Setelah lulus SMP, memang tidak
banyak tahu teman-temanku melanjutkan kemana saja. Aku sendiri mendaftar di SMA
Negeri Kajen dan SPG Negeri Pekalongan. Aku sengaja mendaftar di dua tempat,
yaitu di sekolah umum dan kejuruan. Hal ini bisa aku lakukan karena memang waktu
pendaftaran, seleksi dan pengumumannya berbeda. Sekolah umum waktu
pendaftaranya lebih dulu, dibanding kejuruan. Dari hasil pengumuman hasil test,
aku lulus dan diterima di SMA Negeri Kajen. Sedangkan untuk pengumuman SPG,
dalam daftar pengumuman nomor testku tidak ada alias tidak diterima.
Mendapat panggilan diterima sebagai cadangan
Akupun oleh orangtua disuruh
untuk segera melakukan pendaftaran ulang di SMA Negeri Kajen, membayar uang
seragam dan mengikuti masa orientasi siswa. Sementara aku baru mau melangkah memenuhi perintah orang tua,
tiba-tiba ada tamu datang ke rumah. Tamu itu rupanya Pak T. Soedibyo, kepala sekolahku
di SD Negeri 1 Pakisputih. Ternyata Pak Dibyo, demikian beliau biasa disapa anak-anak,
membawa berita bahwa aku diterima cadangan di SPG Negeri Pekalongan.
Tapi mengapa yang datang Pak
Dibyo? Pikirku dalam hati. Setelah aku ikut duduk mendampingi Kakakku pertama,
yang menerima kedatangan Pak Dibyo, aku baru tahu jawaban pertanyaanku itu.
“Mas Bambang, dik Cokro ini mendapat
surat panggilan diterima sebagai cadangan di SPG. Silakan dipertimbangkan. Jika
akan ditindaklanjuti, ini sudah saya
bawakan surat panggilan, persyaratan dan jadwal pendaftaran ulangnya. Kebetulan
anak saya juga masuk sebagai cadangan. Jika nanti mau mendaftar ulang, nanti
bisa bersama-sama anak saya”. Demikian
penjelasan Pak Dibyo kepada Kakakku, Mas Bambang Cahyono.
Mas Bambang menginspirasikan keputusanku
Sepulang Pak Dibyo, aku diajak
berdiskusi dengan Mas Bambang, tentang pilihan-pilihan melanjutkan sekolah
untukku, antara SMA dan masuk SPG. Meskipun keputusan akhirnya diserahkan padaku, namun Mas Bambang memberi
pandangan-pandangannya terkait prospek kedua sekolah. Sekolah umum, menurut Mas
Bambang, memberi dasar-dasar keilmuan umum yang menjadi dasar pengembangan ilmu
di perguruan tinggi. Sedangkan di sekolah kejuruan, membekali ketrampilan tertentu
sebagai bekal bekerja.
Saat itu aku baru tahu, arah
pendidikan umum dan kejuruan, meskipun sebenarnya pandangan kakakku itu belum
tentu benar.. Beberapa saat, aku berfikir tentang keduanya. Dan aku memutuskan
untuk menyampaikan pandanganku kepada Mas Bambang. Pilihanku pada SPG sebagai
pendidikan kejuruan, serta beberapa matapelajaran yang ada, yang sangat aku
sukai, seperti: Ilmu-ilmu jiwa sosial, perkembangan, pendidikan dan lain-lain.
Mendengar keputusanku, mas Bambang kelihatan sangat setuju.
Menyiapkan jiwa pendidik
Seperti aku pernah memperkirakan,
bahwa pendidikan di SPG pastilah sangat ketat, karena para siswanya disiapkan
menjadi seorang guru. Tetapi ketika aku sudah mengikuti pembelajaran, ternyata
tidaklah semua benar. Yang benar bahwa siswa SPG disiapkan untuk memiliki
kematangan untuk menjadi contoh, untuk menjadi idola, dan untuk menjadi guru sekaligus
pendidik.
Bertindak sebagai contoh, maka
seorang guru harus bertindak benar dan menyukai kebaikan. Bertindak sebagai
idola, maka seorang guru harus tambil riang, bersemangat bahkan trendy. Sedangkan untuk menjadi guru dan pendidik,
seorang guru harus pintar dan menginspirasikan, hingga seorang muridnya secara
sadar merubah perilakunya menjadi lebih baik. Dengan demikian, jika dikatakan
pendidikan di SPG sangatlah ketat, tidaklah benar.
Meraih keutamaan sebagai seorang guru
Bagiku justru belajar di SPG, aku
dapat memperoleh nilai kebajikan dan keutamaan dari seorang guru. Bagaimana tidak? Seorang guru memiliki tugas yang sangat mulia, yaitu mengajar dan
mendidik, membangun pengetahuan dan akhlak
anak didik.
Dalam pandangan Islam, ada
keutamaan-keutamaan bagi seorang guru, Dalam pandangan Islam, ada keutamaan-keutamaan bagi seorang guru, Abu Jundulloh Muhammad Faisal menuliskan ada 4 keutamaan, yaitu:
(1) Allah menempatkannya istimewa
dan memerintahkan kepada para Aqniya (murid/masyarakat/pemerintah) untuk memberi perhatian khusus kepada guru, yang
dengan kesungguhannya mengajar dan mendidik (Al Qur’an:2:273)
(2) Allah SWT memberi balasan pahala
untuk guru yang mendidik dan mengajarkan kebaikan atau pelajaran yang
bermanfaat, sama seperti orang-orang yang melakukannya. Sebagaimana Sabda Rasulullah
SAW : “
Barangsiapa yang mengunjukkan/mengajarkan kebaikan, pahalanya sama dengan orang
yang melakukan kebaikan itu “. (HR. Muslim dari Ibnu Mas’ud dalam Kitab Faidul
Qadir, Juz. 6, Hal. 127, Penulis: Al-Imam Al-Manawy Rahimahullah).
(3) Allah SWT dan para Malaikat,
penghuni langit dan bumi bersholawat (mendo’akan) para pendidik yang
mengajarkan kebaikan. Seperti Sabda Rasulullah SAW:
“ Sesungguhnya Alloh,
Malaikat-malaikat-Nya, penghuni langit dan penghuni bumi, hingga semut dalam
lubangnya dan ikan dalam lautan, bersholawat (mendo’akan) para pendidik manusia
kepada kebaikan “. (Kitab Mukhtarul Hasan Wasshahiih, Penulis: Abdul Baqi’ Shaqar,
Hal. 380).
(4)
Para guru dan pendidik senantiasa akan mendapatkan pahala dari Allah sebagai
imbalan dari hasil pendidikan dan pembinaannya, meskipun dia sudah meninggal.
Seperti sabda Rasulullah SAW:
“
Sesungguhnya dari antara amal dan kebaikan seorang Mukmin yang tetap dia
peroleh pahalanya, walaupun dia sudah wafat, adalah: Ilmu yang diajarkan dan
disebarluaskannya; anak yang shaleh yang ditinggalkannya; atau mushaf/pegangan
misalkan buku-buku/ al-qur’an/kitab-kitab yang ditinggalkannya; atau masjid yang
dibangunnya; atau rumah untuk ibnus sabil yakni anak yatim piatu/panti jompo
yang dibangunnya; atau saluran air yang dibuatnya; atau shadaqah yang
dikeluarkannya dari harta kekayaannya pada waktu hidupnya (shadaqah jaariyah),
itu semua dia akan mendapatkan pahalanya setelah dia wafat “. (HR. Ibnu Majah
dan Al-Baihaqy dari Aba Hir dalam Kitab Mukhtarul Hasan Wasshahiih, Penulis:
Abdul Baqi’ Shaqar, Hal. 381).
Tetap konsisten mengajar dan
mendidik
Meski
tidak di jalur keguruan, aku tetap konsisten dalam mengajar dan mendidik. Selepas
mengikuti program biasiswa S2 pada Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, FK-UGM
Yogyakarta 2001, aku memperoleh kesempatan mengajar sebagai dosen tidak tetap
di Stikes Muhammadiyah Gombong, sejak 2002 hingga sekarang. Kepada mahasiswa, aku mengajarkan konsep-konsep biostatistik dan metodologi riset, menulis buku, menjadi pembimbing dan penguji skripsi.
Kebiasaan
menyampaikan ilmu yang bermanfaat, tetap aku jaga dan lakukan terus menerus
dalam berbagai bentuknya. Harapannya teruslah memperoleh
keutamaan-keutamaan sebagai seorang
guru. Sekaligus berharap pahala yang tidak pernah putus, walaupun aku sudah
meninggal sekalipun.
No comments:
Post a Comment