Mungkin tradisi _merdi bumi_ menjadi salah satu momen sangat penting di desa Kaligending. Momen yang perlu mengerahkan persiapan ekstra, baik dari aspek waktu, tenaga, perlengkapan dan tentu dana yang tidak sedikit. Merdi bumi menjadi tradisi desa yang diperingati hampir setiap tahun di bulan Muharam itu dilaksanakan stidak kurang dari lima hari. Dari penuturan Kades Kaligending, Lukman tradisi merdi bumi dilaksanakan di dua pedukuhan, yakni dukuh Duwet yang meliputi tiga RW dan pedukuhan Kalikudu meliputi dua RW. Meskipun masih dalam satu desa, dua pedukuhan tersebut memiliki kekhasan dalam kesenian dan tradisinya.
Tayub di dukuh Duwet
Prosesi Merdi Bumi di dukuh Duwet dilaksanakan selama tiga hari, dimulai dengan ziarah leluhur para pendiri desa, selamatan tumpeng bucon yaitu nasi gunungan yang dibentuk kerucut berisi ingkung ayam yang diselimuti bumbu mogana dari nangka muda yang dicacah lembut dengan cita rasa pedas-asin penuh aroma serai.
Selanjutnya acara merdi bumi diramaikan dengan tenonganm yaitu para kepala keluarga membawa makanan dan jajan pasar yang dikemas dalam sebuah wadah terbuat dari bambu yang dianyam. Beberapa tenong juga diberi pita warna warni sebagai hiasan. Sore harinya diselenggarakan pentas kudakepang yang dimainkan oleh kelompok seni lokal terdiri dari anak-anak muda yang ada di desa Kaligending.
Di akhir rangkaian tradisi merdi bumidi pedukuhan Dhuwet diselenggarakan tayuban yang melibatkan beberapa penari, dengan sesekali mengajak penonton untuk ikut serta menari. Dalam seni tari tradisional tayub ini menjadi riuh, karena cara penari mengajak penonton untuk ikut menari dengan cara mengalungkan kain selendang sampur. Penari kemudian menariknya ke arena mengikuti irama musik diatonis gamelan.
Wayang kulit di dukuh Kalikudu
Tradisi merdi bumi di dukuh Kalikudu, desa Kaligending Kecamatan Karangsambung diselenggarakan dalam bentuk upacara memotong kambing kendhit, gelar sewu tumpeng, dan pentas k3seniqn wayang kulit. Tradisi ini biasa dilaksanakan selama bulan Mukharam. Kambing kendhit adalah kambing berwarna hitam dengan corak putih melingkar tubuh di bagian tengahnya.Terhadap tradisi potong kambing _kendhit_ oleh pakar Javanologi UNS Prof. Sahid Teguh Widodo menjelaskan, bahwa sedekahan itu merupakan salah satu tradisi yang dilakukan masyarakat Indonesia.
"Itu menunjukkan masih ada semesta simbolik dari zaman dahulu, yang masih dilakukan sekarang. Karena keyakinan seseorang itu substansinya berkorban atau sedekah, mengurangi apa yang kita peroleh diberikan kepada orang lain dalam bentuk apapun," seperti dikutip detikJateng.
No comments:
Post a Comment