Lulus
SPG Negeri Pekalongan tahun 1985, aku
tidak tahu dan belum memutuskan hendak kemana lanjutannya. Bahkan hingga
hari terakhir waktu pendaftaran
Sipenmaru melalui pembayaran Bank, aku baru sadar kalau sudah terlambat. Karena
pembayaran melalui Bank ditutup jam 13.00 waktu itu.
Gagal Sipenmaru, mencoba
Sipensimaru Diknakes
Harapan
untuk kuliah hampir pupus, ketika temanku Sonhaji datang ke rumah membawa
berita tentang Sipensimaru Diknakes. Apa
itu? Sipensimaru Diknakes, adalah singkatan dari seleksi siswa dan mahasiswa
baru pendidikan tenaga kesehatan yang diselenggarakan oleh Pusat Pendidikan
Tenaga Kesehatan (Pusdiknakes). Karena informasinya hanya sekilas, aku putuskan
untuk melihat ke tempat pengumuman itu ditempel.
Ternyata
tidak jauh dari rumah, sekitar 12 Km ada kampus Sekolah Pembantu Ahli Gizi
(SPAG) Depkes, tepatnya di desa Legok
Kalong, Kecamatan Karangnyar memasang pengumuman itu. Dari pengumuman itu, aku
melihat seluruh sekolah dan perguruan tinggi kesehatan di seluruh Indonesia yang
dapat diikuti. Dan berita ada banyak berita menariknya, yaitu: (1) bahwa selama mengikuti program pendidikan itu
gratis! Seluruh biaya pendidikan ditanggung oleh Pemerintah (2) tambah menarik
bagiku bahwa setelah lulusa akan
ditempatkan kerja sebagai tenaga Pegawai Negeri Sipil Inpres, dan yang ke (3)
yang membuatku merasa sungguh Allah sedang memberi jalan kepadaku adalah bahwa
untuk tahun itu dibuka peluang pendaftaran untuk lulusan SLTA sederajat.
Artinya, seperti aku lulusan SPG dapat ikut mendaftar, tidak hanya dari SMA
itupun harus SMA jurusan IPA-Matematika.
Memilih tiga perguruan tinggi
yang semua tidak aku ketahui
Tanpa
pikir panjang, karena sudah di lokasi, akupun dengan Sonhaji mendaftar dan
mengambil berkas pendaftaran. Dalam formulir pendaftaran, setiap calon diminta
memilih tiga perguruan tinggi. Di sana ada daftar nama perguruan tinggi
kesehatan se Indonesia, berikut strata dan lokasi perguruan tingginya. Dari
semua perguruan tinggi itu, jujur aku tidak ada satupun mengetahui perguruan
tentang apa itu. Pertimbanganku hanya praktis, yaitu kuliah singkat dan
lokasinya di Jawa.
Atas
pertimbangan praktis itu, aku menjatuhkan pilihan pada (1) Diploma 1 SPAG (Sekolah
Pembantu Ahli Gizi) Depkes Pekalongan (2) Diploma 3 APK-TS (Akademi Penilik
Kesehatan dan Teknik Sanitasi) Depkes di Surakarta dan (3) (kalau tidak salah ingat) Diploma 3 ATROEM (Akademi Teknik Rontgen dan Elektro Medik) Depkes
Semarang. Pada hari yang ditentukan, menyerahkan kembali berkas pendaftaran ke panitia
dengan melengkapi persyaratanya.
Lulus diterima di SPAG Depkes Pekalongan
Tiba hari pengumuman, setelah mengikuti serangkaian test masuk, aku kembali datang ke kampus SPAG di Karanganyar. Kampus itu sebenarnya gedung Workshop Tanaman Pangan dan Gizi milik Dinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan. Letaknya sekitar 500 meter dari pasar dan kantor kecamatan Karanganyar, jalur jalan raya Karanganyar-Kajen, sebelah kanan jalan.
Tiba hari pengumuman, setelah mengikuti serangkaian test masuk, aku kembali datang ke kampus SPAG di Karanganyar. Kampus itu sebenarnya gedung Workshop Tanaman Pangan dan Gizi milik Dinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan. Letaknya sekitar 500 meter dari pasar dan kantor kecamatan Karanganyar, jalur jalan raya Karanganyar-Kajen, sebelah kanan jalan.
Lebih banyak di lapangan
Kuliah
satu tahun di SPAG Depkes Pekalongan,
struktur pembelajarannya lebih banyak di lapangan. Karena kuliah
klasikal hanya di tiga bulan pertama. Selanjutnya, kuliah lebih banyak di
lapangan. Mahasiswa dibuat kelompok-kelompok untuk kemudian diterjunkan di desa
binaan. Di Desa binaan, mahasiswa berperan sebagai petugas lapangan untuk
melaksanakan program gizi masyarakat. Aku
dan kelompokku kebetulan memiliki desa binaan di Desa Limbangan, Kecmatan
Karangnyar.
Kegiatan lapangan di desa Limbangan , meliputi pengumpulan data,
analisis dan intervensi program. Kegiatan pendataan dilakukan melalui wawancara
menggunakan kuesioner, pada seluruh rumah tangga yang ada di desa. Analisis
data dilakukan dengan cara melakukan tabulasi untuk melihat distribusi
frekuensi variabel yang diamati. Sedangkan iIntervensi program perbaikan gizi
dilakukan bersama dengan seluruh komponen dan kelembagaan masyarakat yang ada
di desa. Berdasarkan permasalahan yang muncul dalam analisis data dan
ketersediaan sumber daya lokal di desa, bersama-sama masyarakat, mahasiswa
melaksanakan intervensi program.
Semester
kedua, kegiatan praktek banyak dilakukan di institusi, seperti Puskesmas Rawat
jalan, Puskesmas Rawat Inap dan Rumah Sakit, baik Rumah Sakit tipe D maupun Tipe
C. Aku dan teman-temanku satu kelompok, menjalani praktek pelayanan gizi
di institusi di Rumah Sakit Umum Keraton Pekalongan dan Rumah Sakit Umum Kabupaten Cilacap.
Akhir program, awal pemberkasan
Sebagai
program pendidikan kedinasan SPAG Depkes Pekalongan, penyelenggaraanya
bertujuan untuk memenuhi jumlah petugas gizi Puskesmas seluruh Indonesia.
Selain di Pekalongan, kebutuhan tenaga gizi dipenuhi juga oleh SPAG Depkes lainnya, seperti di Rawamangun-Jakarta dan Kupang.
Untuk itu, banyaknya mahasiswa setiap angkatan mencerminkan kebutuhan tenaga
gizi pada waktu itu.
Oleh
karena itu, seiring dengan selesainya program pendidikan, akupun sudah harus
melengkapi berkas-berkas persyaratan pengangkatan sebagai CPNS Depkes RI, untuk
selanjutnya diperbantukan di tingkat kabupaten di seluruh Indonesia.
Dari
mahasiswa seluruh kelas, kami ditempatkan tiap kabupaten satu orang. Kebanyakan di Jawa
Tengah dan Jawa Timur. Meskipun ada beberapa yang di Sumatera, Kalimantan dan
Sulawesi. Sebagai contoh, aku ditempatkan di Kabupaten Kebumen, hanya seorang
dari angkatanku. Dan inilah kemudian yang menjadi awal kehidupanku di Kebumen
hingga saat ini.
No comments:
Post a Comment