Ini adalah
cerita ketika aku menerima penugasan, sebagai tenaga PNS INPRES di Kabupaten
Kebumen. Sekitar akhir Nopember 1987. Sebagai konsekuensi logis dari pendidikan
crash-program tenaga kesehatan untuk
tenaga pembantu ahli gizi. Sebuah program biesiswa diploma yang dikelola oleh Departemen
Kesehatan kala itu.
Ketika
menerima ‘surat penempatan kerja’, perasaanku campur aduk. Satu sisi aku
senang, karena berarti aku akan memasuki dunia kerja dan bisa mandiri, pikirku.
Di sisi lain, berarti aku harus meninggalkan tempat kelahiranku. Ditambah reaksi
keluarga, terutama ibuku. Walaupun tidak terungkapkan, aku dapat membaca, ibuku
masih berharap lokasi penempatan tugasku itu masih bisa diubah. Tetapi dengan
semangatku, aku mencoba menahan kegembiraanku, sambil meyakinkan ibuku, bahwa
dimanapun bumi yang kita pijak adalah bumi Allah. Dan Allah akan mencukupkan
segala apa yang manusia perlukan. Dan meskipun jauh secara geografis, tetapi
dengan kuasa Allah sangatlah mudah untuk mempertemukan kembali aku dengan
ibuku. Lambat laun, ibuku berubah pikiran, walaupun masih berat dengan
perasaannya. Dengan semangat yang aku sembunyikan, aku berangkat dengan sepenuh
keyakinan dengan senantiasa meminta doa restu ibu dan keluargaku. Ibarat burung,
aku lepas dari sangkar, memasuki dunia lain.
Bagaimana
tidak? Kebumen yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya, ternyata sangatlah
mengejutkan. Pagi itu, Jum’at Kliwon sekitar jam 09.00 aku pamit berangkat ke
Kebumen. Dengan harapan sebelum sholat Jum’at sudah sampai. Setelah mengikuti
rute perjalanan bis umum, sambil sesekali bertanya pada penumpang dan sopir
bus, akhirnya sampai juga di Kebumen.
Aku turun
bis, hari sudah gelap. Aku lihat jam tangan, jam 17.55. Di kantor Dinas
Kesehatan Kabupaten yang aku tuju sudah tutup dan tidak ada penjaga. Saat itu hujanpun
turun. Aku yakin hujan itu rahmat. Dan sungguh, belum lama aku berfikir tentang
hujan, rahmat Allah datang. Tiba-tiba mataku melihat dalam gelap seorang tukang
becak. Aku menerobos hujan menghampiri
seorang tukang becak, di seberang jalan persis di depan kantor. Setelah
bercakap secukupnya, akhirnya oleh tukang becak itu aku diantar pada salah
seorang karyawan Dinas Kesehatan Kabupaten yang tinggal tidak jauh dari kantor.
Dan di keluarga itu, yang belakangan aku ketahui Bapak dan Ibu Sabaryanto inilah
aku memulai belajar hidup dan mengetahui banyak hal tentang Kebumen. Semoga
kebaikan budi dan amal keluarga ini dapat balasan dari Allah.
No comments:
Post a Comment