk pembaca (human). Karena tujuan kita mengelola website OPD adalah menyajikan informasi yang mudah dicari dan disukai pembaca. Inilah yang disebut paradigma baru SEO-Friendly dalam konsep pengelolaan website. 


Sehingga, ketika pengguna internet melakukan pencarian dengan memasukkan sebuah keyword, maka mesin pencari akan langsung merekomendasikan website OPD kita. Hasilnya, dengan teknik SEO friendly, jumlah kunjungan akan terus meningkat lebih cepat. Dan terwujudlah upaya kita mem-branding OPD.

Lalu, bagaimana cara mudah membuat website yang SEO friendly tersebut? Ada beberapa cara yang biasanya sering dipraktekkan oleh para pemilik website atau blogger. Biasanya, terkait dengan konten, keyword, serta desain dari website tersebut, selain juga menyematkan kode-kode pada HTML template-nya.

Inilah langkah-langkah praktisnya


Tips atau langkah-langkah mengelola website yang SEO friendly sebenarnya banyak sudah disarankan para ahli, namun langkah praktis ini saya peroleh dari penuturan Asrittada

Pertama, lakukan posting yang berkualitas. Konten posting yang berkualitas adalah yang baru dan relevan sesuai tugas dan layanan OPD. Jadi, sering-seringlah meng-update berita baru dan jangan pernah sekalipun meng-upload posting ulang dan usang dari website lain! Kedua, mengatur banyaknya kata kunci (keyword density) pada tulisan/artikel/berita Artikel yang memiliki kepadatan kata kunci pada teksnya secara merata, biasanya akan menjadi prioritas bagi mesin pencari. Selain itu, pastikan juga artikel yang di-upload cukup panjang, minimal 500 kata atau lebih, tentunya dengan tetap menjaga keaslian artikel tersebut.
Ketiga, Manfaatkan tag header. Mesin pencari diketahui lebih cenderung menyukai konten artikel yang memiliki tag header pada sebuah website. Apalagi, jika tag header itu juga termuat pada paragraf pertama dan kedua artikel tersebut. Selain itu, gunakan juga tag header yang banyak dicari.
Keempat, gunakan sitemaps. Keberadaan fitur sitemaps pada sebuah website, akan memberikan indeks yang jauh lebih baik pada mesin pencari. Halaman "artsip berita", "indeks berita" atau" berita terkait" memiliki fungsi yang hampir sama dengan sitemaps. Kelima, sesuaikan desain tampilan yang yang cocok untuk seluler. Dengan mendesain website untuk bisa juga diakses melalui perangkat mobile, seperti smartphone memungkinkan pengunjungnya tidak hanya terbatas pada pengguna laptop atau komputer saja tetapi juga dari mobile phone.

*) Disampaikan pada Workshop penulisan dan pengelolaan website instansi bagi Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kabupaten Kebumen, Tahun 2017 di Ruang CAT Badan Kepegawaian Kab. Kebumen, 9 Agustus 2017.