Kemampuan menulis ternyata harus dilatih. Disamping, kita harus tahu
tekniknya, menulis harus dilatih terus menerus, serta adanya kemauan. Mengapa
bisa begitu? Karena menulis lebih merupakan kegiatan menuangkan gagasan. Banyak
orang memiliki gagasan atau ide, namun hanya sedikit orang yang dapat mengungkapkannya
secara teratur dan dapat diterima oleh orang lain. Agar dapat terampil
menuangkan gagasan, seseorang harus berlatih. Berlatih memilih kata, berlatih
merangkai kalimat, hingga berlatih membangun paragraf.
Kursus yang membuka wacana kepenulisan
Dalam hal menulis, aku akui bahwa menyukai aktivitas menulis ini sejak
sekolah menengah dulu. Namun pada saat itu, aku tidak tahu bagaimana harus
berlatih dan mengembangkan kemampuan. Aku hanya berangan-angan mempunyai profesi
wartawan. Lantas aku bercita-cita menjadi seorang wartawan atau seorang penulis.
Hingga suatu saat, Sonhaji temanku sekolah di Sekolah Guru (SPG N
Pekalongan), bercerita tentang kursus tertulis tentang dasar-dasar kewartawanan
di Jakarta. Akupun sangat tertarik dan ikut mendaftar sebagai peserta.
Pendaftarannya dikirim via pos, termasuk biayanya membayar melalui wesel Pos. Penyelenggaranya
adalah Yayasan Al-Jabbar, Grogol, Jakarta Barat.
Lamanya waktu kursus, kalau tidak salah ingat berlangsung selama empat
bulan. Materi dan panduan kursus dikirim secara tertulis melalui paket pos,
dalam bentuk modul. Di dalam setiap modulnya, ada tugas tertulis yang
harus dikerjakan. Hasil jawabanya dirim kembali melalui pos. Hingga pada bulan
ke empat, aku harus membuat tugas akhir, berupa naskah berita liputan tentang
suatu kejadian.
Membangun paragraf yang efektif
Dari mengikuti kegiatan kursus tertulis tersebut, hal paling “surprised”
ketika aku memperoleh pengetahuan dan ketrampilan menyusun kalimat yang efektif
untuk bahan berita bagi seorang wartawan. Selain itu, juga diajarkan bagaimana
memilih kata, diksi dan gaya bahasa, menyusun kalimat dan mengembangkan
paragraf.
Aku masih ingat, bagaimana teknik mengembangkan paragraf yang dinamis dan
efektif. Paragraf yang dinamis tersusun oleh bangunan kalimat yang efektif.
Sedangkan kalimat efektif sangat
dipengaruhi oleh struktur kalimat yang dipilih. Disamping itu, kalimat yang
efektif dipengaruhi juga ketepatan pemilihan jenis kata dan gaya bahasa. Membangun
paragram dalam tulisan, sebenarnya dapat mengikuti suatu pola. Pola umum yang aku
pelajari dari kursus itu, adalah pola D-A-M-K. Apa itu? D itu singkatan dari
duduk perkara, A itu singkatan dari analisa, M itu singkatan dari misal dan K itu
singkatan dari kesimpulan.
Berdasarkan pola DAMK tersebut, maka sebuah paragraf, diawali kalimat yang
mengungkapkan duduk perkara atau persoalan pokok yang mau dibahas. Setelah itu,
diuraikan dengan kalimat-kalimat berikutnya. Kalimat itu dapat berupa kalimat
atas jawaban pertanyaan apa, siapa, kapan, bagaimana dan mengapa peristiwa itu
terjadi. Teknik analisis ini merupakan yang umum dilakukan. Ada teknik lain
yang dapat dilakukan seperti teknik kronologis.
Setelah, persoalan pokok itu diuangkapkan dan sudah diuraikan secara per
baikan, maka tugas penulis adalah menghadirkan kepada pembaca menjadi “lebih
nyata”. Sehingga seorang penulis atau wartawan, melaporkan suatu peristiwa
secara kongkrit meskipun dalam kata-kata. Pada tahap ini, seorang penulis dapat
memberi contoh, analogi atau rumus dan contoh perhitungan. Dapat juga
mensimulasikan urutan pelayanan, atau kronologi sebuah kejadian. Setelah
dijelaskan secara luas perbagian dengan contoh riil, pada tahap akhir tulisan
atau menjadi penutup, seorang penulis memberikan kesimpulan, penegasan atau
himbauan. Harapannya agar setelah membaca tulisan yang kita buat, seorang
pembaca memperoleh gambaran yang sama tentang suatu peristiwa.
No comments:
Post a Comment