Setelah hampir lima tahun bekerja di Puskesmas, ada
keinginan untuk melanjutkan sekolah atau kuliah lagi. Namun jika mengikuti
jalur tugas belajar, selain kesempatannya terbatas, juga harus meninggalkan
tugas. Aku berfikir, apakah ada sistem
kuliah yang fleksibel dan tidak meninggalkan pekerjaan?
Menerima tantangan
Ketika ke Dinkes Kabupaten, aku bertemu dengan kakak senior
SPAG Pekalongan angkatan pertama, Mas
Azis. Ketika aku menyampaikan apakah ada sistem kuliah yang fleksibel dan tidak
meninggalkan pekerjaan? Spontan, Mas
Azis, berseru kepadaku: “Ada dik, Universitas Terbuka (UT).
Sistem belajar fleksibel
Di UT menerapkan sistem belajar jarak jauh dan terbuka.
Istilah jarak jauh berarti pembelajaran tidak dilakukan secara tatap
muka, melainkan menggunakan media, baik media cetak (modul) maupun non-cetak
(audio/video, komputer/internet, siaran radio, dan televisi). Makna terbuka adalah
tidak ada pembatasan usia, tahun ijazah, masa belajar, waktu registrasi, dan
frekuensi mengikuti ujian.
Batasan yang ada hanyalah bahwa setiap mahasiswa UT
harus sudah menamatkan jenjang pendidikan menengah atas (SMA atau yang
sederajat)” Manggut-manggut aku mendengarka penjelasannya. “Bagaimana
prosedurnya?” tanyaku lagi.
“Tenang, kalau dik Cokro serius, aku punya buku
panduan lengkapnya, dan beberapa modulnya bisa sekalian dipakai. Kalau ya,
kapan ke rumah kost-ku, di Klirong, buku-bukunya bisa dibawa”.
Mudahnya melakukan registrasi awal dan pendaftaran ujian
Akhirnya tanpa menyia-nyiakan kesempatan,
segera aku mengambil buku panduan dan beberapa modul UT. Rupanya Mas Azis sudah
mendaftar dan melakukan registrasi, namun tidak berminat meneruskannya. Setelah
aku baca dan cermati mekanismenya, kemudian aku segera ke kantor Pos untuk
membeli berkas “Registrasi Pertama” UT, mengisi formulir dan menyerahkannya
kembali ke Kantor Pos. Sejak saat itu, aku tercatat dan memiliki kartu
mahasiswa UT. Begitu simpel.
Apalagi jika ada jaringan internet. Semuanya dapat dilakukan dengan mudahnya, sejak dari pendaftaran pertama, pendaftaran ulang, pendaftaran ujian, mengirim berkas ujian, menerima hasil ujian dapat dilakukan di rumah. Bisa sambil kerja, melayani pelanggan atau mendengarkan musik atau ceramah agama.
Memang, UKT bagi sebagain mahasiswa merupakan momok yang menakutkan. Jika melihat pengalaman, banyak yang mengulang, bahkan mengulang berkali-kali. Namun, menurut pengamatanku, materi UKT berisi tentang masalah-masalah yang sedang aktual dan menjadi trending topic selama 6-12 bulan yang lalu. Untuk mengantisipasi itu, aku membuat kliping koran menurut tema masalah, dari berbagai koran. Disamping itu, aku mencoba menganilisisnya atau mencari hubungan atas tema-tema itu dengan teori-teori yang ada.
Modul yang hebat dan berkualitas
Jika ditanya mengapa aku
mengambil jurusan Administrasi Pembangunan, maka paling tidak ada dua alasan
yang mendorongku. Pertama, menyesuaikan
tugasku sebagai pegawai negeri dan sebagai pelaksana program pembangunan, aku merasa
perlu memilih jurusan Administrasi Pembangunan pada Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik ini. Kedua, dari
deskripsi matakuliahnya, aku menemukan banyak matakuliah favorit yang aku suka
disini. Sebut saja misalnya matakuliah Pendidikan Agama Islam, Kebijakan
Publik, Sistem Administrasi Pemerintahan, Administrasi Pembangunan, Perencanaan
Pembangunan dan Pengawasan Pembangunan adalah sederet matakuliah favorit, yang aku sangat
senang membaca berulang-ulang dan
mempelajari modulnya. Selain lay-out modul, menurutku materi ditulis oleh penyusun modul yang hebat. Aku tahu perpustakaan perguruan
tinggi di Jogja juga mengoleksi modul-modul UT.
Beli modul bisa patungan
Meskipun
belakangan aku ketahui yang mengambil jurusan itu, tidak banyak. Jurusan yang
banyak diambil menjadi pilihan mahasiswa
adalah administrasi negara. Aku tidak tahu alasan mengambil jurusan itu, karena
mereka sendiri tidak tahu persisnya. “Saya sendiri tidak tahu mas, yang jelas
teman-teman kantor pada ambil Adne (Administrasi Negara-Red). Jadi saya ikut
saja, biar ketika butuh modul, mudah meminjamnya. Bahkan kami juga patungan
beli modulnya” Demikian teman saya memberi penjelasan. Barangkali faktor inilah
juga, daya tarik kuliah di UT.
UKT sering jadi momok, namun ada trik mengatasinya
Pengalaman mengikuti Ujian Komprehensif vTertulis (UKT), materi ujiannya menuntut mahasiswa mampu menyelesaikan persoalan, menjawab masalah melalui pemahaman antar teori antar konsep. Soalnya berbentuk essay, dengan pertnyaan dan pernyataan yang open-ended.
Selain hal-hal di atas, ada aspek lain yang ikut menjadi kunci keberhasilan UKT adalah teknik menulis atau seni menyampaikan gagasan. Jenis ujian essay, sangat diperlukan teknik menulis yang memadai. Seringkali struktur kalimat, pemilihan kata, diksi dan gaya bahasa sangat mendukung bagi kejelasan konsep. Banyak orang pandai menulis, tetapi tidak banyak orang yang mampu menulis dan enak dibaca.
Happy Ending: dapat Ijazah sekaligus ijabsah
Inilah salah satu yang menarik
belajar di UT, waktu pendaftaran dan penyelesaian pendidikan yang fleksibel. Seperti apa? Setelah beberapa semester, aku
terhitung santai dalam menyelesaikan beban SKS tiap semesternya, akhirnya aku
harus mempercepat.
Karena
dalam-tahun-tahun itu aku memiliki agenda penting, yaitu menikah dan wisuda. Maka
dengan upaya keras, aku berusaha menyelesaikan beban SKS matakuliah dan
mengikuti ujian komprehensif tertulis.
Ujian Komprehensif Tertulis (UKT) adalah
ujian akhir program yang harus aku jalani, setelah menyelesaikan beban minimal SKS matakuliah. Alhamdulillah,
aku lulus UKT dengan nilai yang tidak terlalu jelek. Dan berkesempatan
mengikuti wisuda. Meskipun waktu pelaksanaan wisudaku di kampus UT Pusat di Pondok Cabe,
Jakarta Selatan, sangat fenomenal. Bagaimana
tidak? Karena waktu wisuda dilangsungkan
sehari setelah waktu akad dan resepsi pernikahan. Sore itu aku melaksanakan
pernikahan di Kebumen, paginya, tanggal 12 Nopember 1996 jam 09.00 WIB aku
mengikuti wisuda sarjana UT. Sehingga untuk administrasi pendaftaran peserta dan
gladi bersih, aku dibantu Pak Arifin Subekti, teman kantor di Dinas Kesehatan
yang sudah memiliki pengalaman di Jakarta.
Untuk
keperluan wisuda, aku berangkat beberapa
waktu setelah acara resepsi pernikahan selesai. Dengan do’a restu isteri, orangtua,
mertua dan kerabat, Aku berangkat ke Jakarta ditemani kakakku, Mas Bambang, berangkat ke
Jakarta menggunakan jasa kereta api dari stasiun Karanganyar-Kebumen.
No comments:
Post a Comment