Sunday, October 18, 2020

Lezatnya menu "Woku" di Warung Ikan Bakar Katombo Jogja

 

Bagi pecinta kuliner Nusantara, menu Woku tentulah tidak asing lagi. Namun bagi sebagian awam, terasa asing mendengarnya. Woku adalah jenis sajian khas masakan ikan laut ala Sulawesi. Masakan ikan laut dengan kuah Woku ini menjadi sangat lezat, karena mengandung banyak rempah didalamnya dengan perpaduan khas ikan segar dan citarasa asin-pedas yang mengundang selera. Sangat cocok dinikmati baik untuk sarapan pagi, makan siang maupun santap malam. Sekali kita mencobanya, bisa ketagihan dibuatnya. 

Berita baiknya, menu khas Sulawesi yang banyak orang menggandrungi ini, tersedia di Jogja. Di Warung Ikan Bakar Katombo di Jalan Rogoyudan 1 nomor 8 Sinduadi, Mlati Sleman menyajikan citarasa masakan ikan laut ala Sulawesi dengan asin-pedasnya yang menggugah selera.

Malam itu setelah menyaksikan pemandangan sepinya kota Jogja di tengah pandemi, tak kuat lagi kami menahan lapar, hingga membawaku sekeluarga berlima singgah ke Warung Katombo ini. Diantara banyak usaha dan warung yang tutup di Jogja, warung ini ternyata tidak sepi pengunjung, namun tetap ketat menerapkan protokol pencegahan covid-19.Setelah memarkir kendaraan di halaman yang cukup luas, sebelum pintu masuk sudah disediakan tempat cuci tangan tanpa menyentuh/memutar kran, dengan cara menginjak semacam pedal gas. Air pun mengalir. Kita bisa mencuci tangan menggunakan sabun yang disediakan dengan air mengalir dan tetap menggunakan masker.

Di Warung Ikan Bakar Katombo, pengunjung bisa langsung faham bagaimana jenis dan cita rasa makanan khas Sulawesi itu. Begitu masuk, pelayanan akan mempersilakan pengunjung untuk memilih jenis ikan segar di lemari pendingin kaca. Tersedia jenis ikan segar seperti kerapu batu, kakap merah dan kakap putih, pihi dan selar. Selain jenis ikan, tersedia juga kepiting, kerang, udang dan lobster. Malam itu, setelah berunding cepat, pilihan saya jatuh pada kakap merah. Dengan berat 1.8 kilo kakap merah cukup untuk lima orang dan bisa dibuat tiga jenis menu ikan laut, kuah, goreng dan bakar. Menu ikan kuah woku dari bagian kepala kakap, fillet tepung gurih dari daging bagian badan ikan dan ikan kakap bakar dari bagian ekor.

Jadi menu favorit

Ketika menjelaskan menu kuah woku, pelayan menyebutkan bahwa menu ini merupakan menu istimewa dan juga menjadi favorit pengunjung di Warung ikan bakar Katombo. Menu ikan kuah woku ini disamping istimewa bahan dan rempahnya juga cara masaknya. Dalam memasak ikan kuah woku membutuhkan teknik memasak yang khusus menjadikan daging ikan tidak hancur.  Kuah woku banyak rempah-rempah di dalamnya. Ada bawang merah, cabai keriting, jahe, tomat, kemiri, kunyit, daun jeruk dan kemangi menjadikan hidangan ini menjadi menu spesial dan lezat rasanya. Bagi yang menyukai manis, di meja hidang juga disediakan kecap. Kita bisa menambahkan kecap ke dalamnya, jadi tambah legit. Dengan nasi putih hangat, kuah woku ini bisa dimakan dengan mengambilnya ke dalam mangkok atau menyiramkannya langsung ke piring nasi. Sembari menikmati menu ikan kuah woku, dilengkapi hidangan daging kakap fillet crispy dan sensasi asin-pedas ikan bakar kakap merah di Katombo Jogja, kita juga bisa menikmati live music yang banyak mengalunkan lagu-lagu kekinian dan tempo dulu. Melengkapi lezatnya menikmati kuliner khas Sulawesi.

Tuesday, May 26, 2020

Apa bagian yang paling susah dari menulis sebuah buku?

Ini adalah tulisan sebagai kontribusi jawaban saya atas pertanyaan di platform tanya-jawab, tentang banyak hal, sesuai pilihan kita. Setiap pengunjung dapat berkontribusi sebagai penanya dan atau sebagai penjawab. Menurut saya platform ini menarik, karena dapat menjadi komunitas online atau forum diskusi. Untuk melihat Jawaban dan pertanyaan saya dapat klik di https://id.quora.com/profile/Cokro-Aminoto
Buku adalah sebuah karya yang butuh kemampuan dan kemauan keras untuk mewujudkannya. Prosesnya sejak menentukan sebuah ide, mulai menulis hingga menyiapkan lay-out sebuah buku, bagi sebagian orang merupakan proses yang tidak mudah. Butuh keekunan, tekad yang kuat serta semangat yang terus membara. Hal terakhir ini, bagi saya pribadi merupakan bagian yang sulit. Namun bukan berarti tidak dapat diatasi.
Membangun motivasi
Kalau kemampuan, pastilah untuk menulis buku diperlukan kemampuan membaca dan menulis berdasarkan teknik-teknik menulis yang dapat dipelajari. Namun, seringkali kita dihadapkan pada kenyataan, selain menulis buku, kita juga mengerjakan tugas-tugas harian lainnya. Akibatnya, project penulisan buku, jadi tertunda. Ketika sudah tertunda-tunda, munculah awal persoalan. Dari yang tidak lagi fokus, hingga malas atau hilang mood untuk melanjutkan menulis lagi. Bahkan kalau sudah begini, motivasi untuk menulis menjadi hilang!
Dari pengalaman membangun semangat menulis, saya menemukan kebiasaan yang dapat membantu saya "menghangatkan" semangat dan motivasi saya untuk menulis, yaitu: (1) menguatkan niat (2) ikut bergabung dalam komunitas (3) ikut dalam forum diskusi online (mail-list).
Kuatkan niat
Kegiatan menulis, bagi saya bukan sekedar aktivitas hobi semata. Namun adalah nilai religi yang sangat mulia. Kegiatan menulis bermanfaat untuk kebaikan baik dunia, maupun akhirat. Bagaimana tidak? Bagi seorang muslim, baca-tulis itu diperintahkan Allah dan disyari"atkan Rasulullah. "Bacalah atas nama Tuhanmu". "Ikatlah ilmu, dengan menuliskannya". Kebaikan menulis adalah berbagi ilmu yang bermanfaat untuk sesama manusia. Bahkan Rasulullah, menjamin jika kegiatan menulis dan berbagi ilmu yang bermanfaat ini, pahalanya akan terus mengalir, walaupun kita sendiri sudah mati! Oleh karena itu, untuk menguatkan niat untuk terus menulis dan berbagai ilmu, saya menuliskan syari'at itu kuat-kuat di dalam hati.
Bergabung dalam komunitas
Selain niat, untuk menumbuhkan motivasi menulis yang saya lakukan adalah bergabung ke komunitas. Meskipun tidak mudah. Di kota kecil, tempat saya tinggal informasi tentang keberadaan komunitas penulis jarang terdengar. Hingga bertahun-tahun, baru saya mendengar sebuah komunitas penulis, namun lokasinya di ibukota provinsi, jauh untuk dijangkau. Maklum, teknologi komunikasi dan informasi belum sehebat sekarang.
Bersyukur, ketika di pameran buku murah, berjumpa dengan seorang pensiunan sebuah bank BUMN. Usianya tidak muda lagi, namun semangatnya luarbiasa untuk membaca dan menulis di media masa. Bapak inilah yang kemudian mengundang saya ke rumahnya, meminta saya untuk bergabung dalam "kelompok diskusi kecil", memang anggotanya hanya tiga orang.
Meskipun jumlahnya tidak banyak, dalam sebuah komunitas, memungkinkan kita bisa saling berbagi informasi tentang kegiatan kepenulisan, sumber bacaan, teknik menulis, kiat menulis dan mengirimkan ke media massa, hingga bertukar fikiran ketika menghadapi masalah dan mencari solusi mengatasinya. Pendek kata, komunitas yang seminat dapat ikut menjaga semangat dan motivasi kita untuk tetap menulis, dan menjaga kita senantiasa berada di dekat tungku perapian.
Ikut forum diskusi online
Dengan kemajuan teknologi internet, untuk bergabung ke komunitas penulis informasinya sangat banyak tersedia. Diantara komunitas-komunitas tersebut beragam juga jenis kegiatannya. Ada yang berupa kanal diskusi (mail-list), di sana kita bisa memilih topik-topik yang kita kehendaki. Ada juga layanan berbasis web/platform forum tanya-jawab, seperti yang sedang kita lakukan saat ini. Beberapa forum online juga menyelenggarakan paket pelatihan ada yang gratis hingga berbayar, hingga menyelenggarakan kegiatan "temu darat", gathering dan bakti sosial.
Kesemuanya itu, menurut saya forum-forum online maupun komunitas dapat memberikan kesegaran baru bagi kita untuk tetap bersemangat menyelesaikan project penulisan. Semoga bermanfaat.

Monday, May 11, 2020

Tips dan Trik Menulis Buku ala Hendra Wisesa

Menyarikan Paparan hebat Mas Hendra tentang Tips dan Trik Menulis Buku. Tips menulis buku, minimal ada tiga, yaitu membaca, menulis dan bergabung dalam komunitas. Yang disingkat Ba-tu-k.

Membaca
Untuk dapat menulis buku tertentu, beberapa tips yang dapat kita lakukan ada 3, yaitu: (1) fokus membaca buku2 dengan tema atau bidang sesuai tema buku yang akan kita tulis (2) menguasai pedoman EYD, untuk menghindari salah tulis kata, ejaan, tanda baca dan gaya bahasa. (3) kuasai tatacara dan teknik menulis buku

Menulis
Untuk dapat menyelesaikan proyek penulisan buku perlu kemampuan dan kemauan yang tinggi sejak awal. Karena pengalaman saya pribadi menulis buku, masalah yang muncul justru bukan pada masalah teknis menulis. Namun lebih banyak masalah non-teknis dan kemauan. Seperti saya bahas dalam tulisan "Apa bagian paling sulit ketika menulis buku?" sekaligus beberapa alternatif solusi untuk keluar dari permasalahan itu.

Komunitas
Penting bergabung dalam komunitas, karena ibarat kita senantiasa dekat dengan "tungku perapian" semangat kita untuk mrnulis, senantiasa membara. Untuk itu ketika bergabung kita harus aktif. Selain itu, bersyukur jika kita dapat bergabung dengan komunitas yang terkenal. Komunitas yang sudah besar namanya, mampu mendorong kepakan sayapnya, bagi burung kecil yang baru belajar terbang.

Sementara itu, dalam trik menulis, Mas Hendra menyarankan agar menulis tema buku yang diminati (Pro-pasar) dan tema yang tidak pernah usang, atau senantiasa segar (ever green). Caranya bisa browsing di internet atau sesekali ke toko buku.

Saturday, May 2, 2020

Menilai Sistem Belajar Dari Rumah di Tengah Pandemi*)

Pandemi covid-19 telah banyak membawa perubahan yang sangat hebat dan mendadak. Untuk mencegah penularannya hingga pemerintah mengambil kebijakan phisical distancing guna memutus rantai penularan. Dampaknya Pemerintahan harus memberlakukan seluruh kegiatan, baik bekerja,  beribadah dan belajar
dari rumah ( lockhome ).

 Lockhome merupakan sesuatu yang baru, belum pernah ada dalam situasi normal. Berlaku secara tiba-tiba, dan tentunya banyak hal yang belum disiapkan dan belum siap menghadapi keadaan. Dalam dunia pendidikan, maka fihak-fihak yang belum disiapkan dan terkesan belum siap adalah (1) unsur siswa/mahasiswa/santri (2) unsur dosen/guru/Ustadz (3) unsur orang tua/wali dan ,(4) unsur pemerintah dalam hal ini kampus/sekolah/pondok sebagai penyelenggara pendidikan.

 Ketika diberlakukan lockhome seluruh kegiatan rapat, kuliah atau belajar, ujian, wisuda, kursus pengayaan yang biasanya dilakukan rutin di sekolah, tiba-tiba harus diselenggarakan secara online karena pesertanya berada di rumah masing-masing. Keadaan seperti ini tentunya membawa konsekuensi yang luas. Termasuk di dalamnya kesiapan anggaran untuk kuota data , ruang dan sarpras koneksi internet, (hp/laptop/komputer, camera, aplikasi-aplikasi video conference), kesiapan dan kemampuan petugas (download, instalasi, mempelajari dan mentaati prosedur. Belum lagi menerapkan sistem belajar online. Pendek kata, dalam sekejap kita dituntut harus bisa menguasai "tetek-bengek' teknologi informasi dalam pembelajaran.

Berbagai bentuk model pembelajaran di tengah pandemi
Dari tingkat kesiapan itu, menyebabkan bervariasi pula model belajarnya. Saya mendengar dari para guru, mengikuti grup media sosial dan chatting ada sekolah yang memberlakukan online dan ada yang tidak, karena alasan ketersediaan koneksi dan perangkat lainnya.  Sekolah yang tidak memberlakukan belajar online, selama lockhome dilakukan dengan cara membagikan soal yang difoto-kopi "door to door" kepada siswa, hanya memberi pesan agar siswa belajar secara mandiri di rumah. Ada pula yang berharap, meminjam istilah Prof. Imam Robandi,  adanya keajaiban bahwa pandemi ini segera berakhir.

Sementara itu, sekolah yang memberlakukan pembelajaran online pun bervariasi model belajarnya. Dari model belajar yang membagikan soal dengan mengirimkan foto soal dan siswa menjawabnya dengan menulis pesan yang berisi jawaban. Ada pula sekolah yang menerapkan model belajar ceramah, dalam bentuk rekaman audio atau video, kemudian siswa menjawabnya dengan menulis pesan yang berisi jawaban. Ada sekolah yang menerapkan model belajar dengan tanya jawab. Model ini terasa lebih interaktif dan lebih kompleks persiapanya. Karena untuk pembelajaran model ini membutuhkan aplikasi untuk melakukan panggilan dengan video secara timbal balik. Meskipun sebenarnya sudah banyak tersedia aplikasi semacam ini dari yang sederhana dan gratis seperti WhatsApp, Jitsi meet hingga yang canggih dan berbayar seperti G-suite dan zoom meeting.
Selain dari ketiga model belajar di atas, ada juga sekolah yang menerapkan model diskusi. Guru dalam hal ini sebagai host yang bertindak selaku moderator atau penilai. Siswa atau mahasiswa sebagai client mengerjakan tugas individu secara mandiri dalam format essay dengan sumber referensi online, baik buku maupun jurnal ilmiah. Selanjutnya tugas para siswa adalah memaparkan jawaban tugas mandirinya di hadapan guru dan siswa lainnya secara online. Setelah itu, moderator membuka sesi diskusi dan tanya jawab.

Menakar validitas penilaian belajar online
Dari berbagai model belajar online di atas, tentulah model terakhir yang paling kompleks persiapanya. Tetapi memiliki efektivitas pembelajaran yang lebih baik. Beberapa hal yang bisa kita catat dalam hal arah komunikasi, keterlibatan antara guru dengan siswa dan keadilan penilaian.
Dalam model belajar ini baik guru maupun siswa menyiapkan bahan belajar maupun laporan tugas individualnya dengan sebaik-baiknya, tidak memungkinkan untuk membocorkan soal dan mencontek jawaban teman, karena penugasan bersifat individual. Tugas yang harus disusun berbeda antar siswa. Sehingga lebih adil untuk menilai kemampuan individu siswa.

 Namun, bukan tanpa kelemahan dari model belajar online seperti ini. Ada bahaya plagiarisme di sana!. Untuk itulah kesiapan guru juga menjadi tantangan. Pengetahuan guru dituntut harus update. Juga kemampuan penguasaan tools  anti plagiarisme yang sudah banyak tersedia di dunia maya. Jika beberapa hal tersebut sudah disiapkan, nampaknya kita bisa mendampingi siswa meraih prestasi dan hasil belajar yang membanggakan di tengah pandemi yang belum diketahui akan berakhir kapan.

Mari kita sambut hari pendidikan dari rumah.

 (* Diadaptasi dari tulisan Prof. Imam Robandi-Guru Besar, Departemen Elektronik ITS yang berjudul "Bersekolah di Rumah"

Friday, May 1, 2020

Setiap orang (Kebumen) berhak untuk sejahtera

Pengantar

Topik ini menjadi sangat penting untuk saya tulis, karena saya meyakini bahwa masyarakat Kebumen suatu masa dapat meraih kesejahteraan. Terbebas dari belenggu kemiskinan. Seperti yang diberitakan di media massa maupun media pemerintah. Kebumen saat ini menyandang masalah kemiskinan tertinggi di Jawa Tengah. Kalau ini adalah sebuah visi  atau harapan, maka saya ingin sekali menuliskannya. Paling tidak karena tiga alasan. Pertama, saya yakin bahwa visi itu realistis dan dapat dicapai. Karena menjadi sejahtera adalah hak rakyat dan sudah menjadi kewajiban pemerintah bersama rakyat untuk mewujudkannya.

Kedua,  saya mengalami sendiri.  Meskipun saya tidak lahir di kebumen, namun keseluruhan masa hidup saya lebih banyak tinggal di kebumen. Saya banyak mengenal orientasi nilai dan budaya, kehidupan, mata pencaharian, bahasa dan sistem kekerabatan serta tradisi masyarakat Kebumen.  Secara tipologi budaya, banyak pakar mengakui bahwa masyarakat Kebumen memiliki karakteristik budaya yang positif seperti keeratan sosial dan nilai juang yang tinggi serta terbuka. Nilai budaya ini dapat menjadi modal dasar yang besar untuk membangun Kebumen yang maju. Dengan pemimpin yang berpijak pada kepentingan rakyat Kebumen, visi itu akan dapat diwujudkan.

Ketiga, saya merasakan bagaimana sesaknya dada ini ketika saya mendengar kabar santer , meski hanya cerita dari mulut ke mulut,  di tengah kita masih banyak masyarakat yang rela bahkan bersikeras agar dicatat sebagai orang miskin. Alasannya sederhana. Untuk mendapatkan bantuan. Sementara, masih ada ratusan bahkan ribuan orang lainnya, yang nyata miskin bahkan sangat miskin, tidak tercatat. Akibatnya selalu lolos dan terabaikan dari fasilitas dan bantuan bagi orang miskin.

Harapan setiap orang Kebumen sejahtera saya yakin akan terwujud. yaiitu sejahtera yang sesungguhnya, bukan karena program bantuan. Namun sejahtera karena kekuatan dan  kemampuan yang lahir dari masyarakat, sebagai akibat dari keyakinan nilai agama yang dijunjung tinggi, kekuatan berusaha dan kebersamaan membangun antara masyarakat, pemerintah, dunia usaha, pendidikan dan tenaga kerja. Meskipun hubungan antar sektor itu, kondisi saat ini terasa tidak saling berhubungan. Sebut saja anatara sektor pendidikan dan tenaga kerja, menunjukkan hubungan yang tidak linear. Output dunia pendidikan mestinya memberi sumbangan bagi pemenuhan kebutuhan tenaga kerja. Sehingga jika dihubungkan dengan kesejahteraan, maka meningkatnya jumlah lulusan perguruan tinggi, mestinya mengindikasikan meningkatnya kesejahteraan. Bukan sebaliknya. Barangkali inilah tantangan dunia pendidikan dan tenaga kerja kita.

Tentunya butuh sebuah konsep membangun yang komprehensif dan terencana. Komprehensif, karena untuk mewujudkan kondisi masyarakat yang sejahtera sangatlah banyak komponen yang harus disempurnakan. Baik infrastruktur, ekonomi, sosial, pendidikan dan ketrampilan, pelayanan kesehatan maupun lingkungannya. Terencana, artinya harus memiliki tahap-tahap pencapaian yang terukur yang mencerminkan strategi dan priotitas penyelesaian masalah yang dibutuhkan masyarakat untuk mencapai kesejahteraan.

Konsep sejahtera dan tantangan yang dihadapi masyarakat Kebumen saat ini
Menghimpun kekuatan Kebumen
Menggagas strategi dan memetakan jalan kesejahteraan Kebumen
Penutup
(Maaf belum selesai)

Selamat memperingati Hari Pendidikan dan Hari Buruh 2020
dari rumah Perumahan Bougenville, 02 Mei 2020

Thursday, April 16, 2020

Mengikuti Kursus Menulis Buku MPI, hasilnya Buku "keroyokan" Pendidikan Era Milenial

Ini adalah sebuah karya tulis "keroyokan" saya dalam bentuk buku antologi. Adalah pengalaman yang sangat langka bisa bergabung menulis buku dengan para penulis produktif dan berpengalaman Riza A. Novanto, Miftah Indy Nugroho, Siti Waeroh dan Elsavia Nindiana Solekhayati.
Pengalaman ini saya sebut langka karena ide menulis buku antologi ini awalnya adalah diskusi kecil para peserta kursus menulis. Namun berkat mentoring hebat dari pembimbingnya, yang sekaligus bertindak sebagai editor, akhirnya terwujud juga mimpi menulis buku. Buku ini saya rasa sangat relevan untuk orang tua, guru/ustadz/dosen dan pejabat yang concern dengan pendidikan anak milenial.

Dalam buku antologi Pendidikan Era Millenial ini saya"menggugat" atas hilangnya makna mendidik dalam kehidupan milenial. Karena mendidik sejatinya hal yang sangat penting yang harus dilakukan orang tua pada anaknya. Diperintahkan Allah dan disyari'atkan Rasulullah. Mendidik adalah proses panjang membangun karakter dan budi pekerti anak, melalui keteladanan  perilaku dan sifat orang tua. Anak akan mencontoh dan menyimpan ke dalam jiwanya apa yang ia lihat dari orang tuanya. Namun perkembangan teknologi informasi telah membawa perubahan yang sangat dahsyat kearah disruptif. Sayangnya sebagian besar orang tua tidak siap. Alih-alih orang tua melimpahkan tanggung jawabnya kepada guru atau sekolah.

Orang tua berharap pada guru atau sekolah dapat memikul tanggung jawabnya dalam mendidik anak. Namun sistem pendidikan dan kurikulum sekolah telah "menjauhkan" anak dengan nilai-nilai karakter dan budi pekerti.  Anak-anak milenial menghadapi persoalan yang serius. Di rumah, ia tidak menemukan sosok orang tua. Di sekolah ia banyak dijejali berbagai ilmu pengetahuan dan ketrampilan teknis. Namun tidak jiwanya, kosong-jauh dari nilai, karakter dan budi pekerti. Akibatnya, anak mencari solusi dari lingkunganya. Di era milenial, anak-anak tidak lepas dari gadget, terkoneksi internet, terhubung media sosial dan kepemilikan berbagai akun untuk update informasi. Dalam kondisi seperti ini, generasi milenial rawan terjerumus dalam permasalahan pergaulan bebas, penyimpangan seksual, narkoba, korban penipuan, dan kekerasan fisik.

 Sebenarnya anak-anak sangatlah memerlukan pengawasan, Komunikasi dan kepedulian orang-orang terdekatnya, seperti guru, keluarga atau orang tuanya. Mereka juga memiliki kepedulian terhadap persoalan sosial, memiliki minat terhadap hal2 baru, melek teknologi dan sangat kreatif. Untuk mengembalikan aspek karakter dan budi pekerti yang "hilang" dalam pendidikan anak, harus dimulai dari  upaya memperbaiki kualitas komunikasi antara anak, orang tua dan guru. Gerakan "2 jam kumpul tanpa gadget" merupakan upaya riil orang tua memperbaiki hubungan dengan anak. Dengan mengambil posisi "mendengar efektif",  orang tua sedang  menumbuhkan kepercayaan, juga martabatnya.

Wednesday, February 26, 2020

Mengenang asyiknya sarapan "Burgo" Palembang

Pagi buta di hari ke dua saya di Palembang, awal mulanya keseruan itu terjadi. Ketika Bang Hens, demikian kami memanggilnya-Ketua Biro Humas Asosiasi yang sangat enerjik, inspiratif dan "gila" ide-idenya itu menghampiri di lobi hotel. Saya diajaknya jalan-jalan menyusur pusat kota hingga sampailah ke suatu tempat. "Disini pusatnya oleh-oleh khas Palembang berselera" ajaknya sambil membuka pintu mobil dan mengajak saya turun.Saya baru tahu, ternyata selain mpek-mpek, kota Palembang ini memiliki banyak jenis kuliner lain yang tak kalah lezatnya, diantaranya Burgo Palembang. Sembari menunggu pesanan Burgo, saya pun banyak cari tahu istimewanya burgo ini.

Sehat dan bergizi

Burgo adalah makanan ini sehat dan bergizi. Karena Burgo Palembang  terbuat dari bahan dasar ikan dan disajikan  berkuah  santan, sehingga mengenyangkan dan membuat badan berstamina kembali apalagi jika disantap hangat untuk sarapan pagi. Terbayang kelezatannya, perpaduan kenyalnya adonan burgo yang berbentuk gulungan tepung dalam kuah santan gurih atau pedas bertabur bawang goreng. Bahan utama burgo terbuat dari campuran tepung beras, tepung sagu tani, air kapur sirih, air, dan sedikit garam. Semua bahan tersebut dicampur hingga merata dan bertekstur encer. Teksturnya harus benar-benar tepat agar menghasilkan burgo yang kenyal dan tidak mudah sobek.

Kelezatan lain dari Burgo Palembang adalah kuahnya berbahan dasar ikan. Jenis ikan yang biasanya digunakan untuk membuat kuah burgo adalah daging ikan gabus segar tanpa tulang. Ikan gabus yang sudah dipisahkan dari tulangnya sebelum dicuci bersih, dikukus hingga matang, lalu dihaluskan. Dan dicampurkan dengan bumbu-bumbu lain.

Untuk sarapan pagi, OK

Di Palembang kita bisa menemukan banyak penjual Burgo di pagi hari. Karena sudah menjadi tradisi masyarakat Palembang makan burgo untuk sarapan pagi. Namun, kita juga dapat menyantapnya untuk siang atau malam. Tinggal kita sesuaikan porsinya. Di Rumah makan "Pak Raden" ini siap buka sehari penuh menyediakan burgo dan makanan khas Palembang lainnya. Jadi sebelum beraktivitas pagi, bisa memualinya dengan sarapan burgo. Seperti yang hari ini saya lakukan. Terimakasih Bang Hens, semoga jadi amal baik.


Wyndham Opi Hotel, Palembang, 27 Februari 2020

Sate telur gulung: melegenda dan digemari di negeri Jakabaring

Sate telur gulung yang terbuat dari telur yang digoreng dan digulung dengan sedikit garam dan ditusuk pakai lidi atau bambu itu, sejatinya merupakan jenis jajanan jadul era 90-an. Namun hingga saat ini masih banyak ditemui dan mulai marak kembali. Saat ini sate telur gulung dijual dengan banyak variasi bahan atau pun sambalnya. Sejak dari bahan telur yang original sampai dengan isi sosis, bakso dan daging. Dari sambal kacang, kecap, saus tomat maupun mayones. Hingga banyak orang mencoba mengadu nasib untuk menjajakan jajanan legendaris ini.

 Seperti halnya Adi sekitar 35 tahun usianya. Seorang pemuda yang mencoba bertahan di kota "empek-empek" Palembang ini dengan menjajakan sate telur gulung secara berkeliling. Dengan bermodalkan sepeda motornya, Adi berjualan secara berpindah-pindah, pada jam tertentu mengikuti keramaian pembelinya. Selepas Dzuhur, seperti saat aku menemuinya, Adi mangkal di jalan stasiun LRT Jakabaring. Siang itu,  bersama kru TV dan Radio aku ditugaskan mengikuti Rakornas di Palembang. Untuk mencapai ke tempat lokasi acara, setelah 30 menit dari Bandara  Sultan Mahmud Badaruddin II menggunakan kereta api cepat, rute perjalanan berikutnya menggunakan taksi online. Sambil menunggu pesanan taksi datang, saat itulah pandanganku tertuju pada penjaja sate telur gulung, dekat sebuah halte. Hingga aku mengajukan beberapa pertanyaan pada penjualnya.

Adi belum menjawab pertanyaanku, apakah daganganya itu bisa habis hingga sore ini. Namun, aku memperoleh jawabnya, ketika serombongan anak sekolah berseragam SLTA datang dan mengerumuni dagangannya. Bersamaan taksi online pesananku datang, akupun minta pamit. Meski tidak begitu jelas, aku mendengar anak-anak sekolah itu sedang memesan jajanan kesukaanya. Dalam hati aku mengakui bahwa sate telur gulung ini menjadi jajanan dari generasi ke generasi.

Cokroaminoto-Wyndham Opi, Palembang, 26 Februari 2020