Wednesday, October 9, 2024

Inilah tiga karya tulis terbaik dari Workshop Menulis tema pasca penetapan Geopark Kebumen menjadi UNESCO Global Geopark


#1 Melalui pemanfaatan kawasan geopark  menjadi daerah swasembada pangan untuk mengatasi kemiskinan di 
Kebumen

Ariffiawan, PNS tinggal di Kebumen

Kabupaten Kebumen menempati urutan kpertama sebagai kabupaten dengan prosentase penduduk miskin terbanyak di Provinsi Jawa Tengah. Komponen penentu besarnya prosentase jumlah penduduk miskin adalah distribusi pengeluaran perkapita antar golongan pendapatan dan tingginya garis kemiskinan. Data sementara angka pengeluaran perkapita penduduk dari Badan Pusat Statistik menunjukkan masih ada Kabupaten Lain yang angka pengeluaran perkapita penduduk lebih rendah dari Kabupaten Kebumen. Di sisi lain pendapatan perkapita penduduk Kabupaten Kebumen juga bukanlah yang terendah di Jawa Tengah. 

Mencermati data kemiskinan di Kebumen

Garis kemiskinan adalah jumlah rupiah minimal yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pokok makanan dan non-makanan per hari. Garis kemiskinan digunakan sebagai alat ekonomi untuk mengukur tingkat kemiskinan suatu negara /wilayah dan mempertimbangkan kebijakan untuk menanggulanginya. Apabila dilihat lebih detail bahwa ternyata garis kemiskinan yang ditetapkan oleh Badan Pusat Statistik di Kabupaten Kebumen jauh lebih tinggi dari beberapa kabupaten lain. Artinya seseorang dengan pendapatan yang sama akan dikatakan miskin di Kabupaten Kebumen namun tidak miskin di Kabupaten lain karena biaya hidup bagi penduduk di Kabupaten Kebumen dianggap lebih mahal dari Kabupaten lain. 

Data kemiskinan di Jawa Tengah Tahun 2024 yang diterbitkan BPS menunjukkan bahwa garis kemiskinan di Kabupaten Kebumen sebesar Rp 471.824,- dengan prosentase penduduk miskin 15,71 %. Membandingkan dengan Kabupaten Magelang yang berada di peringkat 20 garis kemiskinan ditetapkan hanya Rp 431.289,- dengan prosentase penduduk miskin 10, 83 %. Data Kabupaten Temanggung yang menempati urutan 12 angka garis kemiskinan sebesar Rp 416.006,- dengan prosentase 8,67 %. Penulis belum mendapat referensi seberapa penurunan angka kemiskinan untuk setiap ribu rupiah penurunan garis kemiskinan, namun penulis memiliki keyakinan bahwa setiap ribu rupiah penurunan garis kemiskinan akan mengurangi prosentase penduduk miskin setelah memperhatikan nilai P1 dan P2 di Kabupaten Kebumen. 

Strategi pengentasan kemiskinan

Mendasari telaah tersebut Upaya penurunan jumlah penduduk miskin dapat dilakukan dari dua sisi sekaligus. Pertama dengan menaikan pendapatan perkapita yang tentu akan berbanding lurus dengan pengeluaran perkapita. Yang kedua dengan menekan angka garis kemiskinan dengan berbagai kebijakan untuk menekan penurunan harga kebutuhan bahan pokok. 

Dua aspek ini bisa dilaksanakan secara simultan dalam satu kata sederhana yang disebut “swasembada”. Artinya apabila Kabupaten Kebumen berubah dari kabupaten penerima produk menjadi Kabupaten Penghasil yang dapat mencukupi kebutuhannya sendiri maka sektor pendapatan meningkat karena produksi yang digenjot sekaligus sektor pengeluaran turun karena harga produk menjadi lebih murah. Saat ini harga bahan pokok dikabupaten Kebumen dianggap lebih mahal dari kabupaten lain karena merupakan produk yang didatangkan dari Kabupaten lain. 

Menjadikan Kebumen sebagai daerah swasembada pangan

Pengakuan Kabupaten Kebumen sebagai Unesco Global Geopark (UGG) bisa dijadikan momen kesempatan emas membangunkan macan tidur. Potensi luar biasa sepanjang Karangbolong-Karangsambung yang selama ini belum digarap secara optimal bisa dirintis mengingat konsekuensi pengakuan UGG yang harus memberikan dampak ekonomi sekaligus tetap menjaga kelestarian. Yang paling selaras dengan aspek ekonomi dan ekologi adalah sektor pertanian dan pariwisata. Apabila dibandingkan dengan Kawasan perbukitan dengan Kabupaten Lain semisal Magelang, Temanggung, dan Wonosobo terlihat cukup kontras terkait pemanfaatan lahan miring di Kabupaten Kebumen. Lahan tersebut gersang dan hanya berupa sawah tadah hujan. Pemenfaatan masih sangat terbatas untuk padi sekali tanam dan tembakau yang juga terbatas. Kalopun ada yang mendapatkan mata air jumlahnya tidak sebanding dengan luasan lahan yang tersedia. Kendala ketersediaan air pada saat kemarau yang menyebabkan tidak dapat berproduksi sepanjang tahun karena petani membiarkan saja lahannya kering tidak ditanami. Agak berbeda memang untuk sedikit lahan yang ada di Desa Sadang Wetan dan Kawasan Karst Karangbolong. Di Sadang Wetan terdapat Dam di hulu sungai Lukulo yang dialirkan ke sawah-sawah. Sedangkan Kawasan karangbolong keutara terdapat banyak mata air abadi yang dapat dialirkan sepanjang tahun kerumah-rumah dan ladang. Sehingga dikedua kawasan tersebut pertanian bisa berjalan sepanjang tahun. Namun luasanya masih sangat kecil dibandingkan lahan yang tidak mendapatkan air.

Mengatasi masalah ketersediaan air di area perbukitan memang tidak mudah. Beberapa Langkah telah ditempuh pemerintah dengan pembuatan saluran irigasi maupun Pembangunan embung. Namun pembangunan embung yang sudah dibuat di beberapa desa tidak efektif karena embung hanya bisa menampung air hujan yang jumlahnya terbatas dan tidak dapat diandalkan untuk mencukupi kebutuhan di musim kemarau. Ketiadaan saluran masuk (inlet) embung menyebabkan air yang ditampung sepanjang musim penghujan akan habis dalam beberapa hari saja. Pembangunan saluran irigasi baik yang dilakukan Dinas Pekerjaan Umum maupun Dinas Kehutanan yang memangku wilayah hutan juga hanya memanfaatkan air sepanjang musim penghujan. Irigasi yang ada otomatis kering bahkan sebelum musim kemarau masuk. 

Sepertinya kita perlu belajar dari Kabupaten Lain dalam hal penyediaan air dikawasan perbukitan. Kabupaten tetangga yang berhasil memanfaatkan bukit-bukit menjadi lahan pertanian yang subur dan dapat menghasilkan sayur mayur sepanjang tahun. Kabupaten Banyumas pernah melakukan eksplorasi banyak titik sumur dalam di perbukitan. Sumur-sumur yang disebut Jaringan Air Tanah (JIAT) yang kedalamnya bahkan lebih dari 200 meter. Sebagai informasi bahwa pelaksana pekerjaan pembuatan sumur dalam tersebut merupakan penyedia yang berasal dari Kebumen. Maka perlu dilihat lagi seberapa efektif Pembangunan sumur JIAT disana dan apakah dapat menyediakan kebutuhan irigasi disana. Irigasi dimaksud tidak harus berupa air yang mengalir secara berlimpah kesawah-sawah. Namun ketersediaan air di area sekitar sawah/ ladang juga sudah cukup sehingga petani dapat mengakses dengan pipa-pipa atau bahkan jika perlu menyediakan mesin sedot pompa air.

Memanfaatkan potensi kawasan Geopark

Penyediaan air ini memang tidak murah sehingga pemanfaatanya juga harus tepat dengan pilihan produksi pertanian yang ekonomis. Perilaku petani juga harus diubah dari yang hanya pasrah menanam padi mengikuti musim menjadi pejuang yang siap berinvestasi menanam komoditas hortikultura diluar tembakau. Sebagai perbandingan petani lahan tadah hujan di Kawasan urutsewu menanam padi hanya saat musim hujan. Sedangkan saat kemarau mereka menanam produk hortikultura yang tidak membutuhkan air dalam jumlah banyak namun bernilai ekonomis karena pengeluaran mereka untuk operasional mesin sedot air, pupuk, dan obat-obatan juga bertambah. Sehingga wajar apabila saat ini kawasan urut sewu yang tadinya lahan pasir tandus berubah menjadi hijau dengan komoditas sayur-mayur, cabai, buah-buahan, jagung dan kacang tanah. Jika lahan pasir saja bisa berproduksi dengan adanya air tanah maka kami yakin lahan tanah diperbukitan juga bisa menghasilkan yang besar kemungkinan Kabupaten Kebumen menjadi swasembada produk hortikultura dan jawara di Jawa Tengah.

##2  Diperlukan strategi edukasi berkelanjutan untuk melestarikan Geopark Kebumen

Binti Murtaziqoh, Mahasiswa tinggal di Kebumen

Setelah Geopark Kebumen resmi diakui UNESCO sebagai Geopark Dunia, langkah yang harus kita ambil selanjutnya adalah dengan menjaga keberlanjutannya dengan pendekatan yang terencana dan berkelanjutan terutama melalui pendidikan. Pengakuan ini memberikan peluang besar untuk mempromosikan Geopark Kebumen ke tingkat internasional, namun juga membawa tanggung jawab yang besar untuk memastikan kelestarian alam dan budaya yang ada di dalamnya. Melalui pendekatan pola diseminasi, advokasi, mitigasi, dan konservas, kita dapat menjaga Geopark Kebumen agar tetap lestari dan bermanfaat bagi generasi mendatang. Pengakuan ini bukan sekadar kebanggaan, namun juga sebuah tantangan untuk mengelola dan melestarikan kekayaan alam Kebumen secara bijaksana.

Sebagai langkah awal yang perlu dilakukan adalah memastikan masyarakat baik lokal maupun pengunjung, memahami pentingnya Geopark Kebumen. Hal ini bisa dilakukan melalui berbagai program edukasi mulai dari sekolah-sekolah hingga promosi atau kampanye di media sosial. Informasi harus terus disebarluaskan agar kesadaran masyarakat juga terus meningkat. Semakin cepat program edukasi ini dimulai, maka semakin baik dampaknya terhadap kesadaran publik. Selain itu, pengakuan UNESCO ini harus menjadi momentum awal untuk menanamkan rasa memiliki dan tanggung jawab terhadap geopark baik di kalangan anak-anak sekolah maupun masyarakat umum.

     Kita dapat memulai dari komunitas lokal yang ada di sekitar Geopark Kebumen. Masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan ini memegang peran penting sebagai penjaga pertama wilayah Geopark Kebumen. Mereka harus diberdayakan dan diberikan pemahaman yang mendalam mengenai cara menjaga keseimbangan antara pelestarian alam dan pengembangan pariwisata. Selain di masyarakat lokal program edukasi dan advokasi juga harus menyasar ke sekolah-sekolah, universitas, serta pusat informasi di Kebumen agar lebih banyak orang yang tau dan memahami nilai Geopark Kebumen. Kolaborasi antara pemerintah daerah, lembaga pendidikan, dan organisasi lokal sangat penting untuk mewujudkan program melestarikan Geoparak Kebumen.

     Kenapa hal ini begitu penting? Karena pengakuan sebagai geopark dunia tidak hanya membawa kehormatan dan perhatian internasional, tetapi juga membuka peluang besar bagi peningkatan sektor pariwisata serta pertumbuhan ekonomi di Kebumen. Dengan status ini, Geopark Kebumen berpotensi menarik lebih banyak wisatawan, baik domestik maupun mancanegara yang pada gilirannya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat lokal dan memajukan infrastruktur wilayah. Namun, tanpa adanya pengelolaan yang tepat dan strategi yang terukur status tersebut juga bisa menjadi ancaman serius bagi kelestarian alam jika terjadi eksploitasi berlebihan dan tidak terkendali yang akan merusak ekosistem unik dan keseimbangan lingkungan di kawasan tersebut. Oleh karena itu, peran edukasi sangat krusial dalam memastikan bahwa baik masyarakat lokal maupun wisatawan memahami nilai penting dari geopark ini, sehingga mereka lebih menghargai, menjaga, dan terlibat dalam upaya pelestarian. Edukasi yang berkelanjutan tidak hanya akan mengajarkan pentingnya menjaga lingkungan tetapi juga akan mendorong partisipasi aktif semua pihak dalam melindungi warisan alam ini agar tetap lestari untuk generasi mendatang.

     Contoh nyata bisa kita lihat dari Geopark Batur yang ada di Bali, di mana masyarakat lokal dilibatkan secara aktif dalam program pelatihan sebagai pemandu wisata serta pelindung alam. Hasilnya, masyarakat tidak hanya mendapatkan manfaat ekonomi dari wisatawan, tetapi juga ikut serta dalam menjaga lingkungan. Di Geopark Kebumen, pendekatan serupa bisa diterapkan dengan melibatkan masyarakat lokal dalam pelatihan terkait konservasi alam dan budaya. Selain itu, Geopark Gunung Sewu telah sukses melibatkan masyarakat dalam mitigasi bencana seperti longsor, sebuah langkah yang relevan mengingat kondisi geologi di Kebumen yang juga rawan bencana.

     Kita dapat memastikan bahwa Geopark Kebumen akan tetap lestari dan berkelanjutan dengan menerapkan strategi yang tepat. Sosialisasi dan dukungan berperan penting dalam meningkatkan kesadaran masyarakat, sementara mitigasi diperlukan untuk mengurangi risiko kerusakan lingkungan. Konservasi menjadi langkah penting untuk menjamin kelestarian Geopark Kebumen. Harapannya dengan partisipasi aktif dari masyarakat lokal, dukungan kebijakan pemerintah, serta kerja sama dari berbagai pihak, Geopark Kebumen dapat menjadi contoh geopark yang dikelola secara baik, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di dunia internasional. Selain menjaga kelestarian alam dan warisan budaya, pengelolaan yang baik ini juga berpotensi membuka peluang bagi pengembangan ekonomi dan pendidikan yang lebih luas bagi masyarakat sekitar.


#3 Berharap peran lebih dari komunitas   dalam melakukan edukasi Geopark Kebumen

Alisa Amelia, Mahasiswa, tinggal di Kebumen

Kebumen adalah salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang memiliki kondisi geografis yang beragam, mulai dari perbukitan, pesisir pantai, daerah geologi serta dataran rendah yang memiliki potensi pariwisata cukup tinggi. Salah satu potensi terbesar di Kebumen yang tidak dimiliki oleh kabupaten lain di Jawa Tengah adalah Geopark. Geopark Kebumen sudah diakui oleh UNESCO pada tahun 2024 sebagai UNESCO Global Geopark (UGGp). Daerah yang telah menjadi UGGp antara lain Geopark Karangsambung-Karangbolong, Geosite Watukelir, Gunung Parang dan Cangkring di bagian Kebumen Utara. 

Dengan adanya Geopark Kebumen sebagai situs geologi, diharapkan bisa menjadi sumber media pembelajaran bagi semua orang yang tertarik mempelajari batuan. Hal ini diperlukan adanya kontribusi pemerintah untuk menjalankan program ini. Di wilayah Karangsambung, sudah didirikan BRIN sebagai Badan Riset dan Inovasi Nasional. BRIN berfungsi sebagai pusat riset kebumian dan sumber penelitian bagi para ahli geologi dan mahasiswa sebagai salah satu infrastruktur yang disediakan oleh pemerintah. Di situs ini, terdapat tempat pertemuan antara lempeng Samudra Hindia dengan Benua Asia yang mengakibatkan terdapat banyak lempeng batuan beraneka jenis dan berusia jutaan tahun lalu di wilayah Geodiversitas ini. Di dalam pengelolaannya, BRIN juga bekerjasama dengan beberapa universitas, sekolah dan instansi dari berbagai kota di Indonesia untuk penelitian batuan atau kunjungan studi. 

Dalam mengembangkan Geopark Kebumen di bidang edukasi, pemerintah kabupaten Kebumen juga membentuk berbagai komunitas Geopark. Komunitas Geopark tersebut antara lain Kebumen Geopark Youth Forum dan Sekolah Bumi. Sekolah Bumi adalah komunitas berjangka pendek yang dilakukan tiap hari minggu selama enam minggu sebagai wadah pembelajaran geologi dan potensi di wilayah Kebumen yang diikuti oleh tiga puluh peserta dari beragam usia. Sedangkan Kebumen Geopark Youth Forum adalah wadah kesempatan untuk remaja berusia 16 - 30 tahun dengan tujuan menyadarkan masyarakat tentang pentingnya memanfaatkan sumber daya alam dan budaya secara bijak berdasarkan prinsip geopark. Kebumen Geopark Youth Forum sudah melakukan banyak kegiatan, antara lain geopark goes to school, edukasi dan penanaman mangrove, webinar tentang potensi bencana alam di kabupaten Kebumen dan kegiatan lainnya. Kegiatan dalam komunitas ini bertujuan meningkatkan skill para anggotanya dan memberikan edukasi kepada masyarakat, pelajar dan khalayak luas pengenalan tentang Geopark Kebumen. 

Geopark Kebumen tidak hanya sebatas batuan, tetapi terdapat banyak potensi daerah di Kebumen. Potensi tersebut antara lain Mata Air Panas Krakal yang dipercaya bisa menyembuhkan berbagai penyakit kulit. Air panas ini berasal dari patahan dalam serta pengaruh gradian geotermal, dengan kandungan sulfur rendah dan tinggi garam. Sedangkan keragaman alam meliputi Hutan Pager Jawa, kelapa genjah entok, jambu kristal, sapi PO dan hutan Mangrove. Keragaman budaya dan kerajinan yang dimiliki oleh kabupaten Kebumen adalah tari Cepetan, anyaman pandan, kerajinan bambu, genteng Soka dan batik Tanuraksan. Dengan banyaknya potensi yang dimiliki oleh kabupaten Kebumen dan telah menjadi  UNESCO Global Geopark (UGGp) diharapkan bisa menjadi tujuan eduwisata bagi pelajar, mahasiswa maupun wisatawan dari berbagai kota di Indonesia maupun mancanegara. Sebagai media pembelajaran mengenai geosite, kekayaan alam dan budaya di kabupaten Kebumen.

Tuesday, September 17, 2024

Tips praktis menulis artikel bagi pemula: "Geopark Kebumen resmi menjadi Geopark Dunia: apa upaya kita selanjutnya?"

Bagi  pemula, menulis artikel seringkali menjadi masalah. Banyak persoalan yang sering muncul, seperti judul yang tidak sesuai dengan isi tulisan, bingung harus menulis apa pada kalimat pertama, melebar di awal bahkan tidak bisa menemukan fokus. Namun tidak demikian bagi yang terbiasa menulis. Seorang penulis biasanya memiliki pola atau struktur tulisan. Sehingga bangunan tulisan itu logis dan runtut dan enak dibaca. 

Secara garis besar sebuah tulisan itu mengikuti pola: pendahuluan, batang tubuh atau isi tulisan dan penutup. Namun persoalan terbesarnya adalah bagaimana menempatkan ketiganya tersebut secara proporsional sejak dari menulis judul, pendahuluan, isi dan panjang tulisan, diksi dan gaya bahasa.Untuk ini saya akan berbagi beberapa tips praktis menulis artikel di media massa maupun di website.

Judul menarik dan mencerminkan isi

Untuk memperoleh judul yang menarik dan mencerminkan isi dapat dilakukan setelah penulis berhasuil menyelesaikan sebagaian atau seluruh tulisan. Sehingga tidak usah berfikir bahwa menulis judul itu harus di awal sebelum menulis. Aspek lain yang perlu dipertimbangkan adalah panjang kata dalam membuat judul tulisan. Sebaiknya sebuah judul tulisan memuat kata tidak lebih dari 12 kata. Judul tulisan yang terlalu panjang menjadi kurang menarik dan membosankan.

Isi yang tidak terlalu panjang

Selain judul, isi atau batang tubuh tulisan juga tidak  terlalu panjang. Berkisar  6-12  paragraf. Jika terlalu panjang, kebiasaan para pembaca  website, mereka mudah berpindah ke tulisan lain. Namun jika tulisan kita akan membahas suatu topik yang luas, dapat dilakukan dengan membuat sub judul.

Gunakan kalimat lengkap dan bahasa yang mudah dimengerti

Salah satu tujuan menulis adalah menuangkan gagasan agar diterima mudah oleh pembaca. Oleh karena itu gunakan kalimat lengkap, pola sederhana dan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti. Kalimat lengkap secara aturan tata bahasa harus mengandung subyek. Kalimat sederhana cukup mengandung subyek-predikat, subyek-obyek atau subyek-keterangan. Bukan merupakan kalimat majemuk. Kalimat yang panjang dapat mengaburkan makna dan sulit dimengerti

Membangun  paragraf yang dinamis anti macet

Tulisan sejatinya tersusun oleh paragraf yang saling terkait, saling menjelaskan. Terdiri dari kalimat sederhana yang terangkai dengan pilihan kata yang tepat penggunaannya. Berikut ini ada beberapa tips yang dapat digunakan  untuk membangun paragraf.

  • Kembangkan paragraf dengan pola D-A-M-K (Duduk perkara-Analisa-Misal-Kesimpulan)
  • Dengan pola D-A-M-K ini mulailah tulisan kita  dengan pernyataan atau pandangan/sikap  penulis tentang sesuatu persoalan, dengan menggunakan kalimat lengkap. Jika terdapat banyak pandangan, pilih yang sangat penting.
  • Jelaskan lebih rinci pandangan kita tersebut dari aspek Apa, Kapan, Dimana Bagaimana terjadinya dan Mengapa bisa terjadi,  Penjelasan ini biasa disebut dengan 5W 1H
  • Setelah cukup kita menjelaskan pandangan kita, jangan lupa berikan contoh riil atau data yang mendukung. Tujuannya untuk meyakinkan pandangan kita kepada pembaca. Suatu persoalan yang didukung data nampak menjadi riil atau nyata.
  • Buatlah ringkasan dan kesimpulan,  atau saran  dan harapan

Geopark kelas dunia: apa yang harus kita perbuat?

Keberadaanya harus dipertahankan, agar geopark bermanfaat bagi masyarakat yang hidup di dalamnya. Untuk itu, Geopark Kebumen harus (1) menjaga kelestarian geopark dari kerusakan atau pengrusakan (konservasi)  (2) memanfaatkan geopark sebagai media pembelajaran atau sumber belajar, sehingga menumbuhkan kesadaran untuk memanfaatkanya secara bijak (edukasi) (3) mengolah dan mengembangkan geopark menjadi bernilai ekonomi yang berkelanjutan (ekonomi)

Langkah-langkah menulis:
  1. Pilih satu diantara tiga tema di atas, bisa nemilih tema konservasi atau edukasi atau ekonomi berkelanjutan
  2. Kembanglan dengan poila D-A-M-K
  3. Mulailah dengan menuliskan pandangan/sikap  kita tentang apa yang harus kita perbuat, setelah Geopark Kebumen resmi diakui UNESCO sebagai Geopark Dunia dengan menggunakan kalimat lengkap. 
  4. Jelaskan lebih rinci pandangan kita tersebut dari aspek Apa, Kapan, Dimana Bagaimana terjadinya dan Mengapa bisa terjadi,  
  5. Setelah cukup kita menjelaskan pandangan kita, jangan lupa berikan contoh riil atau data yang mendukung. Tujuannya untuk meyakinkan pandangan kita kepada pembaca. tentang ide sesuatu yang harus kita perbuat terhadap Geopark kita.
  6. Buatlah ringkasan dan kesimpulan,  atau saran  dan harapan
  7. Masya Allah. Alhamdulillah. Kita sudah berhasil menuangkan ide kita bagaimana menyelamatkan keberadaan Geopark Kebumen sebagai Geopark kelas Dunia!

Monday, August 19, 2024

Menikmati santai Forum konsultasi publik KPPN Purworejo di taman matoa

Menghadiri undangan rapat di KPPN Purworejo, identik serius membahas evaluasi capaian  APBN Desa. Namun tidak untuk kali ini. Pagi itu saya datang terhitung gasik, panitia pun ada yang masih menyiapkan beberapa properti rapat. Tamu tidak diterima di aula, namun rapat kali ini diselenggarakan di luar ruangan kantor. Mengambil tempat  di sebuah lokasi yang hanya beberapa meter saja dari tempat parkir. 

Taman Matoa!

Di lokasi ini tumbuh sebuah pohon matoa. Pohon asli Papua itu, dari penuturan Kepala KPPN, Ibu Yessy Silvia Maharini,  ditanam sudah lebih dari 20 tahun lalu. Kini pohon itu sudah tumbuh besar, bahkan besarnya lebih dari sedekap orang dewasa. Tinggi batang pohonnya kurang lebih 20 meter. Di habitat aslinya, pohon matoa (Pometia Pinnata) dapat tumbuh mencapai tinggi 50 meter dengan akar  tunggang. Sedangkan cabang dan ranting matoa  tumbuh miring hingga mendatar, sehingga membentuk pohon ini menjadi rindang . Oleh karena itu, sangatlah cocok buat lokasi penyelenggaraan rapat outdoor, dengan payung pohon matoa. Apalagi saat ini, pohon matoa di KPPN Purworejo sedang berbuah, sehingga semakin sedap dipandang mata. Buah matoa berbentuk bulat lonjong sebesar telur puyuh. Kulit luar buah (cangkang) licin berwarna kuning kehijauan ketika muda dan pada saat masak berwarna cokelat kemerahan.

Peningkatan Kualitas

Forum Konsultasi Publik KPPN Purworejo kali ini dilaksanakan dalam rangka mewujudkan pelayanan yang  berkualitas, cepat, mudah, akuntabel, partisipatif  dan berkeadilan yang inklusif. Terhadap tema kualitas pelayanan, Kepala KPPN Ibu Yessy mengharapkan adanya opini dan masukan dari pengguna layanan  dalam upaya peningkatan kualitas layanan maupun implementasi pengelolaan digitalisasi pembayaran pelayanan perbendaharaan untuk disabilitas, dalam keadaan khusus atau bencana, mendorong kearifan lokal serta kebutuhan informasi publik yang diperlukan.Pada kesempatan itu juga dilakukan paparan dan  komunikasi dialogis dengan unsur pengguna seperti sekolah, desa, organisasi kemasyarakatan dan budaya, difabilitas, kebencanaan, pers dan Satker.

Saat giliran saya menyampaikan tanggapan, kesempatan saya memberikan masukan kepada KPPN dalam kesiapsiagaan menghadapi keadaan darurat dan kebutuhan informasi publik. Dalam hal kesiapsiagaan keadaan darurat diperlukan redundancy system untuk penyiapan dua atau lebih sumberdaya yang aktif sekaligus sebagai  back up ketika terjadi keadaan darurat seperti penyimpanan data, sumber listrik, tim help desk, provider layanan internet. Dalam hal kebutuhan informasi publik yang dibutuhkan  pengguna, bahwa sebagai Badan Publik KPPN Purworejo selain harus menyediakan informasi yang setiap saat dan berkala, KPPN juga harus menyediakan informasi yang serta merta atau mendadak. Informasi ini seperti perubahan dalam kebijakan keuangan di Tingkat Pusat yang berlaku di Desa atau tambahan atau perubahan  persyaratan  penerima  BLTDD.

Secara keseluruhan acara konsultasi publik KPPN Purworejo kali ini berjalan sesuai agenda dalam situasi santai dan humanis. Acara diakhiri dengan penandatanganan berita acara layaknya rapat-rapat dinas. Namun kali ini ibu Yessi, mengjak serta seluruh tamunya untuk melihat dari dekat seluruh ruang dalamnya KPPN Purworejo. Luar biasa! Sudah selayaknya WBBM segera dapat terwujud. Semoga



Tuesday, July 16, 2024

MASYARAKAT SASAK ENDE: Kuat menjaga tradisi


Memasuki desa Sasak Ende, Sengkol Kecamatan Pujut, Lombok Tengah adalah menikmati kekhasan budaya masyarakat Sasak yang terjaga. Beberapa bangunan dengan ciri tertentu mencerminkan tradisi yang dirawat dan dijaga seluruh warganya. Seperti yang diungkapkan Amak Sultan seorang warga yang sekaligus menjadi pemandu lokal di sana.

Kekhasan bangunan adat Sasak

Berbagai bangunan fisik masyarakat Sasak Ende memanfaatkan bahan dari alam sekitar seperti tanah liat, kayu, bambu dan alang-alang. Pemanfaatan bahan-bahan alami ini mencerminkan keselarasan dengan alam sekitar dan kearifan lokal masyarakat Sasak Ende. Termasuk memanfaatkan kotoran ternak sebagai semen "roda ampat" sebagai penguat struktur bangunan lantai dan diyakini juga untuk mengusir serangga, nyamuk dan gangguan-gangguan energi "negatif" dari luar. Dijelaskan Sultan, dalam keseharian masyarakat Sasak Ende terutama laki-lakinya lebih banyak berada di luar rumah. Teras rumah menjadi arena publik untuk menerima tamu, santai dan bercengkerama.

Berbagai bentuk bangunan dibuat oleh warga sesuai peruntukannya, seperti _balai tani_ untuk rumah tinggal, _balai jajar_ untuk rumah pertemuan warga, _balai lumbung_ untuk menyimpan padi dan hasil pertanian lainnya, pos kamling untuk gardu jaga warga yang dibuat dengan struktur panggung dan mushola untuk tempat warga menunaikan ibadah. Dari macam bangunan itu, menurut sultan ada kekgasan dalam bentuk atap. atap: Atap rumah masyarakat Sasak Ende berbentuk seperti tumpeng terbalik, dengan tingkat yang semakin ke atas semakin kecil. Bentuk atap ini memiliki filosofi sebagai simbol kesakralan dan keharmonisan dengan alam. Dalam hal atap depan _balai tani_ dibuat relatif rendah, sehingga  ketika seseorang memasuki harus merunduk. Mengandung makna nilai filosofi untuk sopan santun ketika bertamu atau memasuki rumah.


Pembagian ruang dalam rumah adat Sasak Ende, Lombok memiliki tata ruang yang jelas, diantaranya ada untuk tempat tinggal, dapur, lumbung, dan tempat ibadah. Tata ruang ini mencerminkan nilai-nilai budaya dan tradisi masyarakat Sasak Ende.

Tradisi pernikahan yang unik dan menarik

Begitu juga dalam tradisi pernikahan orang Sasak Ende, paling tidak harus melewati enam tahapan yang begitu dramatis. Sejak dari _merarik, selabar, nuntut wali, nyongkolan, sorong-serah dan kuwade_ atau duduk di pelaminan. Walaupun adat  pernikahan tersebut  terkesan ribet, namun unik dan  menarik. Sehingga nilai dan tradisi ini justru menjadi kebanggan bagi masyarakat Sasak Ende untuk menjaga nilai dan tradisi tersebut Diantara enam tahapan dalam proses pernikahan masyarakat Sasak Ende, hal yang terdengar aneh adalah _merarik_ atau menculik gadis. Menculik gadis pada masyarakat Sasak Ende adalah proses melarikan anak perempuan orang lain yang sebelumnya telah melakukan kesepakatan terlebih dahulu diantara laki-laki dan perempuan tersebut tanpa sepengetahuan dari pihak orang tua dengan tujuan untuk menikah.


Riuhnya peringatan merdi bumi di desa Kaligending, Kecamatan Karangsambung*

Mungkin tradisi _merdi bumi_ menjadi salah satu momen sangat penting di desa Kaligending. Momen yang perlu mengerahkan persiapan ekstra, baik dari aspek waktu, tenaga, perlengkapan dan tentu dana yang tidak sedikit.  Merdi bumi menjadi  tradisi desa yang diperingati hampir setiap tahun di bulan Muharam itu dilaksanakan stidak kurang dari lima hari. Dari penuturan Kades Kaligending, Lukman tradisi  merdi bumi dilaksanakan di dua pedukuhan, yakni dukuh Duwet yang meliputi tiga RW dan pedukuhan Kalikudu meliputi dua RW. Meskipun masih dalam satu desa, dua pedukuhan tersebut memiliki kekhasan dalam kesenian dan tradisinya.

Tayub di dukuh Duwet

Prosesi Merdi Bumi di dukuh Duwet dilaksanakan selama tiga hari, dimulai dengan ziarah leluhur para pendiri desa,  selamatan tumpeng  bucon yaitu nasi gunungan yang dibentuk kerucut  berisi  ingkung ayam yang diselimuti bumbu mogana dari nangka muda yang dicacah lembut dengan cita rasa pedas-asin penuh aroma serai.

Selanjutnya acara merdi bumi diramaikan dengan tenonganm yaitu para kepala keluarga membawa makanan dan jajan pasar yang dikemas dalam sebuah wadah terbuat dari bambu yang dianyam. Beberapa tenong juga diberi pita warna warni sebagai hiasan. Sore harinya diselenggarakan pentas kudakepang yang dimainkan oleh kelompok seni lokal terdiri dari anak-anak muda yang ada di desa  Kaligending.

Di akhir rangkaian tradisi merdi bumidi pedukuhan Dhuwet diselenggarakan  tayuban yang melibatkan beberapa penari, dengan sesekali mengajak  penonton untuk ikut serta menari. Dalam seni tari tradisional tayub ini menjadi riuh, karena cara penari mengajak penonton untuk ikut menari dengan cara mengalungkan kain selendang sampur.  Penari kemudian menariknya ke arena mengikuti irama musik  diatonis gamelan.

Wayang kulit di dukuh Kalikudu

Tradisi merdi bumi di dukuh Kalikudu, desa Kaligending Kecamatan  Karangsambung diselenggarakan dalam bentuk upacara memotong kambing kendhit, gelar sewu tumpeng, dan pentas k3seniqn wayang kulit. Tradisi ini biasa dilaksanakan selama bulan Mukharam. Kambing kendhit adalah kambing berwarna hitam dengan corak putih melingkar tubuh di bagian tengahnya.Terhadap tradisi potong kambing _kendhit_ oleh pakar Javanologi UNS Prof. Sahid Teguh Widodo menjelaskan, bahwa sedekahan itu merupakan salah satu tradisi yang dilakukan masyarakat Indonesia. 

"Itu menunjukkan masih ada semesta simbolik dari zaman dahulu, yang masih dilakukan sekarang. Karena keyakinan seseorang itu substansinya berkorban atau sedekah, mengurangi apa yang kita peroleh diberikan kepada orang lain dalam bentuk apapun," seperti dikutip detikJateng.

Friday, December 15, 2023

Desa Panglipuran: Terbersih se-dunia karena kekuatan adatnya

Ini adalah moment out-door terbaik ketika berkesempatan berkunjung ke Bali, bersama rombongan Bumdesma Bodronolo Kebumen,  Rabu (13/12/2023) siang itu. Dari penjelasan pemandu, Desa Penglipuran  terletak di Kabupaten Bangli, Provinsi Bali. Desa yang merupakan  satu diantara banyak desa adat di Bali dengan banyak daya tarik yang unik.  Sehingga menarik minatku untuk mencari tahu ke sana.

Pesona Desa Penglipuran bukan dari pantainya yang menenangkan, bukan dari bentangan alamnya yang mengagumkan, bukan karena pesona bawah lautnya yang spektakuler, namun karena kekuatan memegang adat dan keharmonisan masyarakatnya. Benar, baru beberapa langkah saja dari area parkir menuju gapura desa Panglipuran sudah terasa daya tariknya. Tidak ada sampah dan bebas polusi! Lingkungan tradisional yang bersih, asri dan tertata rapi.

Berjalan memasuki desa ini, terasa lega, hilang sesak di dada. Karena  suasana segar dan  warna hijau  tanaman yang rapi tertata. Semakin  masuk ke area desa, udara dan pemandangan akan semakin terasa sejuk dan asri dengan pemandangan pagar tanaman  yang menghiasi seluruh area desa. Menurut penuturan Biyang Lancar yang aku singgahi rumahnya, ia, anak dan menantunya setiap hari sejak pagi buta sudah bersih-bersih rumah dan lingkungan pekarangan termasuk jalan lingkungan. Tentu jalan lingkungan yang ada tepat di depan atau samping rumahnya. Selain itu, kata ibu dari dua anak laki dan perempuan itu ada aturan adat yang berlaku di desa ini. "Ketika berjalan  dan mengelilingi desa ini, dilarang menggunakan kendaraan bermotor. Hal ini diberlakukan  untuk menjaga lingkungan Desa Penglipuran agar bebas dari udara kotor.  Selain itu, masyarakat juga tamu dilarang membuang sampah sembarangan. Di Desa Penglipuran, sudah disediakan tempat sampah kira-kira setiap 30 meter" tukasnya mengakhiri penuturannya. Bersamaan turunnya hujan siang itu, Biyang lancar dengan anak dan menantunya segera merapikan barang dagangan di seambi ramahnya, agar tidak basah.

Saturday, November 4, 2023

Batik LOGANDENG: Penuh keguyubrukunan warganya

Meski datang terlambat, Kamis sore itu (2/11/2023) saya tidak melewatkan kesempatan untuk berkunjung ke kelompok usaha batik di Kalurahan Logandeng, Kecamatan Playen, Gunungkidul. Untuk mengambil sebagian kecil dari banyak  prestasi desa Juara Lomba Desa Nasional ini, saya mengambil angel kelompok usaha batik.

Motif batik yang dikelola kelompok perempuan "Jemari ibu" jelas menggambarkan motif campuran. Motif batik ini nampak memasukkan  motif kontemporer, namun tetap mempertahankan motif pohon lo yang melegenda. Keberadaan pohon Lo (Ficus Racemosa) tidak lepas dari legenda desa Logandeng. Menurut penuturan Kepala Kalurahan, Bopo Suhardi, di awal sejarahnya di daerah ini tumbuh subur tanaman pohon lo. Saking suburnya tumbuhan itu  saling "bergandengan" menyatu antar pohon lainnya.

Motif lo gandeng, seperti dituturkan bu Ddhukuh Siyono, Kristina, mengandung makna petsatuan. Bahwa kekuatan desa ini dibangun dengan bersatunya kekuatan padhukuhan, dhusun, keluarga dan seluruh masyarakat yang ada di desa ini sebagai nilai luhur yang ada secara turun temurun. Sedangkan motif kontemporer, mencerminkan masyarakat desa Logandeng juga dapat menyesuaikan terhadap perkembangan jaman dan mengadopsi tren kekinian. Nilai-nilai luhur masyarakat Logandeng tentang persatuan, kesatuan kerjasama dalam membangun desa masih sangat kuat. Hal ini juga diakui ibu Sutroyani dan Sumini yang kami temui saat menyelesaikan pembatikan di kelompok Batik "Jemari Ibu" Dari penuturan kedua emak-emak ini, bahwa keguyubrukunan warga ini tercermin dari berbagai kegiatan.  Begitu juga dalam kelompok usaha batik yang dibentuk Bopo lurah ini.

Ada beberapa orang yang bergabung dalam usaha kelompok batik ini. Masing-masing orang saling membantu, disamping memiliki tugas pokoknya. Ada yang berperan dalam menetapkan pola, melukis dengan malam, mewarnai, nge-blok, hingga mencuci , mengemas kalau batik sudah jadi. dan batik siap di kirim ke pemesan atau di jual. Ada tiga jenis batik yang dikerjakan oleh para emak-emak di "Jemari Ibu" ini, yaitu batik tulis, batik cap dan campuran batik tulis dan cap. Tergantung dari pesanan pembeli. Tentu, akan berpengaruh dalam harga. Sebagai gambaran, satu lembar batik tulis akan selesai kurang lebih satu minggu. Sedangkan batik cap, dalam sehari mak-emak ini dapat menyelesaikan 6-7 lembar kain batik. Luarbiasa.



Tuesday, July 25, 2023

Selamat Jalan Mas Adityo Wibowo

 Di kalangan pebisnis, kaum muda, dan komunitas di Kebumen tentu sangat mengenal sosok mas Adityo Wibowo. Sosok muda yang enerjik, kreatif dan inovatif, memiliki jiwa enterpreunership yang tinggi. Hal inilah menyebabkan mas Adit, begitu panggilan akrabnya, memiliki banyak kegiatan dan seabreg aktivitas bisnis maupun sosial. Sayapun mulai mengenal mas Adit di kegiatan sosial KAGAMA (Keluarga Alumni Gadjah Mada,) Cabang Kebumen. Di KAGAMA mas Adit duduk di Bidang Pengembangan SDM, Inovasi dan Teknologi sejak tahun 2015. Melalui ide dan kreativitasnya banyak lahir kegiatan dan aksi sosial dalam hal peningkatan kapasitas alumni maupun masyarakat umum.

 Selain aktivitasnya di KAGAMA, mas Adit juga memiliki kesibukan pribadi sebagai Managing Director PT Selera Masa Berkah Wisata, Managing Director PT Mandiri Argo Sejahtera dan Direktur CV Hasta Karya.

Sosok humanis dan peduli

Dalam catatan saya sebagai anggota Satgas, Mas Adit adalah sosok muda yang berinovasi, di tengah dahsyatnya pandemi Covid-19, demi menyelamatkan "dapur" puluhan karyawannya. Hampir enam bulan perusahaan  jasa angkutan bus yang dia pimpin, tidak dapat beroperasi dan tidak dapat pemasukan akibat kebijakan pemerintah dan pembatasan penggunaan moda transportasi umum, kala itu.

Inovasi yang dilakukan mas Adit, adalah menyulap bus Selera Masa, menjadi cafe berjalan. Dalam inovasinya itu fihaknya menggandeng Radio Kopi, cafe kekinian dengan co-working space untuk menyajikan berbagai macam menu makanan, minuman dan camilan selama trip berlangsung.Untuk menyulap sebuah bis menjadi cafe berjalan, maka hal yang dilakukan adalah mengubah tempat duduk dan menambahkan meja, menetapkan rute pendek dan  menerapkan protokol pencegahan Covid-19. Setiap penumpang termasuk kru bus, wajib dicek suhunya, cuci tangan dengan hand sanitizer dan mengenakan masker.

Kemunculan cafe berjalan dengan mengusung brand cafe on bus itu tentulah disambut gembira para penumpang, seperti dikutip dari Kebumen Ekspres, karena mereka bisa berwisata sekaligus memperoleh hiburan di tengah suasana jenuh  pandemik yang berkepanjangan. Selain itu dengan  cafe on bus, penumpang memperoleh suasana perjalanan yang sensasional. Terlebih disediakan fasilitas makanan, camilan dan kopi yang bisa dinikmati selama perjalanan.

Bagi banyak orang penumpang, merupakan pengalaman yang mengasyikkan. Namun lebih dari itu bagi mas Adit, cafe on bus adalah pengalaman batin yang dalam, penuh syukur dapat menjadi jalan rezeki bagi puluhan karyawannya, di tengah suasana pandemi.

Semoga kebaikan hatinya dapat menjadi penerang jalan. Selamat jalan mas Adityo Wibowo.

Tuesday, July 4, 2023

GOA SILODONG: Eksotisme, Keramahan dan citarasa nasi Mogana


Setelah berjalan kaki, kira-kira 15 menit dari tempat kami parkir kendaraan,  akhirnya sampailah kami di mulut gua si-lodong. Oleh pegiat wisata desa disiapkan tempat duduk di atas gelaran tikar, cukup menampung 30 orang. Kami pun istirahat  sejenak, duduk dan melepas alas kaki. Sambil menghela nafas, terasa angin bertiup dari sela pepohonan dan batuan goa. Sejuk. Disitu sudah ada rombongan BRIN yang mengarahkan kami sebelumnya.  Ada pak doktor Chusni ,pak Triharjito. pak Sugiharto. pak Sukiman. pak Edi ,pak Haris dan bu Novi, 

Ada sajian khas pedesaan yang menggugah selera. Dua bakul nasi mogana! Masih hangat. Nasi gurih, di dalamnya ada  ayam ingkung dengan bumbu urab kelapa parut,  dengan cita rasa  pedas-asin. Disajikan di atas lembaran daun jati segar. Dimakan pakai tangan dengan rajangan lembut petai dan sayuran lokal.  Sungguh menggugah selera dengan suasana alam terbuka. Belum lagi teh panas, kental manis, dan singkong rebus. Lengkap sudah   mengembalikan tenaga kami yang hilang.

Misi "ekspedisi"

Tidak seperti  para geologist BRIN  Karangsambung datang untuk  melihat jenis dan sejarah terbentuknya batuan goa, maksud kunjungan kami ke goa silodong,  selain menikmati pesona salah satu situs geopark Kebumen, juga  mencari peluang pemberdayaan masyarakat sekitar dalam rangka membangun dan merawat bumi, batuan dan goa yang ada dengan baik. 

Sekilas kami melihat potensi yang bisa dipoles untuk dikembangkan. Di pemukiman terakhir dekat goa silodong, ada sekelompok keluarga yang menjajakan hasil anyaman pandan.  Sementara ada seorang ibu dan neneknya serius menyelesaikan complong, lembaran anyaman pandan yang nantinya sebagai bahan dasar beraneka produk kerajinan sepeti dompet, slepen,  topi, tas, tempat  koran dll.

Ada juga yang menjual pupuk  guano yang dikemas kiloan. Keberadaan goa silodong yang di dalamnya juga untuk hidup sekelompok kelelawar, kotorannya yang sudah bercampur tanah di dalam gua memiliki nilai ekonomi bagi penduduk setempat. Pupuk guano dari kotaran kelelawar itu sangat bagus untuk pupuk organik sebagai penyubur tanaman dan laku dijual.

Selain kesan exotic goa silodong yang masih perawan dengan banyak hiasan stalagtit "hidup", kesan yang mendalam adalah keramahan para pegiat wisata desa yang dikomandani pak Kades Langse Gunawan Sugiyanto dalam menyambut pendatang. Ini bisa jadi modal awal untuk membangun Desa Wisata Goa Silodong dengan devisi pemandu wisata yang handal, devisi kuliner  penuh cita rasa, devisi home stay yang mengesankan dan devisi cinderamata yang kreatif. Keberadaan mushola mungil yang bersih dengan ketersediaan sumber air yang cukup bisa menjadi daya tarik untuk dikembangkan menjadi rest area yang nyaman, Semoga,

Saturday, February 4, 2023

Masyarakat Bintan erat dengan kehidupan di atas kelong

Bersyukur ketika berkesempatan ke Bintan, saya bertemu   Adi Kurniawan.  Adalah seorang  tour guide yang membawa rombongan kami  ke banyak tempat. Sepanjang jalan banyak mengungkap keunikan pulau penghasil beuksit ini. Bukan saja cerita Beuksit sebagai mineral logam  bahan utama alumunium.

Namun dengan gayanya yang kadang kocak juga bercerita tentang budaya masyarakat Bintan merawat
kelong  baik yang  apung maupun tanam untuk kelangsungan hidup dan ekonomi keluarganya.

Masyarakat Bintan dalam  memelihara ikan, bisa berhari-hari bahkan dua mingguan hidup di atas _kelong_. Semacam keramba kayu yang dilengkapi jaring di kanan-kirinya, dengan bangunan rumah kayu di atasnya.
Selama diatas kelong, mereka mengerjakan semua hal disitu, sejak menjaring, memberi makan, merawat dan memijahkan ikan-ikan itu, hingga memanen dan membawanya pulang atau menjualnya.

Tuesday, December 13, 2022

Menemukan produk enzim berkualitas

Buku tulisan  Hiromi Sinya The Miracle of Enzyme seolah menjadi magnet. Buku yang membuka cakrawala baru  ilmu pengetahuan kesehatan dan kedokteran. Buku yang mengungkap pentingnya keberadaan  enzim dalam kehidupan dan  meraih kesehatan dan hidup lebih lama  telah mendorong pada perbaikan pola kebiasaan , memilih bahan makanan dan cara makan. Serta menumbuhkan kesadaran untuk menghindari makan makanan yang justru menguras enzim dan memilih makan makanan yang meningkatkan kekebalan tubuh dan meningkatkan jumlah enzim.

Bermunculan produk Enzim

Hampir satu dasawarsa buku yang relatif enak dibaca awam itu menjadi best seller di Indonesia juga telah mendorong munculnya banyak produk enzim di pasaran, Baik produk import maupun dalam negeri. Dipasarkan secara konvensional melalui outlet, apotik dan toko obat, melalui pemasaran online maupun melalui penjualan langsung oleh distributor kepada calon pengguna.

Selama periode pandemi Covid-19, pemasaran produk enzim dan suplemen lainnya banyak didominasi secara mencolok melalui perdagangan online. Masyarakat lebih memilih praktis dan aman tidak keluar rumah bisa pesan dan membeli produk dan membayar dari rumah. Ditambah lagi masih ada diskon dan bebas ongkos kirim. Lalu lintas perdagangan online sangat tinggi.

Nampaknya menggembirakan, pergerakan uang dan nilai ekonomi meningkat di masa pandemi, di tengah-tengah perdagangan di pasar tradisional dan konvensional terpuruk. Namun, ada kekhawatiran bahwa dalam sistem perdagangan online, konsumen tidak ada jaminan memperoleh produk yang berkualitas dan sesuai spesifikasi yang ditawarkan.

Insya Allah bersambung...


Wednesday, November 23, 2022

THE MIRACLE OF ENZYME: Buku hebat untuk hidup sehat dan hidup lebih lama



Buku The Miracle of Enzyme sejauh ini merupakan buku hasil riset yang sangat lengkap membahas kehebatan enzim. Ditulis oleh dokter bedah senior Jepang, Hiromi Sinya. Ditulis dan disajikan dengan sangat menarik. Dengan gaya bertutur mengalir, menggunakan bahasa yang ringan dan mudah dicerna. Sekalipun dibaca oleh orang awam.

Rahasia kehebatan enzyme
Enzim bertanggung jawab atas seluruh fungsi-fungsi tubuh, gerakan organ, irama pernafasan dan detak jantung. Selain itu, keberadaan enzim berfungsi pada perbaikan sel tubuh yang rusak dan regenerasi sel yang tua, layu dan lemah. Sehingga kekuatan enzim merupakan energi untuk hidup dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

Menurut Hiromi, karena enzimlah sel tubuh kita jadi hidup, bisa bergerak, tumbuh dan berfungsi sempurna. Lambung kita bisa sehat, pankreas, jantung, hati dan paru-paru kita dapat menjalankan fungsinya dengan baik ketika jumlah enzim yang ada dalam tubuh kita dalam jumlah yang cukup. Sehingga dengan enzim, kita bisa hidup sehat dan  hidup lebih lama.

Mati, menurut Hiromi adalah kondisi manakala habisnya enzim di masing-masing bagian, dalam tubuh dalam waktu yang panjang/kronis. Karena sejatinya melalui mekanisme enzim, memungkinkan tubuh dapat menyembuhkan dirinya sendiri melalui fungsi enzim pangkal.

Upaya menjaga keseimbangan  enzim
Oleh karena itu, sejatinya ikhtiar manusia untuk sehat adalah upaya mempertahankan jumlah enzim dalam tubuh tersedia dalam keadaan cukup. Baik menjaga keberadaan enzim yang ada di dalam tubuh, maupun memilih makan makanan yang banyak mengandung enzim. Atau sebaliknya menghindari makanan yang menguras enzim di dalam tubuh.

(1) Menghindari bahan makanan yang menguras Enzim
Dalam kehidupan sehari-hari ternyata banyak makananan yang sejatinya menguras enzim dalam tubuh, seperti: margarin, susu sapi, minyak/gorengan, alkohol, tembakau/rokok, daging, obat/kimia dan dan bahkan nasi! Menurut Hiromi nasi di jaman sekarang sudah menjadi bahan "mati" karena telah kehilangan kulit arinya,

(2) Memilih bahan makanan
Selain itu, menjaga keseimbangan Enzim dapat dilakukan dengan memperbaiki cara makan dan memilih bahan makanan, seperti: 
  • mengunyah 30-50 kali, 
  • minum setengah jam sebelum makan, makan 4-5 jam sebelum tidur, 
  • makan sayur, buah, biji-bijian segar, 
  • jangan terlalu banyak protein hewani (15% atau 1 gram per kilo berat badan), 
  • makan enak (dengan gembira),  
  • minum air putih hangat, 
  • minum teh tidak lebih dari 3 cangkir sehari,
(3) Memperbaiki pola kebiasaan.
Cara lain untuk menjaga keseimbangan enzim adalah dengan menjaga kebiasaan yang dapat mempertahankan jumlah enzim, seperti:
  • tidak makan sebelum tidur, saat tidur dalam posisi perut kosong 
  • minum 2 gelas (500 ml) 1 jam sebelum makan
  • minum setelah bangun tidur pagi hari 
  • makan buah 30 menit sebelum makan
  • engukus sayuran 2 menit 
  • biasakan tidur siang 5 menit setiap hari
Masih perlukah suplemen Enzim
Sayangnya, pertambahan umur, kebiasaan dalam pola makan dan gaya hidup, jenis makanan dan caranya makan kita sebagian besarv salah. Kondisi ini  telah membuat enzim pangkal yang ada di dalam tubuh kita, justru terkuras habis. Ketika banyak jenis enzim yang hilang, maka timbul lah banyak gangguan pada tubuh dan muncul banyak penyakit.

Untuk itulah perlunya menjaga/mempertahankan jumlah enzim di dalam tubuh juga  perlunya mengkonsumsi bahan makanan yang banyak mengandung enzim. Sehingga keberadaan produk enzim yang berkualitas baik sebagai suplemen dan berfungsi mengatasi hampir semua masalah penyakit yang menyerang tubuh kita sangat diperlukan.

Saturday, October 15, 2022

Serunya Bermalam di Griya Lesanpura Deswita Rejosari


Bertempat di homestay Griya Lesanpura, rombongan studi banding kawasan pedesaan diterima oleh Kades Desa  Wisata (Deswita) Rejosari, Kecamatan Bansari, Kabupaten Temanggung, Teguh Rahayu (9/10/2022). Rumah yang dirancang oleh pemiliknya Wiyanto-seorang guru sejarah di SMP Negeri 2 Kretek Wonosobo ini memilih gaya arsitektur kuno dengan banyak memasukkan ornamen klasik ini mengingatkan kita pada sejarah, jauh ke masa "zaman pewayangan". Nama Lesanpura ini mengambil dari nama sebuah kerajaan asal ksatria dalam tradisi pewayangan Jawa, Satyaki, yang merupakan sepupu Kresna dan Pandawa. Styaki tinggal di kasatriyan Swalabumi.

Bergaya elektik

Rumah ini bukan bangunan peninggalan kuno. Rumah ini dibangun tahun 2010.  Menurut penuturanya bangunan ini belum selesai, karena Wiyanto sangat selektif dalam memilih model bangunan hingga perabotannya. Plafon yang tinggi, hiasan di atas genteng, daun pintu hingga engsel, ukiran pada “umpak” pilar utama rumah.  Pemilihan warna cat tembok yang dominan putih “broken white”, sedangkan warna cat kayu kombinasi hijau tua dengan kuning. Kesemuanya mencirikan bangunan kuno layaknya sebuah “padepokan”.

Memasuki ruangan rumah, di setiap dindingnya banyak dihiasi pigura bergambar presiden Soekarno dan presiden  Suharto dengan berbagai situasi. Termasuk ketika Presiden Soekarno berdampingan dengan Presiden AS John F. Kenedy. Gambar foto-foto tersebut berukuran besar seperti poster. Sekilas ruangan-ruangan ini terkesan seperti “museum” sejarah.

Di dalam ruangan, langka terlihat perabot. Hanya terdapat beberapa meja credenza klasik, tanpa kursi. Kami berkumpul, makan, mendengarkan paparan dari pejabat Bappeda, PMD Pemkab Temanggung dan pak Kades Teguh Rahayu, malam itu dengan duduk lesehan di atas karpet; yang menutupi tegel-tegel warna semen polos klasik.

Lebih seru ketika memasuki ruang tengah, yang dibiarkan terbuka tanpa tembok pemisah, sehingga menjadi ruangan yang luas. Di sini ada koleksi tanaman hias, kolam ikan, beberapa set meja-kursi kayu tamu dan kursi resban kayu tebal dengan motif ukiran dan tekstur klasik. Kursi ini berukuran besar, dapat memuat 5-6 orang. Di kursi ini juga kami sempat berbincang dengan para pegiat Deswita Rejosari, seperti: Tugiono, Suwadi-Kaur Kesra yang sekaligus Ketua Deswita, Wiyanto sang Guru dan Pak Kades Teguh Rahayu. Kursi resban ini dibeli dari pedagang mebel di kota Temanggung. Meskipun jaraknya jauh, namun Wiyanto berminat membeli kursi resban tersebut karena model dan motifnya antik.

Di ruang inilah kami disambut dengan minuman “welcome drink” khas Dukuh Sigarut, wedang cabe! Adalah minuman dengan rempah penghangat dan sedikit cabe segar dengan sajian menggunakan gelas ukuran sangat kecil. Sehingga satu gelas itu sekali tegukan, wedang cabe itu habis. Terbukti setelah minum wedang cabe, badan terasa hangat. Meskipun udara di dalam ruangan lebar itu sangat dingin, sejuk serasa masuk sampai tulang. Tidak heran, suasana sejuk di Griya Lesanpura ini, karena kawasan desa wisata Rejosari  Kecamatan Bansari berada di kaki gunung Sindoro.

Insya Allah Bersambung...

Monday, February 21, 2022

SUKARAJA: Setiap sudutnya ada geliat berusaha


Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 60 menit dari Hotel Horison Tasikmalaya, melewati jalan kota, sudut perkampungan, empang dan tanah pertanian terasering akhirnya rombongan studi orientasi kerajinan anyaman pandan Kabupaten Kebumen itu sampailah di desa tujuan, Sukaraja, Kecamatan Rajapolah, Tasikmalaya (19/02/2022). Acara yang dikoordinir Dinas PMD Kabupaten Kebumen ini diikuti dari unsur  Bappeda, Kecamatan, Kepala Desa, BPD, BUMDES  dan Bumdesma Kawasan  anyaman pandan. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan wawasan bisnis, pengelolaan dan peluang usaha bagi pengembangan produksi anyaman pandan di Kabupaten Kebumen.

Keberadaan desa Sukaraja tidak lepas dari seorang kaya raya yang melahirkan keturunan  yang bernama H. Abdul Wajah yang mendirikan sebuah Desa bernama Sukaraja. Nama Sukaraja diambil dari kebiasaan ayahnya, Purwaja yang suka bersedekah dan menyayangi  rakyat kecil. Desa Sukaraja  berada di bawah Pemerintahan Kecamatan Rajapolah Kabupaten Tasikmalaya yang terdiri dari 4 kedusunan, 13 RW dan 44 RT. Desa ini sejatinya telah mengalami pemekaran. Pada tahun 1988, dimekarkan menjadi dua desa, yaitu desa Sukaraja dan desa Sukanagalih.

Tiba di desa Sukaraja rombongan Didampingi pak Mamat Diskop-UKM-Perindag dan diterima Kabid Administrasi desa dan Kabid Penaataan, Pengembangan dan Kerjasama Desa Dinas PMD Kabupaten Tasikmalaya, Dodi, Kades Sukaraja, Asep Nanang, S.Pd.I dan jajaran Muspika Rajapolah. Hadir pula Ketua Paguyuban Kampung Kreatif Rajapolah dan Ketua KADIN yang sekaligus menjabat sebagai Tenaga Ahli.

 Dalam kunjungan lapangan, rombongan diajak melihat dari dekat bagaimana warga  Desa Sukaraja berkegiatan ekonomi, menekuni usaha keluarga yang sudah turun temurun dalam kerajinan anyaman. Menelusuri rumah dan gang, di dukuh Sukaruas, Sukaraja ini, hampir di setiap sudutnya penuh dengan aktivitas produksi anyaman pandan. Dari jenis produk hiasan hingga nilai pakai berbentuk tas, kotak tissue, box tempat dokumen, hantaran, tempat parcel, topi hingga beragam karpet dan hiasan dinding. Semua produk tersebut hampir sudah dipesan oleh pasar lokal, nasional maupun mancanegara.

Seperti diungkapkan Cecep, Ketua KADIN Kabupaten Tasikmalaya, fihaknya telah menjalin kerjasama program dengan lembaga Rank-A yang membantu penyaluran produk anyaman ke negara Jepang. Cecep menambahkan, bahwa kesempatan ini merupakan peluang sekaligus tantangan. "Karena pengrajin dituntut tidak hanya kuantitas produksi, namun juga dalam hal pilihan bahan yang alami dan kualitas" demikian Cecep memaparkan, sambil sesekali melepas dan mengipaskan topi anyaman yang dikenakan, untuk mengurangi panas dan keringat yang keluar, setelah sesaat berjalan keluar masuk rumah dan gang mendampingi rombongan.

Peluang pengrajin Kebumen

Seperti diungkapkan Intan, Ketua Paguyuban Pengrajin Sukaraja, bahwa  kerajinan di daerahnya justru bahan dasarnya berasal dan bergantung dari Kabupaten Kebumen. "Selama ini kami memperoleh complong pandan yang setengah jadi itu dari Kebumen. Dan di sini kami melakukan finishing produk dan memasarkannya", paparnya. Namun menurut Intan lagi, ada kesempatan bagi pengrajin Kebumen untuk berkolaborasi, seperti melalui program magang. Sehingga, menurut Intan lagi, pengrajin Kebumen melalui koordinasi Bumdes/Bumdesma dapat memproduksi kerajinan anyaman pandan hingga finish dan pemasarannya.

Saturday, October 23, 2021

KEMIREN: Desa adat dan jiwa bersaing

 * Ketika berkesempatan bertemu dengan Kades dan mantan kades yang juga sesepuh adat Osing di Desa Kemiren Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi, Ahmad Abdul Fahrin, saya sempatkan berbincang, sambil menikmati sajian kopi _arabica_ khas Kemiren. Asal kata desa kemiren, adalah _kemirian_ yaitu karena desa ini dulunya adalah lahan luas yang banyak tumbuh pohon biji kemiri, sejenis rempah dapur yang kerap digunakan untuk bumbu masak. Mata pencaharian utama warga desa kemiri adalah petani. Warga desa kemiri merupakan keturunan osing, yang merupakan suku asli di Banyuwangi. Hingga Saat ini, keturunan suku osing banyak terdapat di sembilan Kecamatan, termasuk di Desa Kemiren Kecamatan Glagah. 

Desa adat

Sebagai desa adat, masyarakat desa kemiren masih memiliki, memelihara, kebiasaan, tradisi yang menjadi budaya para tetangga adat osing. Seperti gerabah, lampu, tempat tidur hingga perabot dan bentuk rumah. Para tetua adat dengan kesadaran dan rela hati menjaga dan menanamkan nilai budaya Osing kepada anak cucunya. Banyak norma yang tidak tertulis, namun sangat diyakini masyarakat. Seperti tradisi sarung pulikat hitam dan baju putih ketika menghadiri _kenduri_ atau selamatan. Tradisi tahunan _mepe kasur_ merah-hitam di depan rumah. Hingga kerasnya tekad masyarakat Osing memperjuangkan harapannya, seperti yang tersurat dalam _lelagon_: "klambi cemeng seloan cemeng, dikumbah moso lunturo. Bapak seneng emak seneng, dicegat moso munduro". 

Implementasi sikap mental ini tercermin dalam kehidupan masyarakat Osing di Desa Kemiren, yang suka tantangan terbuka. Sejatinya tercermin dari arti kata lain Kemiren, yaitu _irian_, siap bersaing, siap menang. Sikap mental ini tercermin dalam kehidupan masyarakat Osing di Desa Kemiren, yang suka tantangan terbuka. Sejatinya hal ini mencerminkan makna lain dari kata Kemiren, yaitu _irian_, siap bersaing, siap menang. Masyarakat osing merasa tertantang dan lebih bersemangat untuk berkontribusi secara lelang atau _bantingan_ mereka tidak ingin iurannya lebih rendah dari rekan lainnya. Meskipun, diakui sesepuh adat ini, bahwa tidak selalu begitu dalam hal iuran-iuran wajib ke desa. 

 Pintu masuk sendang seruni

Banyuwangi, 21 Oktober 2021

Tuesday, April 6, 2021

Menulis Kebencanaan di Media: Meluruskan Jurnalisme Bencana

Ketika ada bencana, banyak media menulisnya. Bahkan semua media menulisnya, meskipun beritanya terkesan diulang-ulang, karena dari sumber berita yang sama. Keterlibatan media dalam pemberitaan bencana bisa jadi merupakan bentuk kepedulian social. Namun ada juga yang berorientasi bahwa kejadian atau peristiwa bencana memiliki nilai jual secara ekonomis. Terlepas dari kepedulian sosial atau motif lainnya, bencana menjadi  headline setelah  terjadi. Banyak media menuliskanya di halaman utama, dengan tulisan dan warna yang mencolok, dengan ukuran yang sangat besar, bahkan satu halaman penuh dengan gambar full colour dengan harapan dapat menyedot perhatian pembacanya. 

Namun tidak banyak media mengulas, tanda-tanda bencana sebagai kesiapsiagaan bencana serta upaya-upaya yang dapat dilakukan masyarakat di lokasi terdampak serta memberikan edukasi luas tentang kesadaran "menjaga alam". Berita atau tulisan-tulisan dianggap kurang menarik. Beberapa awak media mengambil posisi pandang bahwa bad news is good  news. Akibatnya tulisan kebencanaan berisi hal-hal yang ngeri dan menakutkan. Media masih banyak  mengejar sensasi  dibandingkan  substansi. Kecenderungan lain yang masih sering terlihat di depan mata, bahwa terkesan media telah meninggalkan korban sendirian, setelah diekspos habis-habisan kesengsaraannya. Media gagal  mengawal penanganan pasca bencana dengan pembangunan lebih  baik, sebut saja misalnya  konstruksi  tahan gempa pada fase pascabencana.

 Kesenjangan antara harapan  terhadap peran dan  tanggungjawab media dengan  praktik ideal sebuah media pemberitaan inilah yang  memicu munculnya kecaman dan kritik keras publik terhadap  pemberitaan tentang bencana. Kita pernah mendengar suatu daerah bencana ditutup dan melarang masuk tim liputan media atau adanya perlakuan kekerasan yang dilakukan terhadap media. Kondisi semacam ini, sesungguhnya sangat menyedihkan. Jurnalisme telah berbelok! Hingga akhirnya masyarakat tidak lagi menganggap media sebagai teman baik yang dapat menolong menyuarakan kebaikan dan kemuliaan. Pemberitaan bencana sering terjebak pada kejadian dan sensasi publik.

Menutup kekurangan

Saatnya meluruskan makna jurnalisme kebencanaan. Tidak mudah, namun ada jitu strategi yang dapat ditempuh. Pertamamenanamkan konsep  kesiapsiagaan bencana pada awak media: praktik di Nagoya, pertemuan rutin tiap  bulan antara media, akademisi dan pemerintah  untuk mendiskusikan DRR. Kedua mainstreaming wacana  DRR dengan langsung menulis di media. Sayangnya strategi ini banyak kelemahanya. Baik dari segi kemampuan menulis dan harus bersaing dengan penulis dan tema-tema yang menarik lainnya. Namun dalam strategi ini jurnalisme bencana harus mewacanakan kesiapsiagaan pada setiap tahapan bencana. Pada tahap prabencana hal yang tidak boleh dilipakan adalah mengingatkan warga  terhadap ancaman tujuannya untuk  mendorong kesiapsiagaan.. Pada  Saat bencana harus senantiasa fokus pada korban  selamat, kelompok terentan, dan  membangkitkan semangat korban. Pada fase pascabencana, media harus mengawal proses  rekonstruksi dan rehabilitasi agar tidak  menjadi bencana baru. Ketiga,  mewacanakan  langsung DRR di  media sendiri Keempat,  Mewacanakan DRR melalui kekuatan sosial media Sebuah media yang cepat dan murah saat  tanggap darurat, Menggalang solidaritas dengan cepat, Memanfaatkan crowd untuk  pemetaan

Praktek menulis kebencanaan di media

Melaporkan kejadian atau peristiwa bencana secara memadai (5W+1H)

Mengurai kejadian secara komprehensif, sehingga memberi gambaran menyeluruh tentang kejadian bencana (MPT)

Mewacanakan DRR dalam tulisan

Pada fase Pra-Bencana tulisan mendalam atau kajian mengenai tanda-tanda, karakteristik khas, kesiapsiagaan, serta hal-hal  yang harus diperbuat. Pada fase Bencana tetaplah Fokus pada cara-cara menolong korban  selamat, kelompok terentan, dan  membangkitkan semangat korban. Pada fase pasca Bencana Upaya-upaya yang harus dilakukan dalam rekonstruksi dan rehabilitasi agar tidak  menjadi bencana  baru/berikutnya


(* Disampaikan pada Forum Jurnalisme Kebencanaan bagi Tenaga PUSDALOPS BPBD Kebumen, Rabu 7 April 2021

Sunday, October 18, 2020

Lezatnya menu "Woku" di Warung Ikan Bakar Katombo Jogja

 

Bagi pecinta kuliner Nusantara, menu Woku tentulah tidak asing lagi. Namun bagi sebagian awam, terasa asing mendengarnya. Woku adalah jenis sajian khas masakan ikan laut ala Sulawesi. Masakan ikan laut dengan kuah Woku ini menjadi sangat lezat, karena mengandung banyak rempah didalamnya dengan perpaduan khas ikan segar dan citarasa asin-pedas yang mengundang selera. Sangat cocok dinikmati baik untuk sarapan pagi, makan siang maupun santap malam. Sekali kita mencobanya, bisa ketagihan dibuatnya. 

Berita baiknya, menu khas Sulawesi yang banyak orang menggandrungi ini, tersedia di Jogja. Di Warung Ikan Bakar Katombo di Jalan Rogoyudan 1 nomor 8 Sinduadi, Mlati Sleman menyajikan citarasa masakan ikan laut ala Sulawesi dengan asin-pedasnya yang menggugah selera.

Malam itu setelah menyaksikan pemandangan sepinya kota Jogja di tengah pandemi, tak kuat lagi kami menahan lapar, hingga membawaku sekeluarga berlima singgah ke Warung Katombo ini. Diantara banyak usaha dan warung yang tutup di Jogja, warung ini ternyata tidak sepi pengunjung, namun tetap ketat menerapkan protokol pencegahan covid-19.Setelah memarkir kendaraan di halaman yang cukup luas, sebelum pintu masuk sudah disediakan tempat cuci tangan tanpa menyentuh/memutar kran, dengan cara menginjak semacam pedal gas. Air pun mengalir. Kita bisa mencuci tangan menggunakan sabun yang disediakan dengan air mengalir dan tetap menggunakan masker.

Di Warung Ikan Bakar Katombo, pengunjung bisa langsung faham bagaimana jenis dan cita rasa makanan khas Sulawesi itu. Begitu masuk, pelayanan akan mempersilakan pengunjung untuk memilih jenis ikan segar di lemari pendingin kaca. Tersedia jenis ikan segar seperti kerapu batu, kakap merah dan kakap putih, pihi dan selar. Selain jenis ikan, tersedia juga kepiting, kerang, udang dan lobster. Malam itu, setelah berunding cepat, pilihan saya jatuh pada kakap merah. Dengan berat 1.8 kilo kakap merah cukup untuk lima orang dan bisa dibuat tiga jenis menu ikan laut, kuah, goreng dan bakar. Menu ikan kuah woku dari bagian kepala kakap, fillet tepung gurih dari daging bagian badan ikan dan ikan kakap bakar dari bagian ekor.

Jadi menu favorit

Ketika menjelaskan menu kuah woku, pelayan menyebutkan bahwa menu ini merupakan menu istimewa dan juga menjadi favorit pengunjung di Warung ikan bakar Katombo. Menu ikan kuah woku ini disamping istimewa bahan dan rempahnya juga cara masaknya. Dalam memasak ikan kuah woku membutuhkan teknik memasak yang khusus menjadikan daging ikan tidak hancur.  Kuah woku banyak rempah-rempah di dalamnya. Ada bawang merah, cabai keriting, jahe, tomat, kemiri, kunyit, daun jeruk dan kemangi menjadikan hidangan ini menjadi menu spesial dan lezat rasanya. Bagi yang menyukai manis, di meja hidang juga disediakan kecap. Kita bisa menambahkan kecap ke dalamnya, jadi tambah legit. Dengan nasi putih hangat, kuah woku ini bisa dimakan dengan mengambilnya ke dalam mangkok atau menyiramkannya langsung ke piring nasi. Sembari menikmati menu ikan kuah woku, dilengkapi hidangan daging kakap fillet crispy dan sensasi asin-pedas ikan bakar kakap merah di Katombo Jogja, kita juga bisa menikmati live music yang banyak mengalunkan lagu-lagu kekinian dan tempo dulu. Melengkapi lezatnya menikmati kuliner khas Sulawesi.

Tuesday, May 26, 2020

Apa bagian yang paling susah dari menulis sebuah buku?

Ini adalah tulisan sebagai kontribusi jawaban saya atas pertanyaan di platform tanya-jawab, tentang banyak hal, sesuai pilihan kita. Setiap pengunjung dapat berkontribusi sebagai penanya dan atau sebagai penjawab. Menurut saya platform ini menarik, karena dapat menjadi komunitas online atau forum diskusi. Untuk melihat Jawaban dan pertanyaan saya dapat klik di https://id.quora.com/profile/Cokro-Aminoto
Buku adalah sebuah karya yang butuh kemampuan dan kemauan keras untuk mewujudkannya. Prosesnya sejak menentukan sebuah ide, mulai menulis hingga menyiapkan lay-out sebuah buku, bagi sebagian orang merupakan proses yang tidak mudah. Butuh keekunan, tekad yang kuat serta semangat yang terus membara. Hal terakhir ini, bagi saya pribadi merupakan bagian yang sulit. Namun bukan berarti tidak dapat diatasi.
Membangun motivasi
Kalau kemampuan, pastilah untuk menulis buku diperlukan kemampuan membaca dan menulis berdasarkan teknik-teknik menulis yang dapat dipelajari. Namun, seringkali kita dihadapkan pada kenyataan, selain menulis buku, kita juga mengerjakan tugas-tugas harian lainnya. Akibatnya, project penulisan buku, jadi tertunda. Ketika sudah tertunda-tunda, munculah awal persoalan. Dari yang tidak lagi fokus, hingga malas atau hilang mood untuk melanjutkan menulis lagi. Bahkan kalau sudah begini, motivasi untuk menulis menjadi hilang!
Dari pengalaman membangun semangat menulis, saya menemukan kebiasaan yang dapat membantu saya "menghangatkan" semangat dan motivasi saya untuk menulis, yaitu: (1) menguatkan niat (2) ikut bergabung dalam komunitas (3) ikut dalam forum diskusi online (mail-list).
Kuatkan niat
Kegiatan menulis, bagi saya bukan sekedar aktivitas hobi semata. Namun adalah nilai religi yang sangat mulia. Kegiatan menulis bermanfaat untuk kebaikan baik dunia, maupun akhirat. Bagaimana tidak? Bagi seorang muslim, baca-tulis itu diperintahkan Allah dan disyari"atkan Rasulullah. "Bacalah atas nama Tuhanmu". "Ikatlah ilmu, dengan menuliskannya". Kebaikan menulis adalah berbagi ilmu yang bermanfaat untuk sesama manusia. Bahkan Rasulullah, menjamin jika kegiatan menulis dan berbagi ilmu yang bermanfaat ini, pahalanya akan terus mengalir, walaupun kita sendiri sudah mati! Oleh karena itu, untuk menguatkan niat untuk terus menulis dan berbagai ilmu, saya menuliskan syari'at itu kuat-kuat di dalam hati.
Bergabung dalam komunitas
Selain niat, untuk menumbuhkan motivasi menulis yang saya lakukan adalah bergabung ke komunitas. Meskipun tidak mudah. Di kota kecil, tempat saya tinggal informasi tentang keberadaan komunitas penulis jarang terdengar. Hingga bertahun-tahun, baru saya mendengar sebuah komunitas penulis, namun lokasinya di ibukota provinsi, jauh untuk dijangkau. Maklum, teknologi komunikasi dan informasi belum sehebat sekarang.
Bersyukur, ketika di pameran buku murah, berjumpa dengan seorang pensiunan sebuah bank BUMN. Usianya tidak muda lagi, namun semangatnya luarbiasa untuk membaca dan menulis di media masa. Bapak inilah yang kemudian mengundang saya ke rumahnya, meminta saya untuk bergabung dalam "kelompok diskusi kecil", memang anggotanya hanya tiga orang.
Meskipun jumlahnya tidak banyak, dalam sebuah komunitas, memungkinkan kita bisa saling berbagi informasi tentang kegiatan kepenulisan, sumber bacaan, teknik menulis, kiat menulis dan mengirimkan ke media massa, hingga bertukar fikiran ketika menghadapi masalah dan mencari solusi mengatasinya. Pendek kata, komunitas yang seminat dapat ikut menjaga semangat dan motivasi kita untuk tetap menulis, dan menjaga kita senantiasa berada di dekat tungku perapian.
Ikut forum diskusi online
Dengan kemajuan teknologi internet, untuk bergabung ke komunitas penulis informasinya sangat banyak tersedia. Diantara komunitas-komunitas tersebut beragam juga jenis kegiatannya. Ada yang berupa kanal diskusi (mail-list), di sana kita bisa memilih topik-topik yang kita kehendaki. Ada juga layanan berbasis web/platform forum tanya-jawab, seperti yang sedang kita lakukan saat ini. Beberapa forum online juga menyelenggarakan paket pelatihan ada yang gratis hingga berbayar, hingga menyelenggarakan kegiatan "temu darat", gathering dan bakti sosial.
Kesemuanya itu, menurut saya forum-forum online maupun komunitas dapat memberikan kesegaran baru bagi kita untuk tetap bersemangat menyelesaikan project penulisan. Semoga bermanfaat.

Monday, May 11, 2020

Tips dan Trik Menulis Buku ala Hendra Wisesa

Menyarikan Paparan hebat Mas Hendra tentang Tips dan Trik Menulis Buku. Tips menulis buku, minimal ada tiga, yaitu membaca, menulis dan bergabung dalam komunitas. Yang disingkat Ba-tu-k.

Membaca
Untuk dapat menulis buku tertentu, beberapa tips yang dapat kita lakukan ada 3, yaitu: (1) fokus membaca buku2 dengan tema atau bidang sesuai tema buku yang akan kita tulis (2) menguasai pedoman EYD, untuk menghindari salah tulis kata, ejaan, tanda baca dan gaya bahasa. (3) kuasai tatacara dan teknik menulis buku

Menulis
Untuk dapat menyelesaikan proyek penulisan buku perlu kemampuan dan kemauan yang tinggi sejak awal. Karena pengalaman saya pribadi menulis buku, masalah yang muncul justru bukan pada masalah teknis menulis. Namun lebih banyak masalah non-teknis dan kemauan. Seperti saya bahas dalam tulisan "Apa bagian paling sulit ketika menulis buku?" sekaligus beberapa alternatif solusi untuk keluar dari permasalahan itu.

Komunitas
Penting bergabung dalam komunitas, karena ibarat kita senantiasa dekat dengan "tungku perapian" semangat kita untuk mrnulis, senantiasa membara. Untuk itu ketika bergabung kita harus aktif. Selain itu, bersyukur jika kita dapat bergabung dengan komunitas yang terkenal. Komunitas yang sudah besar namanya, mampu mendorong kepakan sayapnya, bagi burung kecil yang baru belajar terbang.

Sementara itu, dalam trik menulis, Mas Hendra menyarankan agar menulis tema buku yang diminati (Pro-pasar) dan tema yang tidak pernah usang, atau senantiasa segar (ever green). Caranya bisa browsing di internet atau sesekali ke toko buku.

Saturday, May 2, 2020

Menilai Sistem Belajar Dari Rumah di Tengah Pandemi*)

Pandemi covid-19 telah banyak membawa perubahan yang sangat hebat dan mendadak. Untuk mencegah penularannya hingga pemerintah mengambil kebijakan phisical distancing guna memutus rantai penularan. Dampaknya Pemerintahan harus memberlakukan seluruh kegiatan, baik bekerja,  beribadah dan belajar
dari rumah ( lockhome ).

 Lockhome merupakan sesuatu yang baru, belum pernah ada dalam situasi normal. Berlaku secara tiba-tiba, dan tentunya banyak hal yang belum disiapkan dan belum siap menghadapi keadaan. Dalam dunia pendidikan, maka fihak-fihak yang belum disiapkan dan terkesan belum siap adalah (1) unsur siswa/mahasiswa/santri (2) unsur dosen/guru/Ustadz (3) unsur orang tua/wali dan ,(4) unsur pemerintah dalam hal ini kampus/sekolah/pondok sebagai penyelenggara pendidikan.

 Ketika diberlakukan lockhome seluruh kegiatan rapat, kuliah atau belajar, ujian, wisuda, kursus pengayaan yang biasanya dilakukan rutin di sekolah, tiba-tiba harus diselenggarakan secara online karena pesertanya berada di rumah masing-masing. Keadaan seperti ini tentunya membawa konsekuensi yang luas. Termasuk di dalamnya kesiapan anggaran untuk kuota data , ruang dan sarpras koneksi internet, (hp/laptop/komputer, camera, aplikasi-aplikasi video conference), kesiapan dan kemampuan petugas (download, instalasi, mempelajari dan mentaati prosedur. Belum lagi menerapkan sistem belajar online. Pendek kata, dalam sekejap kita dituntut harus bisa menguasai "tetek-bengek' teknologi informasi dalam pembelajaran.

Berbagai bentuk model pembelajaran di tengah pandemi
Dari tingkat kesiapan itu, menyebabkan bervariasi pula model belajarnya. Saya mendengar dari para guru, mengikuti grup media sosial dan chatting ada sekolah yang memberlakukan online dan ada yang tidak, karena alasan ketersediaan koneksi dan perangkat lainnya.  Sekolah yang tidak memberlakukan belajar online, selama lockhome dilakukan dengan cara membagikan soal yang difoto-kopi "door to door" kepada siswa, hanya memberi pesan agar siswa belajar secara mandiri di rumah. Ada pula yang berharap, meminjam istilah Prof. Imam Robandi,  adanya keajaiban bahwa pandemi ini segera berakhir.

Sementara itu, sekolah yang memberlakukan pembelajaran online pun bervariasi model belajarnya. Dari model belajar yang membagikan soal dengan mengirimkan foto soal dan siswa menjawabnya dengan menulis pesan yang berisi jawaban. Ada pula sekolah yang menerapkan model belajar ceramah, dalam bentuk rekaman audio atau video, kemudian siswa menjawabnya dengan menulis pesan yang berisi jawaban. Ada sekolah yang menerapkan model belajar dengan tanya jawab. Model ini terasa lebih interaktif dan lebih kompleks persiapanya. Karena untuk pembelajaran model ini membutuhkan aplikasi untuk melakukan panggilan dengan video secara timbal balik. Meskipun sebenarnya sudah banyak tersedia aplikasi semacam ini dari yang sederhana dan gratis seperti WhatsApp, Jitsi meet hingga yang canggih dan berbayar seperti G-suite dan zoom meeting.
Selain dari ketiga model belajar di atas, ada juga sekolah yang menerapkan model diskusi. Guru dalam hal ini sebagai host yang bertindak selaku moderator atau penilai. Siswa atau mahasiswa sebagai client mengerjakan tugas individu secara mandiri dalam format essay dengan sumber referensi online, baik buku maupun jurnal ilmiah. Selanjutnya tugas para siswa adalah memaparkan jawaban tugas mandirinya di hadapan guru dan siswa lainnya secara online. Setelah itu, moderator membuka sesi diskusi dan tanya jawab.

Menakar validitas penilaian belajar online
Dari berbagai model belajar online di atas, tentulah model terakhir yang paling kompleks persiapanya. Tetapi memiliki efektivitas pembelajaran yang lebih baik. Beberapa hal yang bisa kita catat dalam hal arah komunikasi, keterlibatan antara guru dengan siswa dan keadilan penilaian.
Dalam model belajar ini baik guru maupun siswa menyiapkan bahan belajar maupun laporan tugas individualnya dengan sebaik-baiknya, tidak memungkinkan untuk membocorkan soal dan mencontek jawaban teman, karena penugasan bersifat individual. Tugas yang harus disusun berbeda antar siswa. Sehingga lebih adil untuk menilai kemampuan individu siswa.

 Namun, bukan tanpa kelemahan dari model belajar online seperti ini. Ada bahaya plagiarisme di sana!. Untuk itulah kesiapan guru juga menjadi tantangan. Pengetahuan guru dituntut harus update. Juga kemampuan penguasaan tools  anti plagiarisme yang sudah banyak tersedia di dunia maya. Jika beberapa hal tersebut sudah disiapkan, nampaknya kita bisa mendampingi siswa meraih prestasi dan hasil belajar yang membanggakan di tengah pandemi yang belum diketahui akan berakhir kapan.

Mari kita sambut hari pendidikan dari rumah.

 (* Diadaptasi dari tulisan Prof. Imam Robandi-Guru Besar, Departemen Elektronik ITS yang berjudul "Bersekolah di Rumah"