Ketika gagal bertemu Kepala Puskesmas, hari berikutnya aku sudah
siap di Puskesmas Karanganyar lebih awal.
Ketemu beberapa orang petugas yang sudah hadir, sempat menjadi heboh. Karena
keberadaan petugas gizi di Puskesmas, waktu itu masih terhitung langka. Di
Kabupaten sendiri, masih bisa dihitung dengan jari lima. “Puskesmas Karanganyar
berarti termasuk prioritas, pikirku; tapi, dalam hal apanya ya” pertanyaan itu
berputar dalam benakku. Belum sempat aku memperoleh jawaban dari banyak
pertanyaanku, seseorang menghampiriku.
“Selamat pagi, pak. Kenalkan
saya Pak Bambang Tedjo, pelaksana administrasi di sini. Saya memang pernah mendengardari orang Dinkes Kebumen, tentang
rencana penempatan tenaga baru di Puskesmas” Pak Tedjo membuka percakapan
sambil mengajakku ke ruang kerjanya di sebelah timur ruang Poloklinik Gigi.
Ruang itu memanfaatkan aula yang disekat dengan tripleks. Di ruang itu, selain
untuk administrasi ketata-usahaan juga untuk ruang Pak Martono-petugas penyuluh
kesehatan. Di depan ruang Pak Tedjo, demikian aku kemudian akrab memanggilnya,
digunakan untuk jalan masuk ke aula, ruang P3M dan Bendahara, dapur dan kamar
mandi/WC. Berhadapan dengan ruang
Administrasi ada ruang penyimpanan vaksin. Di ruang itulah kemudian aku
ditempatkan duduknya, bersama dengan Pak Slamet Cipto Taruno-petugas imunisasi.
Setelah membaca dan mengadministrasikan surat penugasanku, kemudian Pak
Tedjo mengajakku keluar, mengenalkanku pada petugas yang sudah hadir. Aku
berjalan mengikuti langkah Pak Tedjo masuk ke tiap ruangan. Di ruangan P3M dan Bendahara,
aku dikenalkan lagi meskipun kemarin aku
sudah mengenalnya. Di ruangan Poli Gigi,
aku ketemu drg Hananto dan perawat gigi Bu Titin Sumartini, hingga aku
dipertemukan dengan Bu Christina Murdaningsih, seorang bidan senior Puskesmas.
“Bersyukur akhirnya ada Mbah Cokro yang akan mengelola administrasi dan
laporan-laporan gizi” Seru Bu Christina, setelah aku dikenalkan, sambil
menepuk-nepuk punggunggku, dan sesekali mengacungkan jempolnya ke arahku, seperti
komunikasi seorang ibu kepada anaknya yang baru pulang dari bepergian.
“Mbah Cokro, maaf saya panggil begitu, dari namanya, itu nama tokoh dan
nama kesepuhan. Saya akan usulkan Bu Dokter agar waktu selanjutnya, Mbah Cokro
ini untuk menjadi koordinator tim Posyandu. Saya sudah tua, hampir pensiun, Administrasi
dan laporan gizi sangat banyak dan sulit, dan terus terang saya tidak mampu”
tukasnya lagi kepadaku, dan seketika mengundang tawa banyak petugas yang ikut
disitu. “Alhamdulillah, seratus persen saya setuju dan saya dukung” seru Pak
Suparno-seorang mantri yang aku dengar, seperti halnya Bu Bidan Cristina, banyak pasiennya di rumah.
Dan benar, ketika tiba saat staf meeting, Kepala Puskesmas Karanganyar,
dr Nunik Agustriani setelah mengenalkanku kepada karyawan yang lain, mendaulat
agar aku menjadi koordinator program gizi dan tim Posyandu. Dan beliau
menempatkan aku di ruang bersama dengan Pak Slamet Cipto-juru imunisasi, dengan
pertimbangan untuk memudahkan kerjasama dalam program Posyandu. Posyandu pada
saat itu merupakan keterpaduan program gizi, kesehatan ibu-anak, penanggulangan
diare, Imunisasi dan Keluarga Berencana. "Sehingga di dalam praktek, Pak Cokro harus banyak berinteraksi dan berkoordinasi bukan hanya dengan petugas di Puskesmas, tetapi juga dengan petugas KB, Ssosial dan Tim Penggerak PKK Kecamatan. Apalagi daerah ini seringkali mewakili untuk lomba tingkat Kabupaten atau Provinsi" Demikian pesan Kepala Puskesmas, di sela-sela memberikan pembinaan pada staf Puskesmas.
No comments:
Post a Comment