Banyak belajar dari banyak lomba desa
Setelah penugasan dari Kepala Puskesmas dalam staff meeting, akupun
segera berkonsultasi kepada atasan dan pegawai-pegawai senior, berkoordinasi
dengan para pelaksana program lainnya yang terkait, selain itu akupun melakukan
konsolidasi ke dalam tim. Meskipun rata-rata yang aku temui, semua senior,
memiliki pengalaman jauh lebih banyak di lapangan. Sehingga strategi yang aku
gunakan lebih banyak jadi pendengar yang baik. Berbagai masukan aku tampung,
aku kelompok-kelompokkan, ketika menjadi strategi program, aku berkonsultasi
pada pimpinan.
Dari hasil mendengar, menampung dan mengelompokkan ide serta
mendengarkan pertimbangan pimpinan, aku baru tahu persoalan mendasar administrasi
dan program gizi di Puskesmas Karanganyar ini. Akupun menjadi tersadar, mengapa
Dinas Kesehatan menempatkanku disini, pikirku dalam hati. Walaupun di sisi
lain, aku melihat juga, potensi, dukungan, peluang untuk meningkatkan program
gizi di Puskesmas. Salah satu peluang yang aku tangkap dari Kepala Puskesmas,
bahwa di Karanganyar ini merupakan daerah lomba. Dari lomba pembangunan desa,
lomba PKK hingga lomba sekolah sehat dan dokter kecil. Dalam pikiranku, saat lomba
merupakan saat paling mudah menggerakkan partisipasi masyarakat dan kader desa.
Bagaimana tidak, karena pada saat yang sama seluruh komponen dan stake-holder
terkait juga memberikan dukungan pada kegiatan tersebut.
Selain kegiatan lomba, aku melihat peluang lain, yaitu adanya pertemuan
kader dan dukun bayi setiap bulan. Dari beberapa masukan petugas, pertemuan
pembinaan ini sudah rutin, tapi sayangnya hanya merupakan forum arisan. Sedangkan
pengisian materi pembinaan, sangatlah terbatas. Karena selama ini pembinaannya lebih
banyak diisi dari Bidan KIA, sedangkan materi lain seperti imunisasi, KB,
Penanggulangan diare dan administrasi/program gizi sangatlah jarang diberikan.
Dari gudang obat, hingga lemari perpustakaan
Setelah mengetahui beberapa persoalan mendasar administrasi dan program
gizi di Puskesmas, dan mengetahui peluang yang ada. Sepertinya aku tidak mau
membuang kesempatan untuk segera berbenah, mengumpulkan kuatan dan beraksi
memperbaiki keadaan. Tekad itu, aku mulai dari gudang obat. Mengapa gudang?
Pastilah di tempat ini digunakan untuk menyimpan berbagai logistik, obat dan
perbekalan dari berbagai program kesehatan.
Setelah bertemu dan minta izin kepada petugas obat dan penanggung jawab
gudang, akhirnya aku diperkenankan
masuk. Oleh Pak Wasimin, demikian nama penanggungjawab gudang itu, yang aku
perhatikan orangnya sangatlah santun dan baik hati. Hingga aku dipersilakan
melihat dan membongkar barang yang
sekiranya perlu dipindahkan. Pak Wasimin mendampingiku memasuki gudang. Dan
benar, aku melihat sesuatu yang aku pikir dapat menjadi alatku kerja dan
memperbaiki keadaan.
Mataku tertuju pada setumpukan
blanko SKDN, register pencatatan, poster-poster warna warni berisi iklan
layanan masyarakat, buku-buku pedoman pencatatan di Posyandu. Semuanya masih
terikat rapi belum, terbuka. Namun sayang, bagian bawahnya rata-rata lembab dan
busuk karena terlalau lama ditumpuk. Melihat keadaan ini, tidak sabar aku
segera mencari tahu dengan bertanya pada Pak Wasimin. “Pak yang ngurusi buku
dan register ini siapa? Mengapa tidak
digunakan, atau dibagikan ke desa atau kader di Posyandu? Mengapa stok tablet
dan vitamin begitu banyak disini?” Pertanyaanku terasa bertubi-tubi, dan akupun buru-buru meminta maaf padanya, karena
barangkali Pak Wasimin merasa bukan urusannya; yang menjadi urusannya hanyalah
menyimpan di dalam gudang. Tetapi sangatlah bersyukur, ketika Pak Wasiminpun
memberi jawaban. “Ini semuanya yang ngurusi Bu Bidan Christina. Selama ini
buku-buku itu hanya ditumpuk, mungkin karena tidak cukup waktu dia ngurusi
kegiatan semacam ini. Paling kalau Desa ada yang minta, baru saya ambilkan”.
Akhirnya, aku meminta ijin Pak Wasimin. “Bagaimana jika barang-barang
ini saya pindah ke lemari dekat ruangan saya
itu, Pak. Hitung-hitung memanfaatkan lemari sekat itu yang belum dimanfaatkan?”
Aku melihat antusiasme Pak Wasimin menjawab “Sangat bisa, mau dipindah
sekarang, saya akan bantu” Mendengar dukungan Pak Wasimin, akau seperti dapat
tambahan energi untuk memulai bekerja di Puskesmas. Setelah menunggu sore,
saatnya Puskesmas sudah sepi pengunjung, aku dibantu Pak Wasimin dan tenaga
kebersihan mulai membongkar dan memindahkan barang-barang yang sudah aku
kelompokkan ke ruangan dan lemari di ruangan kerjaku.
Dalam waktu kira-kira dua jam, ruangan kerjaku berubah. Lemari perpustakaan sekat tiga tingkat-yang tadinya hanya berisi sulak dan kardus air mineral, seketika berubah isi. Pada tingkat paling atas aku mengisinya buku-buku pedoman program gizi dan posyandu untuk kader dan petugas kesehatan. Pada tingkat kedua, aku meletakkan buku formulir-formulir pelaporan, register pencatatan bayi dan balita di Posyandu dari berbagai tingkatan administrasi, sejak dari Posyandu, Desa, Kecamatan dan Puskesmas. Pada tingkat ke tiga-paling bawah, aku mengisinya dengan kardus kemasan yang berisi logistik Posyandu, seperti bubuk oralit, kapsul vitamin A dosis tinggi.
Dengan menutupnya pakai korden hijau muda, aku bersiap menunggu datangnya Senin ke tiga. Saat berlangsungnya pertemuan pembinaan kader dan dukun bayi. “Bismillah. Akan aku mulai perubahan-perubahan itu, dari sini” Desahku lirih, sambil merapikan peralatan, bersiap untuk mengakhiri kerja hari itu.
No comments:
Post a Comment