Sunday, October 23, 2016

Lulus SPG melanjutkan ke SPAG Depkes Pekalongan

Lulus SPG Negeri Pekalongan tahun 1985, aku  tidak tahu dan belum memutuskan hendak kemana lanjutannya. Bahkan hingga hari terakhir  waktu pendaftaran Sipenmaru melalui pembayaran Bank, aku baru sadar kalau sudah terlambat. Karena pembayaran melalui Bank ditutup jam 13.00 waktu itu.

Gagal Sipenmaru, mencoba Sipensimaru Diknakes
Harapan untuk kuliah hampir pupus, ketika temanku Sonhaji datang ke rumah membawa berita tentang Sipensimaru Diknakes.  Apa itu? Sipensimaru Diknakes, adalah singkatan dari seleksi siswa dan mahasiswa baru pendidikan tenaga kesehatan yang diselenggarakan oleh Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan (Pusdiknakes). Karena informasinya hanya sekilas, aku putuskan untuk melihat ke tempat pengumuman itu ditempel.

Ternyata tidak jauh dari rumah, sekitar 12 Km ada kampus Sekolah Pembantu Ahli Gizi (SPAG) Depkes, tepatnya  di desa Legok Kalong, Kecamatan Karangnyar memasang pengumuman itu. Dari pengumuman itu, aku melihat seluruh sekolah dan perguruan tinggi kesehatan di seluruh Indonesia yang dapat diikuti. Dan berita ada banyak berita menariknya, yaitu: (1)  bahwa selama mengikuti program pendidikan itu gratis! Seluruh biaya pendidikan ditanggung oleh Pemerintah (2) tambah menarik bagiku bahwa  setelah lulusa akan ditempatkan kerja sebagai tenaga Pegawai Negeri Sipil Inpres, dan yang ke (3) yang membuatku merasa sungguh Allah sedang memberi jalan kepadaku adalah bahwa untuk tahun itu dibuka peluang pendaftaran untuk lulusan SLTA sederajat. Artinya, seperti aku lulusan SPG dapat ikut mendaftar, tidak hanya dari SMA itupun harus SMA jurusan IPA-Matematika.

Memilih tiga perguruan tinggi yang semua tidak aku ketahui  
Tanpa pikir panjang, karena sudah di lokasi, akupun dengan Sonhaji mendaftar dan mengambil berkas pendaftaran. Dalam formulir pendaftaran, setiap calon diminta memilih tiga perguruan tinggi. Di sana ada daftar nama perguruan tinggi kesehatan se Indonesia, berikut strata dan lokasi perguruan tingginya. Dari semua perguruan tinggi itu, jujur aku tidak ada satupun mengetahui perguruan tentang apa itu. Pertimbanganku hanya praktis, yaitu kuliah singkat dan lokasinya di Jawa.

Atas pertimbangan praktis itu, aku menjatuhkan pilihan pada (1) Diploma 1 SPAG (Sekolah Pembantu Ahli Gizi) Depkes Pekalongan (2) Diploma 3 APK-TS (Akademi Penilik Kesehatan dan Teknik Sanitasi) Depkes di Surakarta dan (3)  (kalau tidak salah ingat)  Diploma 3 ATROEM  (Akademi Teknik Rontgen dan Elektro Medik) Depkes Semarang. Pada hari yang ditentukan, menyerahkan kembali berkas pendaftaran ke panitia dengan melengkapi persyaratanya.

Lulus diterima di SPAG Depkes Pekalongan
Tiba hari pengumuman, setelah mengikuti serangkaian test masuk, aku kembali datang ke kampus SPAG di Karanganyar. Kampus itu sebenarnya  gedung Workshop Tanaman Pangan dan Gizi milik Dinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan. Letaknya sekitar 500 meter dari pasar dan kantor kecamatan Karanganyar, jalur jalan raya Karanganyar-Kajen, sebelah kanan jalan.

Turun dari angkot, aku segera bergegas ke lokasi pengumuman. Memasuki halaman kampus SPAG yang kanan-kirinya banyak ditanam berbagai macam tumbuhan itu, ternyata sudah ramai pengunjung yang akan melihat pengumuman hasil test. Subhanallah, Alhamdulillah, aku dan Sonhaji lulus dan diterima masuk menjadi mahasiswa SPAG Depkes Pekalongan.


Lebih banyak di lapangan
Kuliah satu tahun di SPAG Depkes Pekalongan,  struktur pembelajarannya lebih banyak di lapangan. Karena kuliah klasikal hanya di tiga bulan pertama. Selanjutnya, kuliah lebih banyak di lapangan. Mahasiswa dibuat kelompok-kelompok untuk kemudian diterjunkan di desa binaan. Di Desa binaan, mahasiswa berperan sebagai petugas lapangan untuk melaksanakan program gizi masyarakat. Aku dan kelompokku kebetulan memiliki desa binaan di Desa Limbangan, Kecmatan Karangnyar. 

Kegiatan lapangan di desa Limbangan , meliputi pengumpulan data, analisis dan intervensi program. Kegiatan pendataan dilakukan melalui wawancara menggunakan kuesioner, pada seluruh rumah tangga yang ada di desa. Analisis data dilakukan dengan cara melakukan tabulasi untuk melihat distribusi frekuensi variabel yang diamati. Sedangkan iIntervensi program perbaikan gizi dilakukan bersama dengan seluruh komponen dan kelembagaan masyarakat yang ada di desa. Berdasarkan permasalahan yang muncul dalam analisis data dan ketersediaan sumber daya lokal di desa, bersama-sama masyarakat, mahasiswa melaksanakan intervensi program.


Semester kedua, kegiatan praktek banyak dilakukan di institusi, seperti Puskesmas Rawat jalan, Puskesmas Rawat Inap dan Rumah Sakit, baik Rumah Sakit tipe D  maupun Tipe  C. Aku dan teman-temanku satu kelompok, menjalani praktek pelayanan gizi di institusi di Rumah Sakit Umum Keraton Pekalongan dan  Rumah Sakit Umum Kabupaten Cilacap.


Akhir program, awal  pemberkasan
Sebagai program pendidikan kedinasan SPAG Depkes Pekalongan, penyelenggaraanya bertujuan untuk memenuhi jumlah petugas gizi Puskesmas seluruh Indonesia. Selain di Pekalongan, kebutuhan tenaga gizi dipenuhi juga oleh SPAG Depkes  lainnya, seperti di Rawamangun-Jakarta dan Kupang. Untuk itu, banyaknya mahasiswa setiap angkatan mencerminkan kebutuhan tenaga gizi pada waktu itu.
Oleh karena itu, seiring dengan selesainya program pendidikan, akupun sudah harus melengkapi berkas-berkas persyaratan pengangkatan sebagai CPNS Depkes RI, untuk selanjutnya diperbantukan di tingkat kabupaten di seluruh Indonesia.

Dari mahasiswa seluruh kelas, kami ditempatkan tiap  kabupaten satu orang. Kebanyakan di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Meskipun ada beberapa yang di Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Sebagai contoh, aku ditempatkan di Kabupaten Kebumen, hanya seorang dari angkatanku. Dan inilah kemudian yang menjadi awal kehidupanku di Kebumen hingga saat ini.


No comments:

Post a Comment