Pengalaman penolakan naskah oleh penerbit, seringkali dapat menyurutkan
semangat untuk terus menulis. Akibatnya aktivitas menulis bisa jadi mandeg.
Begitu juga dengan aktivitas membaca, ikut berkurang. Untuk menghindari kondisi
seperti itu, aku biasanya aktif menemui teman secara perorangan maupun
kelompok.
Tetaplah berada di dekat tungku perapian
Pertemuan itu biasanya aku manfaatkan untuk berdiskusi dan sharing serta
memecahkan persoalan-persoalan seputar kepenulisan. Kegiatan seperti itu, aku
rasakan sungguh sangat bermanfaat. Membuat aku tambah bersemangat dan bangkit
lagi. Aku jadi ingat petuah para motivator. Kalau engkau ingin senantiasa
hangat, senantiasa dekatlah dengan tungku perapian.
Jika ingin terus eksis dalam
kegiatan kepenulisan, maka buatlah lingkunganmu itu lingkungan membaca dan
menulis. Dari buku bacaan, percakapan, maupun komunitas harus mendukung.
Senantiasalah mengikuti pertemuan, pelatihan, workshop, maupun kursus-kursus
menulis. Bersyukur, di Kebumen ada forum penulis dan ada orang-orang yang dapat diajak berbincang seputar kegiatan
menulis.
Forum penuli kebumen
Di forum penulis kebumen, aku dapat bertemu dan berbincang dengan Bapak
Ambijo. Seorang penulis Kebumen yang sangat produktif. Tulisan-tulisannya
banyak dimuat di berbagai penerbitan. Beliau juga termasuk orang yang menggagas
berdirinya Forum Penulis Kebumen. Saat ini bapak yang usianya tidak muda lagi
itu, bertindak sebagai ketua forum.
Bertemu dengan sosok Ambijo, terasa ada proses re-charging energi
menulisku. Semangatnya yang tinggi untuk terus berkarya, terus menulis artikel
dan surat pembaca ke banyak penerbit. Di rumahnya di Jalan Sarbini, bapak yang
pensiunan pegawai bank BUMN ini, juga masih sempat mengelola perpustakaan
sebagai taman bacaan masyarakat. Semakin jelas sudah gambaran Bapak Ambijo ini
tentang perhatiannya terhadap dunia kepenulisan.
No comments:
Post a Comment