Namanya
Nadiyyah Aulia Fajrin
Aku
bersepakat dengan isteri, untuk memberi nama anakku yang ke tiga itu Nadiyyah Aulia Fajrin. Nama itu memiliki
kisah dari arti kata yang ada di dalamnya. Nadiyyah dalam sastra arab berarti
pohon yang senantiasa basah oleh embun. Aulia mengandung arti orang suci.
Sedangkan fajrin menyerap makna waktu fajar. Dari keseluruhanya, Nadiyyah Aulia
Fajrin, mengandung kisah telah lahir seorang anak yang suci dan sejuk, karena
senantiasa terbasuh embun pagi hari.
Hadiah
terindah
Nadiyyah,
demikian nama panggilannya dalam keluarga, proses tanda lahirnya diawali saat fajar menjelang shubuh.
Dengan persiapan secukupnya, aku mengajak isteriku untuk bersalin di RSUD
Kebumen. Dengan harapan dalam waktu yang tidak terlalu lama, anakku sudah
lahir. Saat itu, aku dan istriku tidak berada di rumah. Sudah hampir sebulan,
kami menempati rumah dinas istriku, yaitu sebuah klinik kesehatan yang ada di
desa. Jarak dari klinik tempat isteriku ke RSUD kira-kira sepuluh kilo meter.
Dengan menggunakan jeep Daihatsu Feroza
tua, kami keluar rumah, melintas sepi. Kami melaju, menembus kegelapan jalan
pedukuhan yang dingin menuju rumah sakit. Dan benar, selang tidak begitu lama
berada di ruang pemeriksaan dan belum
sempat petugas rumah sakit membawanya masuk ke ruang persalinan, isteriku
bersalin. Bayi anakku lahir. Allah memberiku hadiah terindah. Mengapa terindah?
Karena kelahiran anakku Nadiyyah ini penuh surprised dan penuh rasa
syukur. Pertama, anakku lahir sehat fisik maupun mental, meskipun dalam
hitungan umur kehamilan, lebih awal
empat minggu dari hari perkiraan lahir menurut dokter ahli kebidanan. Kedua,
anakku lahir perempuan, telah menjadi lengkaplah anakku laki-laki dan
perempuan. Ketiga, subhanallah, Allah mengaruniai tiga anakku lahir
semuanya di hari ahad dan Keempat, Nadiyyah anakku, lahir tepat pada saat
hari ulang tahunku, 29 Nopember 2009.
Awal
yang memprihatinkan
Nadiyyah
tergolong lahir premature, empat minggu lebih awal dari perkiraan
lahirnya. Kkondisi ini, berdampak pada banyak hal setelah kelahirannya. Hal
yang paling mudah dilihat adalah pengaruhnya pada berat badan. Nadiyyah
termasuk bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), karena hanya dua kilo
empat ons. Pada hari-hari pertamanya, warna kulitnya muncul kekuningan. Yang
oleh dokter dijelaskan karena ada gangguan bilirubin. "Tapi kondisi
kekuningan ini dapat diatasi dengan cara menjemur bayi pada sinar matahari
pagi. Waktunya bisa setiap hari, dari kira-kira jam 07.00 sampai dengan jam
08.00 satu jam sudah cukup, dengan membolak-balikkan posisi badan bayi. Agar
semua bagian tubuh bayi, baik depan atau belakang dapat terkena sinar matahari.
Pada saat posisi telentang, mata bayi dapat ditutup dengan sapu tangan atau
kain, agar sinar matahari tidak langsung mengenai matanya" Demikian pesan
petugas RSUD. Selain, itu bayi Nadiyyah tangisnya lirih, rambut lanugo-nya
tumbuh banyak di bagian tubuhnya. "Ini salah satu tanda bayi pre-mature.
Tanda yang lain, biasanya sutura pada kepala belum rapat, sehingga
seperti ada rongga. Tapi jangan khawatir, nanti berangsur akan kembali normal.
Asal minum ASI-nya kuat" Demikian
Bidan RSUD menambahkan keterangan. Setelah berat badannya dianggap
normal, bayi Nadiyyah diperbolehkan pulang. Sebelumnya, setelah lahir, selama
tiga hari bayi Nadiyyah menjalani perawatan perinatal.
Tiga
hari pertama di rumah, Nadiyyah minum ASI-nya tidak kuat. Melihat kondisi
seperti itu,aku dan isteriku panik. Pada saat yang bersamaan istereiku
merasakan bahwa ASInya macet. Sementara si mungil Nadiyyah tergolek diam.
Menangispun lirih suaranya. Pada hari keempatnya aku membawa Nadiyyah kembali
ke RSUD. Pikirku agar memperoleh perawatan di Rumah Sakit. Setelah konsultasi
dengan dokter spesialis anak, disarankan agar menjaga kehangatan tubuh
bayi. "Bayi pre-mature biasanya
ada yang gak mau minum (mimik), karena lingkungan sekelilingnya relatif dingin.
Untuk itu perlu menjaga agar bayi merasa hangat. Untuk menjaga kehangatan dan kesehatan tubuh bayi, dapat dilakukan
dengan meletakkan lampu pijar dengan jarak kira-kira 60 cm. Ini berguna untuk mencegah bayi mengalami
hypothermi. Jika hangat, bayi akan mau minum susu" Jelas dokter Pras,
sepesialis anak.
Sejak
itu, aku menyiapkan 'inkabator' sederhana untuk Nadiyyah. Dengan memanfaatkan
lampu belajar, aku pasang-arahkan tepat di bawah tempat tidur bayi. Posisi
lampu menghadap ke atas dengan sorot cahaya lampunya mengenai tepat posisi
tubuh bayi. Jarak lampu ke tubuh bayi kira-kira 60 cm. Lampu dinyalakan
sepanjang waktu terutama pada bula-bulan pertama. Tatalaksana ini aku lakukan
hingga Nadiyyah berumur tiga bulan. Sesudahnya, lampu sorot itu hanya
dinyalakan pada saat-saat tertentu, jika dipandang perlu. Tetapi, pemberian
lampu itu sangat membantu dan berguna bagi bayi pre-mature. Berangsur, kondisi
kesehatannya makin bagus, dan berat badannyapun berangsur meningkat. Walaupun
hingga bulan ketiga, bayi anakku memiliki berat badan terendah diantara bayi
seumurnya di Pos Penimbangan Balita.
Pengalaman
menariknya bahwa lampu listrik dan pijat
bayi dapat merangsang nafsu makan dan meningkatkan pertumbuhan berat badan
bayi. Pada bulan keempat hingga bulan keenam, berat badan anakku naik terus,
Anakku terus bertumbuh. Nadiyyah bertambah berat dan bertambah tinggi. Di bulan
ke tujuh berat badan anakku menjadi tertinggi diantara bayi yang seumur di Pos
Penimbangan. Bahkan secara fisik postur tubuhnya sama dengan balita yang
berumur setahun di atasnya. Tidak hanya pertumbuhan fisiknya, juga perkembangan
motorik, kemampuan bahasa dan kecepatan responya mengalami perkembangan yang
sangat pesat.
Tiga
tahun yang cemerlang
Pertumbuhan
dan perkembanga Nadiyyah tergolong istimewa. Diusianya yang dini, kemampuan
berbicara dan berjalan berlangsung cepat. Nadiyyah banyak tertarik pada musik,
gerak ritmis dan berbicara dengan kalimat lengkap dan utuh. Bahkan Nadiyyah
sering menanyakan secara kritis.tentang banyak hal.
Pernah
aku mendengar percakapan isteriku denganya pada suatu waktu. Saat ketika
menjemputnya pulang dari sekolah play-group. Pada usianya sekarang, seringkali
sulit diajak tidur siang sepulangnya sekolah. Sehingga ibunya harus mengarahkan
ceritanya sepanjang perjalanan pulangnya. Suatu siang, isteri dan anakku
melewati kendaraan berat excavator yang ditinggal operatornya sedang
istirahat. Kendaraan berat itu berada di tengah saluran air, yang sedang
dikeruk karena mungkin telah terjadi
pendangkalan. Melihat excavator yang besar dan diam di dasar sungai yang
dalam itu, tiba-tiba mengusik akal kreatif isteriku untuk mulai bercerita pada
anakku. "Nadiyyah, coba lihat excavator itu, dia juga sedang bobok
(tidur) siang..." Ucap isteriku memulai cerita untuk mengarahkan anakku.
Agar nantinya ketika sampai di rumah, anakku juga mau tidur siang. Dengan
cerita pembuka itu, isteriku berharap, anakku paling tidak merespon mengiyakan,
seperti: O ya excavator bobok juga ya bu? Tetapi, subhanallah. Jawaban
anakku di luar dugaan. "Apa excavator punya mata bu? Apa excavator
bisa tidur?" Tanya anakku. Dan isteriku
seketika kaget campur geli dalam hati. Sejurus kemudian isteriku hanya
tersenyum sendiri mengingat peristiwa yang barusaja terjadi.
No comments:
Post a Comment