Tiba saatnya yang aku nanti-nantikan, yaitu Senin ke tiiga. Waktu
diselenggarakannya pertemuan pembinaan kader dan dukun bayi.se kecamatan, yang tempatnya rutin di Puskesmas Saatnya akan aku
mulai melakukan perubahan-perubahan. Pada hari itu hadir perwakilan seluruh
kader kelompok penimbangan dan ketua kader dari masing-masing desa. Selain itu,
hadir juga dukun bayi yang ada yang sudah dilatih. Di tingkat kecamatan hadir,
Ketua kader PPKBD, petugas penyuluh KB dan pembinanya di tingkat Kecamatan.
Pertemuan dibuka pihak Puskesmas, yaitu Bu Christina Murdaningsih, selaku
pengelola program KIA. Dalam pembukaannya Bu Chris, demikian semua orang
menyapanya, mengantarkan bahwa pada
pertemuan pembinaan kali ini, akan diisi pengisian. Namun tiba-tiba ia seperti
pamitan “Maaf ibu-ibu, kalau sema ini kami, khususnya saya menyelenggarakan
pertemuan ini banyak kekurangannya. Setua saya ini, saya tidak mampu. Tapi
jangan khawatir” Berkata begitu, Bu Chris sambil menunjuk ke arahku duduk,
kemudian ia melanjutkan lagi “Mulai sekarang, untuk kegiatan pertemuan kader,
pembinaan posyandu, administrasi dan program gizi, sudah ada petugasnya, yaitu
Mbah Cokro” seketika para peserta pertemuan
terkejut, karena yang disebut mbah adalah aku-yang nota bene masih bujangan.
Akupun hanya menganggukkan kepala. “Pada saatnya nanti biar mbah Cokro ini
mengenalkan diri sendiri, beliau sebagai petugas gizi di Puskesmas, dan masih
gress, masih bersemangat” jelas Bu Chris, sekaligus mengakhiri pembicaraan.
Tiba giliranku, jujur awalnya agak canggung juga rasanya. Tetapi
kemudian, Alhamdulillah dapat berjalan lancar setelah aku mencoba mengenalkan
diri. Dalam kesempatan itu, aku menyampaikan usul untuk kegiatan pertemuan
pembinaan ini. Diantaranya, perlunya
peningkatan materi penyuluhan bagi kader Posyandu dan Dukun bayi berdasarkan
modul pegangan kader. Selain itu, kalau sudah ada menyanyikan lagu Indonesia
Raya dilanjutkan dengan menyanyikan Mars KB, aku usulkan juga ada mars hidup
sehat. Ternyata kader Posyandu masih asing mendengarnya. Hal lain yang aku
usulkan adalah membahas pelaksanaan
kegiatan lima meja di Posyandu, serta pembagian logistik pada kader untuk
meningkatkan kelancaran Posyandu di desa. Tentu saja, kader yang mayoritas
adalah ibu-ibu, sangat setuju mendengarnya. Apalagi saat itu kegiatan Posyandu
merupakan sentral kegiatan kesehatan masyarakat di desa. Mereka butuh dukungan
dari pemerintah, baik peralatan, bahan maupun peningkatan kemampuan.
Giliran pada sesi tanyajawab, Subhanallah banyak pertanyaan dan masukan
serta keluhan tentang nasib para kader dalam menyelenggarakan penimbangan dan
Posyandu. “Selama ini sepertinya pemerintah membiarkan saja kegiatan
penimbangan itu dilaksanakan. Kader yang jadi tumpuan pak. Kader jadi ujung
tombak, ya ujung tombok. Sementara pengetahuan kami sangat pas-pasan, meskipun
sudah ikut pelatihan, apalagi bagi kader yang belum terlatih. Kami sangat tidak
percaya diri ketika harus memberikan penyuluhan kepada ibu balita. Perlulah
kami dapat dukungan dari petugas. Selama ini ketika jadwal Posyandu, sangat jarang didatangi petugas puskesmas, yang
sering ya PLKB atau Imunisasi, itupun biasanya Pak Slamet, hanya di Balai Desa ”
Panjang lebar Bu Sri Sukayah-SKD Kelurahan Plarangan, pada kesempatan pertama
memberi masukan, selaku Ketua kader tingkat kecamatan.
No comments:
Post a Comment