Saturday, October 22, 2016

Di SPG bersiap jadi pendidik

Setelah lulus SMP, memang tidak banyak tahu teman-temanku melanjutkan kemana saja. Aku sendiri mendaftar di SMA Negeri Kajen dan SPG Negeri Pekalongan. Aku sengaja mendaftar di dua tempat, yaitu di sekolah umum dan kejuruan. Hal ini bisa aku lakukan karena memang waktu pendaftaran, seleksi dan pengumumannya berbeda. Sekolah umum waktu pendaftaranya lebih dulu, dibanding kejuruan. Dari hasil pengumuman hasil test, aku lulus dan diterima di SMA Negeri Kajen. Sedangkan untuk pengumuman SPG, dalam daftar pengumuman nomor testku tidak ada alias tidak diterima.

Mendapat panggilan diterima sebagai cadangan
Akupun oleh orangtua disuruh untuk segera melakukan pendaftaran ulang di SMA Negeri Kajen, membayar uang seragam dan mengikuti masa orientasi siswa. Sementara aku baru mau  melangkah memenuhi perintah orang tua, tiba-tiba ada tamu datang ke rumah. Tamu itu rupanya Pak T. Soedibyo, kepala sekolahku di SD Negeri 1 Pakisputih. Ternyata Pak Dibyo, demikian beliau biasa disapa anak-anak, membawa berita bahwa aku diterima cadangan di SPG Negeri Pekalongan.

Tapi mengapa yang datang Pak Dibyo? Pikirku dalam hati. Setelah aku ikut duduk mendampingi Kakakku pertama, yang menerima kedatangan Pak Dibyo, aku baru tahu jawaban pertanyaanku itu.
“Mas Bambang, dik Cokro ini mendapat surat panggilan diterima sebagai cadangan di SPG. Silakan dipertimbangkan. Jika akan  ditindaklanjuti, ini sudah saya bawakan surat panggilan, persyaratan dan jadwal pendaftaran ulangnya. Kebetulan anak saya juga masuk sebagai cadangan. Jika nanti mau mendaftar ulang, nanti bisa bersama-sama anak saya”.  Demikian penjelasan Pak Dibyo kepada Kakakku, Mas Bambang Cahyono.

Mas Bambang menginspirasikan keputusanku
Sepulang Pak Dibyo, aku diajak berdiskusi dengan Mas Bambang, tentang pilihan-pilihan melanjutkan sekolah untukku, antara SMA dan masuk SPG. Meskipun keputusan akhirnya  diserahkan padaku, namun Mas Bambang memberi pandangan-pandangannya terkait prospek kedua sekolah. Sekolah umum, menurut Mas Bambang, memberi dasar-dasar keilmuan umum yang menjadi dasar pengembangan ilmu di perguruan tinggi. Sedangkan di sekolah kejuruan, membekali ketrampilan tertentu sebagai bekal bekerja.

Saat itu aku baru tahu, arah pendidikan umum dan kejuruan, meskipun sebenarnya pandangan kakakku itu belum tentu benar.. Beberapa saat, aku berfikir tentang keduanya. Dan aku memutuskan untuk menyampaikan pandanganku kepada Mas Bambang. Pilihanku pada SPG sebagai pendidikan kejuruan, serta beberapa matapelajaran yang ada, yang sangat aku sukai, seperti: Ilmu-ilmu jiwa sosial, perkembangan, pendidikan dan lain-lain. Mendengar keputusanku, mas Bambang kelihatan sangat setuju.


Menyiapkan jiwa pendidik
Seperti aku pernah memperkirakan, bahwa pendidikan di SPG pastilah sangat ketat, karena para siswanya disiapkan menjadi seorang guru. Tetapi ketika aku sudah mengikuti pembelajaran, ternyata tidaklah semua benar. Yang benar bahwa siswa SPG disiapkan untuk memiliki kematangan untuk menjadi contoh, untuk menjadi idola, dan untuk menjadi guru sekaligus pendidik.

Bertindak sebagai contoh, maka seorang guru harus bertindak benar dan menyukai kebaikan. Bertindak sebagai idola, maka seorang guru harus tambil riang, bersemangat bahkan trendy.  Sedangkan untuk menjadi guru dan pendidik, seorang guru harus pintar dan menginspirasikan, hingga seorang muridnya secara sadar merubah perilakunya menjadi lebih baik. Dengan demikian, jika dikatakan pendidikan di SPG sangatlah ketat, tidaklah benar.

Meraih keutamaan sebagai seorang guru
Bagiku justru belajar di SPG, aku dapat memperoleh nilai kebajikan dan keutamaan dari seorang guru. Bagaimana tidak?  Seorang guru memiliki tugas  yang sangat mulia, yaitu mengajar dan mendidik, membangun pengetahuan  dan akhlak anak didik.

Dalam pandangan Islam, ada keutamaan-keutamaan  bagi seorang guru, Dalam pandangan Islam, ada keutamaan-keutamaan  bagi seorang guru,  Abu Jundulloh Muhammad Faisal menuliskan ada 4 keutamaan, yaitu:
(1) Allah menempatkannya istimewa dan memerintahkan kepada para Aqniya (murid/masyarakat/pemerintah) untuk  memberi perhatian khusus kepada guru, yang dengan kesungguhannya mengajar dan mendidik (Al Qur’an:2:273)  

(2) Allah SWT memberi balasan pahala untuk guru yang mendidik dan mengajarkan kebaikan atau pelajaran yang bermanfaat, sama seperti orang-orang yang melakukannya. Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW : “ Barangsiapa yang mengunjukkan/mengajarkan kebaikan, pahalanya sama dengan orang yang melakukan kebaikan itu “. (HR. Muslim dari Ibnu Mas’ud dalam Kitab Faidul Qadir, Juz. 6, Hal. 127, Penulis: Al-Imam Al-Manawy Rahimahullah). 

(3) Allah SWT dan para Malaikat, penghuni langit dan bumi bersholawat (mendo’akan) para pendidik yang mengajarkan kebaikan. Seperti Sabda Rasulullah SAW:
 “ Sesungguhnya Alloh, Malaikat-malaikat-Nya, penghuni langit dan penghuni bumi, hingga semut dalam lubangnya dan ikan dalam lautan, bersholawat (mendo’akan) para pendidik manusia kepada kebaikan “. (Kitab Mukhtarul Hasan Wasshahiih, Penulis: Abdul Baqi’ Shaqar, Hal. 380). 

(4) Para guru dan pendidik senantiasa akan mendapatkan pahala dari Allah sebagai imbalan dari hasil pendidikan dan pembinaannya, meskipun dia sudah meninggal. Seperti sabda Rasulullah SAW: 
“ Sesungguhnya dari antara amal dan kebaikan seorang Mukmin yang tetap dia peroleh pahalanya, walaupun dia sudah wafat, adalah: Ilmu yang diajarkan dan disebarluaskannya; anak yang shaleh yang ditinggalkannya; atau mushaf/pegangan misalkan buku-buku/ al-qur’an/kitab-kitab yang ditinggalkannya; atau masjid yang dibangunnya; atau rumah untuk ibnus sabil yakni anak yatim piatu/panti jompo yang dibangunnya; atau saluran air yang dibuatnya; atau shadaqah yang dikeluarkannya dari harta kekayaannya pada waktu hidupnya (shadaqah jaariyah), itu semua dia akan mendapatkan pahalanya setelah dia wafat “. (HR. Ibnu Majah dan Al-Baihaqy dari Aba Hir dalam Kitab Mukhtarul Hasan Wasshahiih, Penulis: Abdul Baqi’ Shaqar, Hal. 381).


Tetap konsisten mengajar dan mendidik
Meski tidak di jalur keguruan, aku tetap konsisten dalam mengajar dan mendidik. Selepas mengikuti program biasiswa S2 pada Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, FK-UGM Yogyakarta 2001, aku memperoleh kesempatan mengajar sebagai dosen tidak tetap di Stikes Muhammadiyah Gombong, sejak 2002 hingga sekarang.  Kepada mahasiswa, aku mengajarkan konsep-konsep biostatistik dan metodologi riset, menulis buku, menjadi pembimbing dan penguji skripsi.


Kebiasaan menyampaikan ilmu yang bermanfaat, tetap aku jaga dan lakukan terus menerus dalam berbagai bentuknya. Harapannya teruslah memperoleh keutamaan-keutamaan  sebagai seorang guru. Sekaligus berharap pahala yang tidak pernah putus, walaupun aku sudah meninggal sekalipun.

No comments:

Post a Comment