Sunday, September 25, 2016

Menulis e-Book berbekal kumpulan tulisan di website

Dari hasil mengelola beberapa website, aku berkeingan untuk membuat e-Book dan menjualnya melalui website. Setelah materinya aku rasa cukup, dari kumpulan tulisan postingan di website, aku menulisnya dalam format e-Book “Cara Mudah Menulis Proposal Penelitian”.

e-Book tuntunan praktis
Karena e-Book ini bersifat tuntunan praktis, aku mengkombinasikan banyak hal yang ilmiah dan “njlimet”  itu menjadi sesuatu yang praktis, mudah dimengerti dan diterapkan. Dalam hal ini aku memadukan materi metodologi penelitian itu dengan hasil-hasil diskusi dan masukan pembaca,  keluhan mahasiswa serta share pengalaman pribadi dan teman dosen sebagai pembimbing dan penguji proposal penelitian.

Dari sifatnya yang praktis itu, e-Book itu cocok bagi siapa saja, mahasiswa reguler maupun non-reguler-yang notabene sangat minim memperoleh pengetahuan dari matakuliah metodologi. Sehingga tanpa harus ribet, proposal dan atau laporan penelitian mahasiswa, akan selesai tepat waktu, bahkan lebih awal!

Sebagai pendamping dosen pembimbing
Pengalaman menjadi mahasiswa dan menjadi dosen pembimbing dan penguji proposal dan laporan penelitian, mahasiswa mengeluh tentang penguasaan materi metodologi dan menerapkannya ke dalam proyek penelitiannya. Disamping itu, mahasiswa juga banyak mengeluh, waktu tidak cukup untuk dapat bertemu dan berkonsultasi dengan dosen pembimbing.

Keluhan mereka yang mahasiswa reguler lebih beragam dibanding mahasiswa yang sudah bekerja atau non-reguler. Dari bagaimana  menyiapkan topik dan ide penelitian, tinjauan pustaka dan pencarian bahan dan buku sumber, jurnal ilmiah, metodologi penelitian dan analisis data statistik, konsultasi dengan pembimbing, mendesaknya batas waktu seminar dan pengumpulan laporan penelitian, tindak lanjut hasil koreksi dosen pembimbing maupun penguji serta kesiapan materi seminar. Belum lagi persoalan pemahaman tata tulis dan kemampuan menulisnya. Sedangkan mahasiswa karyawan yang non-reguler, hampir semua memiliki persoalan yang seragam. Mereka mengeluhkan semua hal yang dikeluhkan mahasiswa reguler itu!

Sebagai solusi

Sehingga kesimpulanku, jika saat ini anda juga mengalami hal yang sama seperti kebanyakan mahasiswa lainnya, yaitu mengalami kesulitan dalam menulis proposal dan laporan penelitian, maka layaklah untuk memiliki E-Book ini. e-Book yang setebal hampir 100 halaman ini berisi panduan praktis dan cocok untuk umum dan mahasiswa, baik mahasiswa reguler maupun non-reguler dalam  penulisan proposal dan laporan penelitian untuk  Kertas Kerja, Karya Tulis, Skripsi, Thesis atau Disertasi.

Melayani jasa konsultasi penulisan penelitian online

Dalam perkembangannya, websiteku itu makin banyak orang mengunjunginya. Diantara para pengunjung ada yang menyatakan terimakasih telah membantu studinya. Ada juga yang mengkopi materi posting untuk menyelesaikan tugas-tugas dosen mereka. Ada juga yang berulang-ulang bertanya, hingga ada juga yang menyatakan tidak puas, karena dirasa terlalu lama aku menjawabnya. Beberapa diantara  memohon agar aku mau menjadi konsultanya, mendampingi secara online selama mahasiswa sedang menyelesaikan penulisan proposal, proyek penelitian, hingga selesai ujian hasil.

Banyaknya permintaan
Mempertimbangkan banyaknya permintaan dari mahasiswa itulah kemudian aku melayani jasa konsultasi online penulisan proposal penelitian. Sehingga dalam website menulisriset aku tambahkan menu “Jasa Konsultasi”. Agar setiap pengunjung mengerti tentang tatacara memanfaatkan jasa tersebut, aku kemudian memuat beberapa tulisan yang berisi penjelasan pokok. Agar semuuanya mengetahui dan menyetujui proses jasa konsultasi itu dilakukan. Di kemudian hari,agar  tidak ada fihak yang menyalahkan atau mengeluh, setelah seseorang itu membayar sejumlah tertentu.

Beberapa hal yang diatur menyangkut ketentuan dan cara tatacara jasa konsultasi online penulisan proposal penelitian itu, adalah:
1.        Apa itu Layanan Konsultasi Penulisan proposal dan laporan penelitian itu?
2.        Bentuk Layanan Konsultasi Penulisan proposal dan laporan penelitian
3.        Biaya Layanan Konsultasi Penulisan proposal dan laporan penelitian
4.        Format Permintaan Menjadi Konsultan online penulisan proposal dan laporan  penelitian
6.        Prosedur permintaan Layanan Konsultasi Penulisan proposal dan laporan penelitian

Mekanisme penyelenggaraan jasa konsultasi

Secara mudahnya, jika seseorang pengunjung website, dalam hal ini seorang mahasiswa, setelah membaca ketentuan-ketentuan yang ada dan tertarik untuk memintaku sebagai konsultan, maka seseorang itu harus mengajukan “Surat permintaan menjadi konsultan penulisan proposal dan laporan penelitian”. Format surat tersebut dapat didownload atau dikopi-paste dari halaman web. Setelah diisi data pemohon dan jenis dan ruang lingkup konsultasi yang dipilih, dikirim via e-mailku cokroaminoto2007@gmail.com  Setelah itu, aku akan membuat perjanjian waktu kapan proses konsultasi itu dilaksanakan. Pada bagian awal, biasanya pemohon akan aku minta mengirimkan draft proposal penelitian yang akan dikonsultasikan. Ini penting, karena untuk menghindari anggapan sementara orang  bahwa jasa konsultasi ini disamakan dengan jasa pembuatan proposal. Dalam hal ini, aku mengutamakan ke-otentikan karya mahasiswa dan menentang plagiarism.

Saturday, September 24, 2016

Mengajar di STIKES: menulis dan berbagi

Mengajar di STIKES Muhammadiyah Gombong, merupakan kegiatan berbagi pengalaman dengan mahasiswa. Aku awali sejak tahun 2004, sejak lembaga itu masih berbentuk Akademi. Statusku di Stikes sebagai dosen tetap, pegawai tidak tetap. Awalnya aku mengajar manajemen kesehatan dalam keperawatan, Biostatistik dan Metodologi Penelitian. Sejak tiga tahun terakhir aku hanya mengajar Biostatistik dan Metodologi Penelitian. Sejak diberlakukannya sistem blok matakuliah,  kedua matakuliah itu sekarang digabung jadi satu dalam blok matakuliah Metode Penelitian.

Menyiapkan materi dan tugas lewat posting
Aku sebut sebagai kegiatan berbagi, karena peran dosen adalah memfasilitasi terjadinya proses transfer ilmu pengetahuan, ketrampilan dan sikap secara timbal balik. Dari apa yang aku ketahui dari membaca, aku sampaikan kepada mahasiswa. Sekaligus, aku juga memperoleh masukan dari saran dan pertanyaan mahasiswa. Dari kegiatan ini, membuat aku lebih giat membaca dan mengumpulkan bahan bacaaan, terutama seputar teori dan praktek-praktek dalam metode penelitian. Inilah kemudian yang mendorong aku untuk membuat website pribadi tentang menulis proposal penelitian dalam format blog dan menulis postingnya.

Dari web ini, dalam bentuknya yang sederhana merupakan cikal bakal e-Learning matakuliah yang aku ampu. Di web itu, aku menulis materi kuliah sesuai silabus, serta beberapa materi yang terkait lainnya. Selain itu, aku juga membuat rencana penugasan dan lembar evaluasinya. Ada juga kolom diskusi dan komentar, yang memungkinkan mahasiswa dapat mengikuti dan membaca juga pendapat mahasiswa lainnya.

Melayani banyak mahasiswa
Lahirnya website menulisproposalpenelitian.com ternyata tidak hanya bermanfaat bagi mahasiswaku di STIKES, tetapi banyak juga pengunjung dari luar. Ternyata banyak juga mahasiswa baik reguler maupun non-reguler yang membutuhkan materi, penjelasan dan diskusi seputar tugas-tugas matakuliah.

Banyak juga mahasiswa yang membutuhkan konsultasi atau pendampingan penulisan proposal penelitian. Mereka berasal dari berbagai strata maupun fakultas. “Kok bisa? Padahal anda kan bukan ahli pada bidang itu?” ada juga yang bertanya seperti itu. Mengapa tidak? Karena yang aku pelajari adalah metodologinya, bukan konten bidang ilmu yang hendak diteliti. Meskipun, ada beberapa bidang ilmu tertentu memiliki kekhasan tertentu dalam metode penelitiannya. 
Mengajar di STIKES Muhammadiyah Gombong, merupakan kegiatan berbagi pengalaman dengan mahasiswa. Aku awali sejak tahun 2004, sejak lembaga itu masih berbentuk Akademi. Statusku di Stikes sebagai dosen tetap, pegawai tidak tetap. Awalnya aku mengajar manajemen kesehatan dalam keperawatan, Biostatistik dan Metodologi Penelitian. Sejak tiga tahun terakhir aku hanya mengajar Biostatistik dan Metodologi Penelitian. Sejak diberlakukannya sistem blok matakuliah,  kedua matakuliah itu sekarang digabung jadi satu dalam blok matakuliah Metode Penelitian.

Menyiapkan materi dan tugas lewat posting
Aku sebut sebagai kegiatan berbagi, karena peran dosen adalah memfasilitasi terjadinya proses transfer ilmu pengetahuan, ketrampilan dan sikap secara timbal balik. Dari apa yang aku ketahui dari membaca, aku sampaikan kepada mahasiswa. Sekaligus, aku juga memperoleh masukan dari saran dan pertanyaan mahasiswa. Dari kegiatan ini, membuat aku lebih giat membaca dan mengumpulkan bahan bacaaan, terutama seputar teori dan praktek-praktek dalam metode penelitian. Inilah kemudian yang mendorong aku untuk membuat website pribadi tentang menulis proposal penelitian dalam format blog dan menulis postingnya.

Dari web ini, dalam bentuknya yang sederhana merupakan cikal bakal e-Learning matakuliah yang aku ampu. Di web itu, aku menulis materi kuliah sesuai silabus, serta beberapa materi yang terkait lainnya. Selain itu, aku juga membuat rencana penugasan dan lembar evaluasinya. Ada juga kolom diskusi dan komentar, yang memungkinkan mahasiswa dapat mengikuti dan membaca juga pendapat mahasiswa lainnya.

Melayani banyak mahasiswa
Lahirnya website menulisproposalpenelitian.com ternyata tidak hanya bermanfaat bagi mahasiswaku di STIKES, tetapi banyak juga pengunjung dari luar. Ternyata banyak juga mahasiswa baik reguler maupun non-reguler yang membutuhkan materi, penjelasan dan diskusi seputar tugas-tugas matakuliah.


Banyak juga mahasiswa yang membutuhkan konsultasi atau pendampingan penulisan proposal penelitian. Mereka berasal dari berbagai strata maupun fakultas. “Kok bisa? Padahal anda kan bukan ahli pada bidang itu?” ada juga yang bertanya seperti itu. Mengapa tidak? Karena yang aku pelajari adalah metodologinya, bukan konten bidang ilmu yang hendak diteliti. Meskipun, ada beberapa bidang ilmu tertentu memiliki kekhasan tertentu dalam metode penelitiannya.

Friday, September 23, 2016

Belajar dasar-dasar kewartawanan di Yayasan Al-Jabbar

Kemampuan menulis ternyata harus dilatih. Disamping, kita harus tahu tekniknya, menulis harus dilatih terus menerus, serta adanya kemauan. Mengapa bisa begitu? Karena menulis lebih merupakan kegiatan menuangkan gagasan. Banyak orang memiliki gagasan atau ide, namun hanya sedikit orang yang dapat mengungkapkannya secara teratur dan dapat diterima oleh orang lain. Agar dapat terampil menuangkan gagasan, seseorang harus berlatih. Berlatih memilih kata, berlatih merangkai kalimat, hingga berlatih membangun paragraf.

Kursus yang membuka wacana kepenulisan
Dalam hal menulis, aku akui bahwa menyukai aktivitas menulis ini sejak sekolah menengah dulu. Namun pada saat itu, aku tidak tahu bagaimana harus berlatih dan mengembangkan kemampuan. Aku hanya berangan-angan mempunyai profesi wartawan. Lantas aku bercita-cita menjadi seorang wartawan atau seorang penulis.

Hingga suatu saat, Sonhaji temanku sekolah di Sekolah Guru (SPG N Pekalongan), bercerita tentang kursus tertulis tentang dasar-dasar kewartawanan di Jakarta. Akupun sangat tertarik dan ikut mendaftar sebagai peserta. Pendaftarannya dikirim via pos, termasuk biayanya membayar melalui wesel Pos. Penyelenggaranya adalah Yayasan Al-Jabbar, Grogol, Jakarta Barat.

Lamanya waktu kursus, kalau tidak salah ingat berlangsung selama empat bulan. Materi dan panduan kursus dikirim secara tertulis melalui paket pos, dalam bentuk modul. Di dalam setiap modulnya, ada tugas  tertulis yang harus dikerjakan. Hasil jawabanya dirim kembali melalui pos. Hingga pada bulan ke empat, aku harus membuat tugas akhir, berupa naskah berita liputan tentang suatu kejadian.


Membangun  paragraf yang efektif
Dari mengikuti kegiatan kursus tertulis tersebut, hal paling “surprised” ketika aku memperoleh pengetahuan dan ketrampilan menyusun kalimat yang efektif untuk bahan berita bagi seorang wartawan. Selain itu, juga diajarkan bagaimana memilih kata, diksi dan gaya bahasa, menyusun kalimat dan mengembangkan paragraf.

Aku masih ingat, bagaimana teknik mengembangkan paragraf yang dinamis dan efektif. Paragraf yang dinamis tersusun oleh bangunan kalimat yang efektif. Sedangkan kalimat efektif  sangat dipengaruhi oleh struktur kalimat yang dipilih. Disamping itu, kalimat yang efektif dipengaruhi juga ketepatan pemilihan jenis kata dan gaya bahasa. Membangun paragram dalam tulisan, sebenarnya dapat mengikuti suatu pola. Pola umum yang aku pelajari dari kursus itu, adalah pola D-A-M-K. Apa itu? D itu singkatan dari duduk perkara, A itu singkatan dari analisa, M itu singkatan dari misal dan K itu singkatan dari kesimpulan.

Berdasarkan pola DAMK tersebut, maka sebuah paragraf, diawali kalimat yang mengungkapkan duduk perkara atau persoalan pokok yang mau dibahas. Setelah itu, diuraikan dengan kalimat-kalimat berikutnya. Kalimat itu dapat berupa kalimat atas jawaban pertanyaan apa, siapa, kapan, bagaimana dan mengapa peristiwa itu terjadi. Teknik analisis ini merupakan yang umum dilakukan. Ada teknik lain yang dapat dilakukan seperti teknik kronologis.
Setelah, persoalan pokok itu diuangkapkan dan sudah diuraikan secara per baikan, maka tugas penulis adalah menghadirkan kepada pembaca menjadi “lebih nyata”. Sehingga seorang penulis atau wartawan, melaporkan suatu peristiwa secara kongkrit meskipun dalam kata-kata. Pada tahap ini, seorang penulis dapat memberi contoh, analogi atau rumus dan contoh perhitungan. Dapat juga mensimulasikan urutan pelayanan, atau kronologi sebuah kejadian. Setelah dijelaskan secara luas perbagian dengan contoh riil, pada tahap akhir tulisan atau menjadi penutup, seorang penulis memberikan kesimpulan, penegasan atau himbauan. Harapannya agar setelah membaca tulisan yang kita buat, seorang pembaca memperoleh gambaran yang sama tentang suatu peristiwa.


Wednesday, September 21, 2016

Kekuatan Penyuluhan Pasca Penimbangan

Sesuai jawabanku pada kader, saat pertemuan pembinaan kader posyandu dan dukun bayi beberapa waktu sebelumnya. Saat jadwal pertamaku mengikuti Posyandu di desa, aku sudah bersiap materi penyuluhan. Aku agak-agak lupa, tepat lokasinya waktu itu. Kalau tidak salah ingat, di Kelurahan Panjatan.  

Panjatan, merupakan salah satu dari keempat kelurahan yang ada di Kecamatan Karanganyar, setelah Kelurahan Karanganyar, Plarangan dan Jatiluhur. Posyandu kali ini bertempat di Balai Desa. Untuk menuju lokasinya, tidak jauh. Aku berangkat dari Puskesmas bersama Pak Slamet Cipto-juru imunisasi.

Aku niatkan untuk memberi penyuluhan pasca penimbangan bagi kader Posyandu. Begitu di lokasi, aku menyaksikan banyak ibu hamil, ibu bayi dan balita sedang dilayani kader. Kegiatan Posyandu sudah dimulai, sekitar setengah jam sebelum aku datang, kata seorang kader yang menerima kedatanganku dan Pak Slamet.
Melihat kehadirannku di Posyandu, aku melihat sekilas beberapa orang kader berbisik pada kader lainnya. Mungkin mereka yang sudah mengenal aku, ketika pertemuan di Puskesmas, menginformasikan kepada teman kader lainnya tentang keberadaanku disitu.

Persoalan regenerasi

Aku melihat kenyataan, bahwa sebagian besar kader penimbangan relatif umur mereka sudah usia tua. Keadaan ini dapat menimbulkan beberapa persoalan dalam program, pikirku. Pertama,  persoalan keberlanjutan dan masalah regenerasi. Karena bukan tidak mungkin, karena keadaan kesehatan dan faktor usia, kader berhalangan atau terganggu produktivitasnya. Kedua, tingkat penerimaan program dan faktor partisipasi. Aku merasa bahwa, pada golongan kaum muda masih belum banyak yang mau terlibat menjadi kader.

Lemahnya kemampuan memberi penyuluhan  

Dalam pelaksanaan Posyandu, aku mengamati jalannya pelayanan Posyandu dengan sistem 5 mejanya. Sesuai ketentuan 5 meja pelayanan, Posyandu diselenggarakan mengikuti urutan tertentu. Di meja pertama, pendaftaran, ada kader yang bertugas mendaftar menggunakan buku bantu sebagai daftar hadir. Kader di meja ini, juga mencatat bayi yang baru pertama kali menimbang atau ibu hamil yang mau periksa.  Setelah didaftar, kader mempersilakan untuk mengambil tempat duduk dan menunggu giliran untuk ditimbang. Pada saat ibu bayi/balita menunggu, sebenarnya dapat dimanfaatkan oleh kader atau petugas untuk penyuluhan atau sosialisasi singkat. Ketika aku tanyakan kader, mengapa tidak dilakukan?  Jawabnya, singkat: “tidak bisa pak, Bapak saja dari petugas Puskesmas atau dari Kecamatan yang ngisi” Memanfaatkan, situasi kosong ini, aku memanfaatkan  menyampaikan pesan singkat manfaat menimbang bayi dan balita secara rutin.

Di meja dua, penimbangan, ada dua orang kader. Menimbang bayi dan balita, menggunakan timbangan dacin. Namun, untuk beberapa balita yang tidak mau ditimbang disiasati dengan menngunakan timbangan injak, meskipun sebenarnya hasilnya sangat tidak akurat. Kader lainya, mencatatkan hasil penimbangannya pada secarik kertas. Secarik kertas kecil yang biasa mereka sebut “girik” tersebut diserahkan kembali pada ibu bayi/balita, dengan cara menyelipkan pada kartu KMS.

Di meja tiga, pencatatan. Ada seorang kader mencatat hasil penimbangan ke KMS, berdasarkan catatan yang tertulis pada “girik”. Setelah kader mencatat KMS bayi/balita, kader mempersilakan ibu bayi/balita ke meja penyuluhan.

Dimeja empat, penyuluhan, ada seorang kader dengan beberapa perlengkapan seperti media penyuluhan “lembar balik” dan logistik posyandu dan bungkusan PMT penyuluhan (Pemberian makanan tambahan). Aku membayangkan bahwa, ibu kan dapat memperoleh pesan-pesan penyuluhan disini. Tetapi tebakanku meleset kali ini. Ibu bayi/balita hanya diberi sebungkus bubur kajang hijau kemudian pergi! Di meja ini sebenarnya, kader dapat memotivasi agar ibunya menimbangkan bayi/balitanya secara rutin. Perlu disampaikan juga hasil penimbangan bulan ini, jika dilihat grafiknya berdasarkan KMS. Serta pesan-pesan yang harus dilakukan,misalnya  jika hasil timbangannya naik atau sebaliknya, atau terhadap ibu bayi yang baru datang pertama kali menimbang. Sedangkan, bubur kacang hijau itu, maknanya jika ibu akan memberikan makanan tambahan yang sehat di rumah, maka pilihan jenis seperti bubur kacang hijau itu lebih baik. Dibandingkan jika anak-anak diberikan makanan jajan yang mengandung pewarna, pelezat dan pengawet.  

Di meja lima, pelayanan. Ada seorang kader, yang melayani ibu balita yang memerlukan bubuk oralit, vitamin A dosis tinggi, tablet tambah darah bagi ibu hamil, serta ibu bayi/balita yang akan mengimunisasikan anaknya. Dalam hal melayani imunisasi bayi/balita, kader tugasnya mencatat dan membantu petugas imunisasi, memanggil sesuai urutan antrian.

Pembinaan pasca Posyandu sebagai evaluasi dan penguatan kader


Setelah pelayanan posyandu dari meja satu sampai meja lima sudah selesai, kader- kader mengemasi peralatan. Sementara itu, petugas imunisasi mengepak kembali vaksin ke dalam cool-pack, dan beberapa petugas desa mempersiapkan dan mempersilakan minum, akupun bersiap untuk memberi penyuluhan dengan model santai. Jurus ini harus aku lakukan, dengan pertimbangan bahwa untuk ukuran kader, model belajar santai sangat diminati. Apalagi dengan contoh riil terhadap pekerjaan yang baru saja dilakukan, akan mudah diterima terhadap masuknya pesan.

Ternyata benar! Begitu, aku memulai membahas beberapa kejadian di masing-masing meja pelayanan. Seketika, suara gemuruh kader, berebut menyampaikan keluhannya. Dimulai dari kader yang aku anggap tertua disitu, aku persilakan untuk menyampaikan tanggapannya. “Kami sebenarnya, sudah lama menyampaikan ke desa, untuk minta diganti, tetapi tidak ada yang mau menjadi kader. Terutama yang muda-muda, beralasan, kalau kader tua saja, tidak dipercaya oleh ibu-ibu bayi/balita, apalagi yang muda”. “Baiklah, kalau demikian, mulailah calon kader yang muda, kita ajak ikut kegiatan Posyandu. Untuk sementara yang bersangkutan, tidak usah diserahi tugas khusus. Biarkan mereka memilih kegiatan atau tugas yang sementara ia bisa lakukan. Sambil menunggu saatnya, jika ada penyuluhan atau pelatihan kader, dapat diikutkan”
 Begitu jawabanku, untuk menengahi. Kemudian mereka saling mengusulkan akan mengajak  masing-masing satu orang tiap RT.

“Kuncinya sebenarnya, selain jumlah kader, yang kebanyakan sudah setua-tua saya ini, juga karena rendahnya pengetahuan. Sehingga kamipun banyak yang merasa canggung, kalau harus memberi penyuluhan kepada ibu-ibu bayi/balita” keluh kader lainnya, kemudian ada yang menimpalinya “selama ini, kami melakukan apapun, tidak ada yang memperhatikan. Baik perhatian dari desa, apalagi dari Puskesmas atau Kecamatan. Paling-paling, ketika harus ditunjuk mengikuti lomba. Yang kami inginkan sebenarnya, kalau ada pembinaan yang terus menerus. Kalau para pimpinan dan petugasnya bergerak, kamipun sebagai warga pastilah akan mendukung”


Mendengar jawaban itu, aku seperti “mendapat” energi, untuk terus membangun kemampuan kader Posyandu. Melalui pendekatan pembelajaran orang dewasa, dengan memanfaatkan waktu santai sesudah pelaksanaan   Posyandu. Akhirnya aku menyampaikan terimakasih atas kerjasama dan keterlibatan semua fihak, termasuk ibu-ibu kader dan bapak-bapak perangkat, yang sejak pagi tadi, bahkan sejak tadi malem menyiapkan acara Posyandu hari itu.

Tuesday, September 20, 2016

Serunya pertemuan pembinaan kader dan dukun bayi

Tiba saatnya yang aku nanti-nantikan, yaitu Senin ke tiiga. Waktu diselenggarakannya pertemuan pembinaan kader dan dukun bayi.se kecamatan, yang tempatnya rutin di Puskesmas Saatnya akan aku mulai melakukan perubahan-perubahan. Pada hari itu hadir perwakilan seluruh kader kelompok penimbangan dan ketua kader dari masing-masing desa. Selain itu, hadir juga dukun bayi yang ada yang sudah dilatih. Di tingkat kecamatan hadir, Ketua kader PPKBD, petugas penyuluh KB dan pembinanya di tingkat Kecamatan.

Pertemuan dibuka pihak Puskesmas, yaitu Bu Christina Murdaningsih, selaku pengelola program KIA. Dalam pembukaannya Bu Chris, demikian semua orang menyapanya, mengantarkan  bahwa pada pertemuan pembinaan kali ini, akan diisi pengisian. Namun tiba-tiba ia seperti pamitan “Maaf ibu-ibu, kalau sema ini kami, khususnya saya menyelenggarakan pertemuan ini banyak kekurangannya. Setua saya ini, saya tidak mampu. Tapi jangan khawatir” Berkata begitu, Bu Chris sambil menunjuk ke arahku duduk, kemudian ia melanjutkan lagi “Mulai sekarang, untuk kegiatan pertemuan kader, pembinaan posyandu, administrasi dan program gizi, sudah ada petugasnya, yaitu Mbah Cokro” seketika para peserta pertemuan  terkejut, karena yang disebut mbah adalah aku-yang nota bene masih bujangan. Akupun hanya menganggukkan kepala. “Pada saatnya nanti biar mbah Cokro ini mengenalkan diri sendiri, beliau sebagai petugas gizi di Puskesmas, dan masih gress, masih bersemangat” jelas Bu Chris, sekaligus mengakhiri pembicaraan.

Tiba giliranku, jujur awalnya agak canggung juga rasanya. Tetapi kemudian, Alhamdulillah dapat berjalan lancar setelah aku mencoba mengenalkan diri. Dalam kesempatan itu, aku menyampaikan usul untuk kegiatan pertemuan pembinaan ini. Diantaranya,  perlunya peningkatan materi penyuluhan bagi kader Posyandu dan Dukun bayi berdasarkan modul pegangan kader. Selain itu, kalau sudah ada menyanyikan lagu Indonesia Raya dilanjutkan dengan menyanyikan Mars KB, aku usulkan juga ada mars hidup sehat. Ternyata kader Posyandu masih asing mendengarnya. Hal lain yang aku usulkan adalah membahas  pelaksanaan kegiatan lima meja di Posyandu, serta pembagian logistik pada kader untuk meningkatkan kelancaran Posyandu di desa. Tentu saja, kader yang mayoritas adalah ibu-ibu, sangat setuju mendengarnya. Apalagi saat itu kegiatan Posyandu merupakan sentral kegiatan kesehatan masyarakat di desa. Mereka butuh dukungan dari pemerintah, baik peralatan, bahan maupun peningkatan kemampuan.

Giliran pada sesi tanyajawab, Subhanallah banyak pertanyaan dan masukan serta keluhan tentang nasib para kader dalam menyelenggarakan penimbangan dan Posyandu. “Selama ini sepertinya pemerintah membiarkan saja kegiatan penimbangan itu dilaksanakan. Kader yang jadi tumpuan pak. Kader jadi ujung tombak, ya ujung tombok. Sementara pengetahuan kami sangat pas-pasan, meskipun sudah ikut pelatihan, apalagi bagi kader yang belum terlatih. Kami sangat tidak percaya diri ketika harus memberikan penyuluhan kepada ibu balita. Perlulah kami dapat dukungan dari petugas. Selama ini ketika jadwal Posyandu, sangat  jarang didatangi petugas puskesmas, yang sering ya PLKB atau Imunisasi, itupun biasanya Pak Slamet, hanya di Balai Desa ” Panjang lebar Bu Sri Sukayah-SKD Kelurahan Plarangan, pada kesempatan pertama memberi masukan, selaku Ketua kader tingkat kecamatan.


Monday, September 19, 2016

"Banyaklah belajar dari lomba desa"

Banyak belajar dari banyak lomba desa
Setelah penugasan dari Kepala Puskesmas dalam staff meeting, akupun segera berkonsultasi kepada atasan dan pegawai-pegawai senior, berkoordinasi dengan para pelaksana program lainnya yang terkait, selain itu akupun melakukan konsolidasi ke dalam tim. Meskipun rata-rata yang aku temui, semua senior, memiliki pengalaman jauh lebih banyak di lapangan. Sehingga strategi yang aku gunakan lebih banyak jadi pendengar yang baik. Berbagai masukan aku tampung, aku kelompok-kelompokkan, ketika menjadi strategi program, aku berkonsultasi pada pimpinan.

Dari hasil mendengar, menampung dan mengelompokkan ide serta mendengarkan pertimbangan pimpinan, aku baru tahu persoalan mendasar administrasi dan program gizi di Puskesmas Karanganyar ini. Akupun menjadi tersadar, mengapa Dinas Kesehatan menempatkanku disini, pikirku dalam hati. Walaupun di sisi lain, aku melihat juga, potensi, dukungan, peluang untuk meningkatkan program gizi di Puskesmas. Salah satu peluang yang aku tangkap dari Kepala Puskesmas, bahwa di Karanganyar ini merupakan daerah lomba. Dari lomba pembangunan desa, lomba PKK hingga lomba sekolah sehat dan dokter kecil. Dalam pikiranku, saat lomba merupakan saat paling mudah menggerakkan partisipasi masyarakat dan kader desa. Bagaimana tidak, karena pada saat yang sama seluruh komponen dan stake-holder terkait juga memberikan dukungan pada kegiatan tersebut.

Selain kegiatan lomba, aku melihat peluang lain, yaitu adanya pertemuan kader dan dukun bayi setiap bulan. Dari beberapa masukan petugas, pertemuan pembinaan ini sudah rutin, tapi sayangnya hanya merupakan forum arisan. Sedangkan pengisian materi pembinaan, sangatlah terbatas. Karena selama ini pembinaannya lebih banyak diisi dari Bidan KIA, sedangkan materi lain seperti imunisasi, KB, Penanggulangan diare dan administrasi/program gizi sangatlah jarang diberikan.

Dari gudang obat, hingga lemari perpustakaan
Setelah mengetahui beberapa persoalan mendasar administrasi dan program gizi di Puskesmas, dan mengetahui peluang yang ada. Sepertinya aku tidak mau membuang kesempatan untuk segera berbenah, mengumpulkan kuatan dan beraksi memperbaiki keadaan. Tekad itu, aku mulai dari gudang obat. Mengapa gudang? Pastilah di tempat ini digunakan untuk menyimpan berbagai logistik, obat dan perbekalan dari berbagai program kesehatan.

Setelah bertemu dan minta izin kepada petugas obat dan penanggung jawab  gudang, akhirnya aku diperkenankan masuk. Oleh Pak Wasimin, demikian nama penanggungjawab gudang itu, yang aku perhatikan orangnya sangatlah santun dan baik hati. Hingga aku dipersilakan melihat  dan membongkar barang yang sekiranya perlu dipindahkan. Pak Wasimin mendampingiku memasuki gudang. Dan benar, aku melihat sesuatu yang aku pikir dapat menjadi alatku kerja dan memperbaiki keadaan.

 Mataku tertuju pada setumpukan blanko SKDN, register pencatatan, poster-poster warna warni berisi iklan layanan masyarakat, buku-buku pedoman pencatatan di Posyandu. Semuanya masih terikat rapi belum, terbuka. Namun sayang, bagian bawahnya rata-rata lembab dan busuk karena terlalau lama ditumpuk. Melihat keadaan ini, tidak sabar aku segera mencari tahu dengan bertanya pada Pak Wasimin. “Pak yang ngurusi buku dan register ini siapa?  Mengapa tidak digunakan, atau dibagikan ke desa atau kader di Posyandu? Mengapa stok tablet dan vitamin begitu banyak disini?” Pertanyaanku  terasa bertubi-tubi, dan akupun  buru-buru meminta maaf padanya, karena barangkali Pak Wasimin merasa bukan urusannya; yang menjadi urusannya hanyalah menyimpan di dalam gudang. Tetapi sangatlah bersyukur, ketika Pak Wasiminpun memberi jawaban. “Ini semuanya yang ngurusi Bu Bidan Christina. Selama ini buku-buku itu hanya ditumpuk, mungkin karena tidak cukup waktu dia ngurusi kegiatan semacam ini. Paling kalau Desa ada yang minta, baru saya ambilkan”.

Akhirnya, aku meminta ijin Pak Wasimin. “Bagaimana jika barang-barang ini saya  pindah ke lemari dekat ruangan saya itu, Pak. Hitung-hitung memanfaatkan lemari sekat itu yang belum dimanfaatkan?” Aku melihat antusiasme Pak Wasimin menjawab “Sangat bisa, mau dipindah sekarang, saya akan bantu” Mendengar dukungan Pak Wasimin, akau seperti dapat tambahan energi untuk memulai bekerja di Puskesmas. Setelah menunggu sore, saatnya Puskesmas sudah sepi pengunjung, aku dibantu Pak Wasimin dan tenaga kebersihan mulai membongkar dan memindahkan barang-barang yang sudah aku kelompokkan ke ruangan dan lemari di ruangan kerjaku.

Dalam waktu kira-kira dua jam, ruangan kerjaku berubah. Lemari perpustakaan sekat tiga tingkat-yang tadinya hanya berisi sulak dan kardus air mineral, seketika berubah isi. Pada tingkat paling atas aku mengisinya buku-buku pedoman program gizi dan posyandu untuk kader dan petugas kesehatan. Pada tingkat kedua, aku meletakkan buku formulir-formulir pelaporan, register pencatatan bayi dan balita di Posyandu  dari berbagai tingkatan administrasi, sejak dari Posyandu, Desa, Kecamatan dan Puskesmas. Pada tingkat ke tiga-paling bawah, aku mengisinya dengan kardus kemasan yang berisi logistik Posyandu, seperti bubuk oralit, kapsul vitamin A dosis tinggi.

Dengan menutupnya pakai korden hijau muda, aku bersiap menunggu datangnya Senin ke tiga. Saat berlangsungnya pertemuan pembinaan kader dan dukun bayi. “Bismillah. Akan aku mulai perubahan-perubahan itu, dari sini”  Desahku lirih, sambil merapikan peralatan, bersiap untuk mengakhiri kerja hari itu.

Friday, September 16, 2016

Didaulat sebagai koordinator tim lapangan

Ketika gagal bertemu Kepala Puskesmas, hari berikutnya aku sudah siap  di Puskesmas Karanganyar lebih awal. Ketemu beberapa orang petugas yang sudah hadir, sempat menjadi heboh. Karena keberadaan petugas gizi di Puskesmas, waktu itu masih terhitung langka. Di Kabupaten sendiri, masih bisa dihitung dengan jari lima. “Puskesmas Karanganyar berarti termasuk prioritas, pikirku; tapi, dalam hal apanya ya” pertanyaan itu berputar dalam benakku. Belum sempat aku memperoleh jawaban dari banyak pertanyaanku, seseorang menghampiriku.

 “Selamat pagi, pak. Kenalkan saya Pak Bambang Tedjo, pelaksana administrasi di sini. Saya memang  pernah mendengardari orang Dinkes Kebumen, tentang rencana penempatan tenaga baru di Puskesmas” Pak Tedjo membuka percakapan sambil mengajakku ke ruang kerjanya di sebelah timur ruang Poloklinik Gigi. Ruang itu memanfaatkan aula yang disekat dengan tripleks. Di ruang itu, selain untuk administrasi ketata-usahaan juga untuk ruang Pak Martono-petugas penyuluh kesehatan. Di depan ruang Pak Tedjo, demikian aku kemudian akrab memanggilnya, digunakan untuk jalan masuk ke aula, ruang P3M dan Bendahara, dapur dan kamar mandi/WC.  Berhadapan dengan ruang Administrasi ada ruang penyimpanan vaksin. Di ruang itulah kemudian aku ditempatkan duduknya, bersama dengan Pak Slamet Cipto Taruno-petugas imunisasi.

Setelah membaca dan mengadministrasikan surat penugasanku, kemudian Pak Tedjo mengajakku keluar, mengenalkanku pada petugas yang sudah hadir. Aku berjalan mengikuti langkah Pak Tedjo masuk ke tiap ruangan. Di ruangan P3M dan Bendahara, aku dikenalkan lagi meskipun kemarin  aku sudah mengenalnya. Di ruangan  Poli Gigi, aku ketemu drg Hananto dan perawat gigi Bu Titin Sumartini, hingga aku dipertemukan dengan Bu Christina Murdaningsih, seorang bidan senior Puskesmas.
“Bersyukur akhirnya ada Mbah Cokro yang akan mengelola administrasi dan laporan-laporan gizi” Seru Bu Christina, setelah aku dikenalkan, sambil menepuk-nepuk punggunggku, dan sesekali mengacungkan jempolnya ke arahku, seperti komunikasi seorang ibu kepada anaknya yang baru pulang dari bepergian.  
“Mbah Cokro, maaf saya panggil begitu, dari namanya, itu nama tokoh dan nama kesepuhan. Saya akan usulkan Bu Dokter agar waktu selanjutnya, Mbah Cokro ini untuk menjadi koordinator tim Posyandu. Saya sudah tua, hampir pensiun, Administrasi dan laporan gizi sangat banyak dan sulit, dan terus terang saya tidak mampu” tukasnya lagi kepadaku, dan seketika mengundang tawa banyak petugas yang ikut disitu. “Alhamdulillah, seratus persen saya setuju dan saya dukung” seru Pak Suparno-seorang mantri yang aku dengar, seperti halnya  Bu Bidan Cristina, banyak pasiennya di rumah.  

Dan benar, ketika tiba saat staf meeting, Kepala Puskesmas Karanganyar, dr Nunik Agustriani setelah mengenalkanku kepada karyawan yang lain, mendaulat agar aku menjadi koordinator program gizi dan tim Posyandu. Dan beliau menempatkan aku di ruang bersama dengan Pak Slamet Cipto-juru imunisasi, dengan pertimbangan untuk memudahkan kerjasama dalam program Posyandu. Posyandu pada saat itu merupakan keterpaduan program gizi, kesehatan ibu-anak, penanggulangan diare, Imunisasi dan Keluarga Berencana. "Sehingga di dalam praktek, Pak Cokro harus banyak berinteraksi dan berkoordinasi  bukan hanya dengan petugas di Puskesmas, tetapi juga dengan petugas KB, Ssosial dan Tim Penggerak PKK Kecamatan. Apalagi daerah ini seringkali mewakili untuk lomba tingkat Kabupaten atau Provinsi" Demikian pesan Kepala Puskesmas, di sela-sela memberikan pembinaan pada staf Puskesmas.



Sepertinya aku pegawai paling muda di Puskesmas Karanganyar

Setelah tiba di ruang TU dimaksud, aku mencoba masuk, karena pintunya separuh terbuka. Ada dua ruangan yang saling berhadapan, disamping  kanan dan kiriku. Tertulis KEPALA PUSKESMAS diatas pintu ruangan sebelah kananku. Ruangan itupun tertutup. Sementara itu, ruang di sebelah kiriku, separuh terbuka. Dari luar ruang aku melihat ada dental unit-alat untuk periksa gigi. Aku menyimpulkan sendiri ruang itu adalah Poliklinik gigi. Berdiri diantara dua ruang sepi itu, lurus  aku melihat ruangan  besar seperti aula. Hanya disekat2  tripleks sebagai pembatas untuk ruang kerja administrasi, sebagian bahkan digunakan untuk papan data.

Di ujung ruamgan besar, dari balik papan tripleks, aku mendengar beberapa orang sedang bercakap. Akupun melangkah maju ke arah sumber suara itu. Kira-kira tiga meter sebelum sampai ruangan, segera aku menyampaikan salam. Hampir bersamaan orang-orang tadi menjawab salamku. Seketika itu pembicaraan mereka berhenti. Kemudian mereka menoleh ke arahku. Segera aku menyalami mereka. Setelah aku mengenalkan diri, kemudian mereka dimulai dari seorang bapak  memperkenalkan kepadaku. “Kenalkan nama saya Musimin,  ini Bu Rumilah dan ini Bu Supri, Suprihati” Demikian Pak Musimin menjelaskan, menurutnya agar tidak keliru. ‘Karena disini ada Suprihati dan Suprihatin. Tetapi kalau bu Suprihatin, biasa dipanggil Bu Driyo-Bu Lurah Jatiluhur” jelas Pak Musimin lagi. Setelah dipersilakan duduk,  akupun menyampaikan perihal penugasanku dari Dinas Kesehatan.

Memang siang itu, aku datang ke Puskesmas Karanganyar bermaksud untuk melapor kepada Kepala Puskesmas terkait penugasan dari Kepala Dinkes Kebumen.  Sesuai surat Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen, aku ditempatkan di Puskesmas Karanganyar, sebagai Petugas Gizi. Secara status kepegawaian, aku termasuk PNS Pusat yang diperbantukan di kabupaten. Sehingga menjadi wewenang kabupaten, untuk menempatkannya di daerah yang membutuhkan.

Sepertinya mereka “surprised” dengan kehadiranku sebagai calon PNS baru. Menurut penuturan Pak Mus, demikian mereka akrab menyebut Pak Musimin, sejak penempatan Bu Titin yang perawat gigi itu, hampir sepuluh tahunan tidak ada penempatan pegawai baru. “Rata-rata pegawai disini sudah hampir pensiun. Kebanyakan kami ini dulu pegawai P3M (Program Pemberantasan Penyakit Malaria), yang kemudian ditempatkan di Puskesmas-puskesmas yang dekat dengan daerah asal. Termasuk disini, ada Pak Sakir, Pak Sugeng, Pak Samingan dan Pak Noto. Mereka di Puskesmas ditugasi sebagai juru malaria desa” Jelas pak Musimin, sambil berkali-kali menghisap rokok dan membuat lagi “linthingan” rokok dengan aroma klembak menyan.


Bercakap tentang pengalaman dengan mereka sangat menyenangkan, hingga tidak terasa hampir dua jam. Sampai sejauh ini, tujuan utamaku bertemu untuk ‘unjuk muka’ kepada Kepala Puskesmas belum terlaksana. “Besok pagi saja mas Cokro, ketemunya Kepala Puskesmas. Soalnya Bu dokter Nunik Agustriani, juga merupakan Kepala Puskesmas yang baru, dan belum menetap di rumah dinas. Rumah dinas yang di depan kompleks Puskesmas itu, masih ditempati Kepala Puskesmas lama, yaitu Pak Dokter H. Suwarno. Dalam minggu ini saya dengar, beliau mau pindahan ke RSUD Kebumen” Pak Mus menyudahi pembicraan. Akupun kemudian berpamitan untuk kembali ke kebumen.

Thursday, September 15, 2016

Tugas pertamaku di Puskesmas Karanganyar

Kantor Puskesmas Karanganyar,  orang sekitar menyebutnya sebagai Klinik atau Rumah Sakit Nirmolo. Nama Nirmolo kalau ditelisik dari cerita maupun dari penuturan tokoh/pelaku sejarah,  tidak lepas dari sejarah Karanganyar sebagai Ibu Kota Kabupaten.
Namanya Nirmolo dan letaknya di pinggir timur kota Karangnayar. RS Nirmolo dibangun  sebagai kelengkapan yang dipersyaratkan bagi sebuah kota. Nama rumah sakit Nirmolo menginsyaratkan bangunan itu berasal dari awal abad ke-20, ketika pengaruh  propaganda 'Timur' makin terasa. Dengan tampilnya nama Nirmolo berarti tanpa penyakit, makin menambah “cita-rasa” propaganda sebagai “Saudara ASIA”.

Kesan khas bangunan itu, sangat terasa ketika aku memasuki komplek bangunan RS Nirmolo yang sekarang menjadi Puskesmas Karanganyar itu.  Ini terjadi di awal November tahun 1987. Halaman yang luas dan ditumbuhi pepohonan di kanan kirinya mendatangkan suasana hijau. Letaknya yang berbatasan dengan pesawahan, senantiasa terkena terpaan angin yang bertiup dari pesawahan, membuat  lingkungan terasa sejuk, hingga membuat daun telingaku terasa dingin.

Ketika pertama kali aku memasuki bangunan Puskesmas, aku melihat betapa kokoh dan tebal setiap dindingnya, juga tinggi ukuran pintu dan atap plafonnya. Aku menemukan ruang pertama, yang aku tahu dari tulisan yang ada, adalah loket pendaftaran. Sepi, pintunya tertutup. Sesekali ada petugas yang keluar, sepertinya bergegas mau pulang kantor. Aku akui bahwa aku datangnya sudah siang, untuk ukuran kerja di Puskesmas kala itu. Padahal, jika di kantor Dinas Kesehatan Kabupaten, waktu seperti saat itu, masih ramai dengan pelayanan kantor. Hingga aku segera berlari kecil, menghampiri petugas. Sambil mengulurkan tangan untuk bersalaman, aku berucap salam. “Assalamu’alaikum. Maaf Mas, kalau saya mau ketemu Kepala Puskesmas, dimana ya?” Dengan singkat petugas itu berkata: “Sudah tutup. Paling ke TU (Maksudnya, Tata Usaha), barangkali masih ada orang” Berkata singkat petugas yang belakangan saya tahu namanya Mas Suprapto-seorang pekarya kesehatan yang bertugas di loket obat, itu sambil menunjuk ke arah lokal bangunan yang terletak di sebelah utara.

Sambil melangkah pelan, aku melihat tengadah dan melihat sekeliling bangunan. Sepertinya aku berjalan melintas dibawah doorloop, yaitu bangunan beratap yang menyerupai lorong yang menghubungkan antar ruangan utama. Jauh disebelah kananku berjalan, kira-kira 200 meter, aku melihat bekas bangunan tower air yang kokoh berdiri. Sementara dekat bangunan tower, ada sisa dinding selebar kira-kira satu ruangan, dari dindinglainnya yang sudah runtuh. Pemandangan bangunan bekas tower air itu, semakin menguatkan kesan bangunan lamanya, sebagai Rumah Sakit Nirmolo. Konon letak rumah sakit yang berada di batas persawahan, pada waktu itu tentunya dihubungkan dengan udara di sana yang segar. Karanganyar belum membutuhkan air pipa, karena air tanah masih mencukupi, dan bilamana cadangann memyusut—misalnya pada waktu musim kemarau—maka dapat terjadi penambahan aie dari saluran pengairan di dekatnya yang airnya berasal dari pintu air Sindut, menuju ke kota dan terus ke persawahan.

Tulisan mendatang:
Sepertinya aku pegawai paling muda, hingga dipanggil “Mbah”
Didaulat sebagai koordinator Tim
Banyak belajar dari banyak lomba
Dari gudang obat, hingga pavillion



Sunday, September 11, 2016

Membangun semangat menulis

Dulu ketika ditanya tentang apa hobiku? Sering kali ketika aku jawab membaca dan menulis, dan pilihan profesi yang  ingin aku tekuni adalah jadi penulis, mereka mentertawakan. Hingga pada suatu saat, aku tidak bersemangat dan hampir mengubur hobi itu. Sehingga  latihan menulispun makin lama makin jarang. Namun untuk membaca, hingga saat ini masih belum hilang. Meskipun intensitas membacanya tidak segairah dulu.

Menulis itu mengikat ilmu
Saat ini, dengan banyak berkembangnya teknologi informasi, dan terbukanya akses internet, aku lebih banyak membaca artikel atau tulisan di website. Pertimbangannya, di dunia maya tersedia tulisan dari berbagai topik, bermacam penulis atau pengarang, dari beragam penerbit. Bahkan melalui search di internet, kita bisa mencari tulisan tentang suatu topik dari tahun terlama hingga pembahasan terkini.  

Dari kebiasaan membaca di website itu, aku menemukan semangat menulis dari sahabat Rasulullah SAW, yaitu Ali bin Abitholib R.A. Dalam sebuah tulisan orang, beliau mengajarkan bahwa ketika kita sudah membaca, maka kita akan memperoleh ilmu. Dan untuk menjaga agar  ilmu itu  terkumpul dan  tidak tercerai berai, maka ikatlah ilmu itu dengan menuliskannya.

Sesaat aku tertegun. Aku menemukan semangat baru untuk memupuk hobi. Karena sebenarnya membaca dan menulis itu merupakan ajaran agama, dan sudah dianjurkan sejak jaman Rasulullah SAW. Betapa tidak, wahyu pertama dalam Al Qur’an  yang diturunkan Allah kepada Rasulullah SAW adalah perintah untuk membaca. Dari sinilah, aku merasa bahwa menggiatkan lagi kebiasaan membaca dan menulis merupakan keharusan.

Sebagai amalan yang tidak terputus pahalanya
Selain itu, aku tersadar bahwa manfaat yang akan kita petik dari membaca dan menulis sangatlah besar. Bahkan  membaca dan menulis itu dapat bermanfaat hingga akhirat. Ini sejalan dengan hadits Rasulullah SAW bersabda bahwa akan putus hubungan antara segala hal di dunia dengan seseorang sesudah mati. Namun ada tiga perkara yang tidak akan pernah putus, yaitu (1) ilmu yang bermanfaat (2) amal jariyah dan (3) anak shalih yang mendoa untuk orang tuanya. Dalam hal ini, jika kita membaca tentang sebuah ilmu, kemudian menuliskannya; Tulisan kita itu bermanfaat bagi orang lain. Bukankah ini sebuah hobi yang berdampak dunia-akhirat?  Subhanallah.

Ada tiga jenis bacaan wajib yang bervitamin
Untuk itulah dengan berbagai upaya, aku berusaha untuk memupuk hobi menulisku dengan banyak membaca.Mengapa membaca? Jelaslah untuk bisa menulis harus banyak membaca. Karena segala yang kita tulis, sesungguhnya berasal dari informasi yang kita baca.

Untuk memupuk kebiasan membaca, aku rutinkan tetap membaca artikel di website. Namun pernah aku diingatkan oleh Ibu Agus Mita, dalam artikel yang pernah aku baca. Beliau menyatakan bahwa buku atau bahan bacaan yang perlu dibaca untuk meningkatkan kapasitas seseorang dalam sebulan minimal adalah tiga macam buku.  Ketiga macam buku tersebut adalah buku agama, buku yang membahas tentang bidang keilmuan kita dan buku tentang hobi kita. Kalau dirasa, ada benarnya. Kadang sehari ini, ibarat makan, kita banyak makan makanan yang mengandung Karbohidrat. Di kehari berikutnya kita hanya makan vitamin. Bukankah tubuh kita setiap hari perlu konsumsi karbohidrat-protein-vitamin dan mineral secara bersama-sama dalam jumlah seimbang? Begitu juga dengan membaca jenis bacaan. Perlulah seimbang jenis bacaan yang kita baca..

Dua buku favoritku
Dalam hal menulis, ada buku yang sangat aku suka berulang-ulang membacanya. Sebut saja misalnya buku Goenawan Mohammad “Seandainya aku wartawan TEMPO” dan buku tulisan Slamet Suseno “Teknik menulis ilmiah populer”. Kedua buku itu bagiku sangat inspiratif dan layak sebagai sumber belajar menulis. Terutama bagiku yang menekuni menulis jenis non-fiksi.

Saturday, September 10, 2016

Memupuk Kemampuan Menulis

Memupuk kemampuan menulis, sebegitu pentingkah?
Setiap orang yang belajar di sekolah formal, tentunya menguasai kemampuan membaca dan menulis.  Tetapi dari sekian banyak orang yang sekolah itu, pernahkan kita menghitung berapa yang mampu menulis dengana baik. Kebanyakan orang mengalami kesulitan untuk menulis. Banyak alasan dan tantangannya jika seseorang harus menulis.

Harus berani mencoba, bukan berangan-angan saja
Banyak orang ingin menjadi penulis, ingin menulis buku, ingin memiliki website dengan tulisan yang dikunjungi banyak orang. Namun jarang yang sudak kesampean keinginannya itu. Seingkali, banyak diantaranya beralasan karena belum ada waktu, nanti kalau sudah pensiun, jika proyeknya selesai, jika anaknya sudah gede. Dan banyak lagi alasannya hingga idenya tidak terlaksana juga. Keinginannya sebatas menjadi angan-angan.

Nyatanya, menulis itu dapat dilakukan juga oleh seoranag profesor yang banyak riset, pebisnis yang banyak urusan, pegawai yang harus banyak waktu lemburnya, mahasiswa yang belum selesai kuliah dan tugas akhirnya. Mereka bisa mengatasi masalahnya itu, karena mereka berani menyatakan angan-angannya itu dengan berbuat. Dengan niata besar dan semangat penuh untuk menulis. Kabar baiknya bahwa aktivitas menulis itu, sekarang dengan perkembangan teknologi informasi dan jaringan internet, seseorang sudah dapat menjadi penulis dengan mudah dan kapan saja akan melakukannya.

Harus banyak berlatih
Menulis itu sebuah ketrampilan, bukan keturunan. Sehingga jangan salah orang yang dekat atau kenal baik dengan seorang penulis mahir pun belum tentu bisa menulis. Bahkan seorang anak dari penulis terkenal juga belum tentu bisa menulis. Untuk menumbuhkan kemampuan menulis, seseorang harus sering mencoba. Dengan banyak menulis, seseorang akan berlatih konsentrasi dan fokus, penggunaan gaya bahasa bahasa dan kosa kata serta kesinambungan ide. Meminjam rahasia Ibu Agus Mita, untuk memulai menulis adalah dengan menggunakan jurus 2JT. J yang pertama, jangan kritik tulisan anda. J yang kedua, jangan berhenti. T artinya teruslah menulis.

Di awal menulis, banyak orang mengalami kesulitan, harus dimulai dari mana. Sebenarnya dapat dimulai dari mana saja. Bisa dimulai dari pandangan kita tentang sesuatu hal, atau persaan kita tentang sesuatu pelayanan, bahkan dapat dimulai dengan ungkapan rasa syukur, marah, berontak terhadap suatu persoalan. Setelah kalimat pertama  berhasil kita tuliskan, maka kalimat selanjutnya adalah terserah kita, sesuai ide dan jalan pikiran kita. Kalimat kedua dan seterusnya biasanya merupakan penjelasan rinci atau pendukung kalimat pertama.

Harus banyak membaca
Sebuah karya tulis merupakan kesatuan gagasan penulis, yang berisi ide pokok, pokok pikiran penjelas dan kesimpulan saran atau penutup. Untuk melahirkan keseluruhana gagasan itu, seorang penulis dituntut banyak membaca. Seorang penulis harus mengetaui konsep, teori dan pandangan dari penulis lain, sebelum menuangkannya dalam bahasa penulis. Karena seorang penulis berbeda dengan seorang pengarang atau penulis fiksi. Seorang penulis fiksi pun dituntut pula banyak membaca, membaca fakta dan menyelami kehidupan, sehingga dapat mengarahkan imajinasinya.

Dengan banyak membaca, seorang dapat mengetahui perkembangan teori, kemajuan teknologi dan budaya di luar sana. Sehingga dari banyak membaca, kita bisa memperoleh ilmu, teori, detail desain, keunikan serta rahasia alam yang tidak sempat kita bisa lihat secara pribadi.
Lantas bacaan apa saja yang musti kita baca? Sebenarnya tidak ada batasan jenis buku apa yang harus kita baca. Namun, sebenarnya kita bisa mulai dari buku bacaan yang sesuai minat kita. Buku bacaan yang menguatkan iman, buku teknis yang memperkuat kemampuan profesi serta buku-buku yang dapat mengembangkan hobi.

Harus berjiwa terbuka
Salah satu tantangan yang membuat seorang enggan menulis, karena khawatir hasil karya tulisannya tidak bagus dan dikritik orang. Apalagi jika nseorang itu adalah pimpinan, pejabat, selebriti atau public figur lainnya. Sebenarnya ketika kita menulis, saatnya kita berbagi pengalaman dan kemampuan, sekaligus terbuka untuk kritik dan saran untuk membangun kelengkapan tulisan kita. Dan ketika tulisan kita dikritik, sebenarnya bukan merupakan akhir dari segalanya. Dengan menerima kritik, saatnya kita bisa memperbaiaki atau melengkapi tulisankita.

Namun, untuk mengatasi masalah ini sebenarnya dapat dilakukan dengan menuliskan hal-hal yang ringan, dengan bahasa lugasa yang sederhana dan mudah dimengerti khalayak.

Wednesday, September 7, 2016

Oleh-oleh pengalaman seru Bagas mengikuti Jamnas 2016

Jambore Nasional X dan Peringatan Hari Pramuka ke 55 di Bumi Perkemahan Pramuka Cibubur, Jakarta, sudah berlalu. Namun menjadi bagian dari kegiatan itu, bagi Bagas, sangat membawa kenangan yang mengsankan. Bagaimana tidak? Seperti yang dituturkan Bagas, sehari setelah di rumah, sebelum kembali masuk pondok di Darul Hikmah. Selama jambore nasional itu banyak hal-hal yang baginya sangat seru dan menyenangkan.

Dibuka presiden  
Diantaranya ketika ia dapat melihat dari dekat Presiden Jokowi dan juga tokoh menteri yang hadir. Selama ini sosok presiden ini hanya dapat dilihat dari media televisi dan koran saja.  Presiden Jokowi saat itu menghadiri peringatan Hari Pramuka Ke-55 sekaligus membuka Jambore Nasional Ke-10 tahun 2016 di Bumi Perkemahan Cibubur, Jakarta, pada hari Minggu (14/8/2016), sekitar pukul 8.00 WIB. Presiden Jokowi yang juga Ketua Majelis Pembimbing Nasional Gerakan Pramuka menjadi pembina upacara dan menyampaikan sambutan di hadapan 25.000 anggota Pramuka dari 34 provinsi di Indonesia dan 225 peserta dari luar negeri. Baginya mengikuti kegiatan sebesar ini merupakan pengalaman yang menakjubkan.

Banyak lomba dan Pameran Kreasi
Keseruan selama Jamnas 2016 menurut Bagas, adalah banyaknya lomba-lomba yang diadakan. Baik lomba yang diadakan sebelum maupun selama acara Jamnas diselenggarakan. Lho, memangnya ada lomba-lomba yang diselenggarakan sebagai pra-acara Jamnas? Saya mencoba menanyakanya pada Bagas.

Diantara lomba yang diselenggarakan oleh Kwartir Nasional sebelum acara Jamnas 2016, adalah lomba Logo dan Maskot Jamnas, Lomba Foto dan Lomba membuat Video Film Pendek. Selanjutnya hasil dari lomba-lomba tersebut dipamerkan selama kegiatan Jamnas berlangsung. Seperti halnya Logo dan Maskot Jamnas 2016. Kabarnya, telah melewati seleksi yang ketat. Adapun logo Jamnas 2016 yang digunakan, secara umum disesuaikan dengan dengan tema kegiatan Jamnas 2016, yaitu: “Keren, Gembira, Asyik”. Sedangkan maskot kegiatan Jambore Nasional X Tahun 2016 adalah sepasang karakter pramuka yang diberi nama Si Bon dan Si Ela. Nama keduanya diambil dari nama salah satu jenis elang yakni Elang Bondol (Haliastur indus). “Burung Elang Bondol merupakan salah satu hewan langka dan dilindungi yang sekaligus menjadi maskot provinsi DKI Jakarta, tempat diselenggarakannya Jamnas X 2016 kali ini” demikian Bagas menirukan penjelasan dari Panitia.

Saya mencoba menyelidik, dengan bertanya kepada Bagas. Apa sih sebenarnya  makna logo Jamnas, hingga Panitia susah-susah mempersiapkannya? Alhamdulillah, Bagas tahu dan menjelaskannya kepada kami, meskipun sambil sesekali diam dan mengernyitkan dahi, sepertinya mengingat-ingat kembali penjelasan yang pernah ia terima. Kemudian dengan pelan ia mencoba menjawab pertanyaan saya dengan hati-hati.  

“Jadi logo Jamnas 2016, secara garis besar ada tiga bagian, yaitu logogram, tipografi atau jenis huruf dan warna logo” tutur Bagas, mengawali penjelasannya. Pada logogram terdapat (1) motif huruf  J, mewakili simbol Jambore yang modern (2) motif Pepohonan, diantara tapak kemah berdiri pohon-pohon yang memberikan keteguhan, harmonisasi, dan kelestarian alam (3) motif Tugu Monas, sebagai penanda bahwa lokasi Jambore Nasional kali ini berlokasi di Ibukota Negara (4) motif tenda kemah, tiga tenda menyiratkan makna Trisatya Pramuka Penggalang (5) motif Cikal, lambang Gerakan Pramuka, penanda bahwa Jambore Nasional 2016 diselenggarakan oleh Kwartir Nasional Gerakan Pramuka (6) motif tulisan WOSM, Gerakan Pramuka sebagai bagian dari organisasi kepanduan dunia. Tipografi atau penggunaan font Fututa Md Bt dengan garis tegas dan tebal menandakan akan tekad yang kuat dan berkarakter sebagai tekad Jambore Nasional X tahun 2016. Sedangkan warna-warni pada logo, terdapat  (1) warna hijau, mengekspresikan pertumbuhan, pembaharuan, keseimbangan, jiwa-jiwa tunas muda (2) warna merah, melambangkan semangat muda yang berani, matang, dan tegas (3) warna ungu, mengekspresikan kreativitas, imajinatif, dan kebijaksanaan serta keluhuran budi tunas bangsa (4) warna hitam, menegaskan kekokohan, elegan, dan tangguh.

Kegiatan yang keren, gembira, asyik

"Saya paling terkesan mengikuti mata kegiatan teknologi, seni dan budaya," kata Bagas. Bagas menjelaskan dia dapat mempelajari keseniaan dari daerah lain yang diperagakan di arena Jambore Nasional 2016 yang bertema keren, gembira dan asyik. Begitu juga menyaksikan kemajuan teknologi Indonesia yang digelar dalam stand teknologi. 

Manfaat lain yang dirasakan Bagas selama mengikuti Jamnas adalah mendapat sahabat baru dan mengenal teman dari berbagai provinsi dan luar negeri. “Peserta Jamnas memang utusan seluruh kota dan kabupaten di Tanah Air. Selain itu ada 9 negara yang mengirimkan anggota pramukanya sebagai peserta” Bagas menerangkan.
 
Bagas juga menceriterakan  ada kegiatan yang sangat menarik ketika di Global Development Village. Masing-masing kelompok secara beregu  mengikuti kegiatan pengendalian emosi dan komposting. "kegiatan itu sangat bermanfaat tentang bagaimana cara membuat pupuk kompos yang mudah dan murah," katanya. Tetapi menurut Bagas, ada kegiatan yang paling seru dan menantang, Gudep dari Kwarcab Purworejo itu mengikuti kegiatan petualangan di Jungle Land, Bogor. "Seru dan menantang," katanya. Dia mencoba beberapa wahana di Jungle Land.


Hadir Megawati di acara penutupan Jamnas
Penutupan Jambore Nasional 2016 berlangsung pada Sabtu malam, 20 Agustus 2016. Acara diawali sambutan Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka Adhyaksa Dault dan diikuti penyematan lencana Tunas Kencana untuk Megawati Soekarnoputri. Kemudian presiden Republik Indonesia kelima ini memberikan pidato mengenai manfaat pohon kelapa dan makna lambang tunas kelapa bagi Gerakan Pramuka.  

Tiada gading yang tak retak
Selama sepekan lebih ia dan teman-teman Gudepnya  mendapat pengetahuan, pengalaman dan sahabat baru. Namun ada sejumlah keluhan yang ia rasakan. "Banyak perubahan kegiatan di lapangan, tidak sesuai dengan buku pedoman acara.  Kekurangan lain menyangkut pasokan air dan listrik serta keamanan" katanya mengakhiri cerita seru Jamnas 2016. 




Friday, August 12, 2016

Bagas Siap jadi wakil Jambore Nasional di Cibubur

Do'anya dikabulkan Allah
Betapa tidak? Pada akhirnya ketika panitia seleksi di Tingkat Kwarcab mengumumkan, bahwa yang lolos dari dua calon sekolahnya, adalah Bagas.Hasil pengumuman itu merupakan "surprised", karena sebelumnya ada kabar, bahwa Bagas tidak lolos. Meskipun sebenarnya, Bagas sudah berserah diri, ketika beredar kabar, dia tidak lolos. Bagas menduga-duga, kalaupun dirinya tidak lolos, mungkin karena kemampuan fisiknya pada waktu ujian seleksi. Di aspek kognisi atau pengetahuan, Bagas merasa dapat mengatasinya.
Menerima berita keputusan dari panitia seleksi peserta Jambore Nasional, sebagai orang tua, aku merasakan bahwa anakku sangat bahagia dan penuh rasa syukur.Do'anya dikabulkan Allah, keinginanya dapat mewakili sekolah dan berangkat ke arena Jambore Nasional 2016 di Cibubur.

Belajar dan berlatih
Dengan ditetapkannya sebagai wakil sekolah mengikuti Jambore Nasional, membawa konsekuensi kegiatan sekolahnya bertambah. Selama persiapan sebelum hari pelaksanaan jambore, Bagas dijadwalkan mengikuti latihan di Sanggar Pramuka Kabupaten Purworejo. Jadwal latihannya seminggu sekali, setiap hari minggu pagi. Kegiatan latihannya berlangsung dari pagi hingga menjelang sore. Aktivitas semacam itu, dijalaninya secara enjoy, hingga akhirnya Bagas menyadari bahwa kegiatan Pramuka sangat bermanfaat bagi kehidupannya.

Tiba saatnya berangkat
Setelah mengikuti kegiatan latihan persiapan selama tiga bulan, hingga tibalah saat diselenggarakannya Jambore Nasional tersebut.  Jambore Nasional (Jamnas) adalah Pertemuan Pramuka Penggalang se-Indonesia dalam bentuk perkemahan besar yang diselenggarakan oleh Kwartir Nasional (Kwarnas). Jambore Nasional dilaksanakan setiap 5 tahun sekali dengan peserta dari perwakilan seluruh Kabupaten dan Kota se-Indonesia. Jambore Nasional pertama kali dilaksanakan pada tahun 1973 di Situ Baru Jakarta. Jamnas tahun 2016 ini adalah penyelenggaraan yang ke sepuluh.Diselenggarakan selama satu minggu, dari tanggal 14 Agustus sampai dengan 21 Agustus 2016.
Kontingan Pramuka Kwarcab Purworejo berangkat tanggal 11 Agustus 2016, jam 10.00 WIB dari halaman Sanggar Pramuka Kwarcab. Purworejo.

Tulisan mendatang:
Yang seru selama Jamnas

Monday, August 8, 2016

STOP KEKERASAN PADA ANAK: Janganlah Marah*)

Seringkali kita mendengar tentang larangan untuk melakukan kekerasan terhadap anak. Bahkan suatu kali ada kasus penganiayaan pada anak di suatu sekolah di ibu kota. Sontak dalam sehari bahkan berminggu-minggu berita di media massa, siaran televisi, semua membahas dan menentang perbuatan yang mengandung kekerasan pada anak. Tetapi apakah kita menyadari, bahwa kita sebagai orang tuapun kadang-kadang melakukan “kekerasan” terhadap anak.  Jangan-jangan kita biasa melakukanya pada anak kita.

Mengapa bisa begitu? Ingatlah sahabat, marah itu juga termasuk kekerasan!  Kekerasan pada anak ternyata tidak hanya  berupa penyiksaan fisik saja, tetapi dapat berupa pelecehan sosial, pengabaian dan penyiksaan emosional anak. Marah, seperti yang dituturkan Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas, adalah bara yang dilemparkan setan ke dalam hati anak Adam sehingga ia mudah emosi, dadanya membara, urat sarafnya menegang, wajahnya memerah, dan terkadang ungkapan dan tindakannya tidak masuk akal.
Pada saat orang tua menumpahkan kemarahannya pada anak, pada saat yang sama orang tua telah menyiksa emosi anak. Kemarahan  orang tua dapat memunculkan sikap  penolakan,  tidak peduli, mengancam, mengisolasi dan membiarkan anak. Akibatnya, anak merasa tersiksa perasaannya.

Dampak penyiksaan emosional anak
Kemarahan orangtua dapat berdampak buruk pada anak. Marah banyak sekali menimbulkan perbuatan yang diharamkan seperti memukul, melempar barang pecah belah, menyiksa, menyakiti orang, dan mengeluarkan perkataan-perkataan yang diharamkan seperti menuduh, mencaci maki, berkata kotor, dan berbagai bentuk kezhaliman dan permusuhan, bahkan sampai membunuh. Seperti kasus penganiayaan terhadap Arie Hanggara yang dilakukan ayahnya, menjadi cerita yang sangat memilukan. Bahkan sempat diangkat ke layar perak. Arie, pada Desember 1984, menjadi korban kekerasan ayahnya yang menyebabkan nyawanya melayang.

Mempengaruhi jiwa anak
Anak-anak seringkali akan meniru perilaku orang tua kepadanya. Dan jauh dalam hatinya, perlakuan marah orangtua membuatnya  merasa sakit. Dan sakit itu terus diingatnya, bahkan hingga dia dewasa. Dalam perkembangan anak, orangtua terutama ibu adalah madrasah pertama dan utama anak.
“Ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan.’’ (Al-Ahqaf: 15). Dalam kehidupan anak selanjutnya, ibunya yang melatihnya duduk, berdiri, dan berjalan. Ibunya yang mendekap dan menggendongnya jika dia jatuh ketika berlatih berjalan. Ibunya  yang melatih berbicara, memanggil mama, papa, ibulah yang menyuapinya sekaligus melatihnya cara-cara makan, ibulah yang dan seterusnya.

Dari perilaku orang tualah, anak belajar berterimakasih, dan meminta maaf, hingga membentuk karakter anak. Karakter anak akan terbentuk oleh bagaimana kebiasaan orang tua memperlakukan anak. Seperti yang dituturkan Dorothy Law Nolte dalam bukunya  “CHILDREN LEARN WHAT THEY LIVE” :
Jika anak dibesarkan dengan celaan, dia belajar memaki
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan/kekerasan, dia belajar membenci
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, dia belajar rendah diri
Jika anak dibesarkan dengan hinaan, dia belajar menyesali diri
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, dia belajar menahan diri
Jika anak dibesarkan dengan pujian, dia belajar menghargai
Jika anak dibesarkan dengan dorongan, dia belajar percaya diri
Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya perlakuan, dia belajar keadilan
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, dia belajar menaruh kepercayaan
Jika anak dibesarkan dengan dukungan, dia belajar menyenangi dirinya
Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, dia pun belajar menemukan cinta dalam kehidupan”

Janganlah marah
Mengingat dampak buruk marah orang tua pada anak, maka segeralah untuk mengakhiri. Karena marah merupakan salah satu bentuk kekerasan pada anak. Rendahkanlah nada suaramu para orangtua, berikan pelukan dan sentuhan lembut pada kepala anak sebagai tanda berbaikan. Selanjutnya, ingatlah pesan agama, janganlah marah, maka bagimu syurga. Biarlah anak-anak memperoleh syurganya, dengan kehidupan penuh damai. Dengan memberinya kasih sayang dan persahabatan. Dengan begitu, sirnalah kekerasan pada anak dengan berhenti marah.

*)  Catatan:
Arsip naskah  Lomba Menulis Esai untuk Mahasiswa dan Umum, 
yang diselenggarakan oleh PDNA Kebumen
sebagai Juara I