Saturday, September 10, 2016

Memupuk Kemampuan Menulis

Memupuk kemampuan menulis, sebegitu pentingkah?
Setiap orang yang belajar di sekolah formal, tentunya menguasai kemampuan membaca dan menulis.  Tetapi dari sekian banyak orang yang sekolah itu, pernahkan kita menghitung berapa yang mampu menulis dengana baik. Kebanyakan orang mengalami kesulitan untuk menulis. Banyak alasan dan tantangannya jika seseorang harus menulis.

Harus berani mencoba, bukan berangan-angan saja
Banyak orang ingin menjadi penulis, ingin menulis buku, ingin memiliki website dengan tulisan yang dikunjungi banyak orang. Namun jarang yang sudak kesampean keinginannya itu. Seingkali, banyak diantaranya beralasan karena belum ada waktu, nanti kalau sudah pensiun, jika proyeknya selesai, jika anaknya sudah gede. Dan banyak lagi alasannya hingga idenya tidak terlaksana juga. Keinginannya sebatas menjadi angan-angan.

Nyatanya, menulis itu dapat dilakukan juga oleh seoranag profesor yang banyak riset, pebisnis yang banyak urusan, pegawai yang harus banyak waktu lemburnya, mahasiswa yang belum selesai kuliah dan tugas akhirnya. Mereka bisa mengatasi masalahnya itu, karena mereka berani menyatakan angan-angannya itu dengan berbuat. Dengan niata besar dan semangat penuh untuk menulis. Kabar baiknya bahwa aktivitas menulis itu, sekarang dengan perkembangan teknologi informasi dan jaringan internet, seseorang sudah dapat menjadi penulis dengan mudah dan kapan saja akan melakukannya.

Harus banyak berlatih
Menulis itu sebuah ketrampilan, bukan keturunan. Sehingga jangan salah orang yang dekat atau kenal baik dengan seorang penulis mahir pun belum tentu bisa menulis. Bahkan seorang anak dari penulis terkenal juga belum tentu bisa menulis. Untuk menumbuhkan kemampuan menulis, seseorang harus sering mencoba. Dengan banyak menulis, seseorang akan berlatih konsentrasi dan fokus, penggunaan gaya bahasa bahasa dan kosa kata serta kesinambungan ide. Meminjam rahasia Ibu Agus Mita, untuk memulai menulis adalah dengan menggunakan jurus 2JT. J yang pertama, jangan kritik tulisan anda. J yang kedua, jangan berhenti. T artinya teruslah menulis.

Di awal menulis, banyak orang mengalami kesulitan, harus dimulai dari mana. Sebenarnya dapat dimulai dari mana saja. Bisa dimulai dari pandangan kita tentang sesuatu hal, atau persaan kita tentang sesuatu pelayanan, bahkan dapat dimulai dengan ungkapan rasa syukur, marah, berontak terhadap suatu persoalan. Setelah kalimat pertama  berhasil kita tuliskan, maka kalimat selanjutnya adalah terserah kita, sesuai ide dan jalan pikiran kita. Kalimat kedua dan seterusnya biasanya merupakan penjelasan rinci atau pendukung kalimat pertama.

Harus banyak membaca
Sebuah karya tulis merupakan kesatuan gagasan penulis, yang berisi ide pokok, pokok pikiran penjelas dan kesimpulan saran atau penutup. Untuk melahirkan keseluruhana gagasan itu, seorang penulis dituntut banyak membaca. Seorang penulis harus mengetaui konsep, teori dan pandangan dari penulis lain, sebelum menuangkannya dalam bahasa penulis. Karena seorang penulis berbeda dengan seorang pengarang atau penulis fiksi. Seorang penulis fiksi pun dituntut pula banyak membaca, membaca fakta dan menyelami kehidupan, sehingga dapat mengarahkan imajinasinya.

Dengan banyak membaca, seorang dapat mengetahui perkembangan teori, kemajuan teknologi dan budaya di luar sana. Sehingga dari banyak membaca, kita bisa memperoleh ilmu, teori, detail desain, keunikan serta rahasia alam yang tidak sempat kita bisa lihat secara pribadi.
Lantas bacaan apa saja yang musti kita baca? Sebenarnya tidak ada batasan jenis buku apa yang harus kita baca. Namun, sebenarnya kita bisa mulai dari buku bacaan yang sesuai minat kita. Buku bacaan yang menguatkan iman, buku teknis yang memperkuat kemampuan profesi serta buku-buku yang dapat mengembangkan hobi.

Harus berjiwa terbuka
Salah satu tantangan yang membuat seorang enggan menulis, karena khawatir hasil karya tulisannya tidak bagus dan dikritik orang. Apalagi jika nseorang itu adalah pimpinan, pejabat, selebriti atau public figur lainnya. Sebenarnya ketika kita menulis, saatnya kita berbagi pengalaman dan kemampuan, sekaligus terbuka untuk kritik dan saran untuk membangun kelengkapan tulisan kita. Dan ketika tulisan kita dikritik, sebenarnya bukan merupakan akhir dari segalanya. Dengan menerima kritik, saatnya kita bisa memperbaiaki atau melengkapi tulisankita.

Namun, untuk mengatasi masalah ini sebenarnya dapat dilakukan dengan menuliskan hal-hal yang ringan, dengan bahasa lugasa yang sederhana dan mudah dimengerti khalayak.

No comments:

Post a Comment