Ketrampilan menulis bagi sebagian orang, dianggap tidak menarik. Begitu juga aku menganggapnya, sebelum aku membaca buku yang berjudul "Kreatif Mengarang" karya A. Widyamartaya, terbitan Kanisius-Yogyakarta. Tahun terbitnya, aku lupa tahun berapa. Buku itu awalnya aku menemukannya di Perpustakaan sekolah di SPG Negeri Pekalongan, sekitar tahun 1985.
Mengenal dunia menulis
Saat itulah, aku baru mengetahui bahwa kemampuan menulis itu bukan bakat lahir, tetapi dapat dipelajari. Seseorang yang ingin dapat mahir mengarang atau menulis, haruslah rajin berlatih dengan bersungguh-sungguh. Karena tanpa keinginan kuat, seorang yang berkeinginan menjadi seorang pengarang atau penulis, pastilah tidak akan kesampaian. Sehingga kita bisa melihat banyak contoh, orang yang merasa gagal menulis, gagal mengarang, gagal menerbitkan buku dan seterusnya. Ini masalahnya karena seseorang tidak memiliki keingainan kuat untuk menulis.
Dengan keinginan kuat, seseorang akan giat dan banyak berlatih untuk menulis. Dengan banyak menulis, akan memacu daya imajinasi dan ide pokok tulisan., melatih ketrampilan memilih kata yang tepat, menyusun kalimat yang efektif, hingga menyusun paragraf yang dinamis dan saling berkesinambungan. Karena pada dasarnya sebuah tulisan itu tersusun oleh paragraf-paragraf. Sedangkan paragraf yang dinamis tersusun oleh minimal dua kalimat efektif. Dalam format bahasa Indonesia, kalimat akan efektif minimal mengandung unsur subyek dan predikat, atau subyek dan obyek, atau subyek dan kata keterangan.
Mengetahui beda menulis dan mengarang
Sepintas antara kegiatan menulis dan mengarang itu hampir sama, karena dua-duanya melalui proses kegiatan menulis dan menghasilkan sebuah karya tulis. Namun ternyata, keduanya memilikiciri-ciri yang berbeda terutama dalam proses menciptakan karya tulis. Dalam hal mengarang, seorang penulis mengandalkan kemampuan pribadinya, dalam hal mengambil ide dan tema karangan. Mengarang merupakan proses kreatif seseorang yang sangat tergantung dari imajinasinya. Sehingga hasil karya tulis pengarang sangatlah subyektif, tergantung kemampuan penulis menggali emosi-emosi pembacanya.
Berbeda dengan aktivitas menulis. Seorang penulis dalam menghasilkan karya tulis, sangat memerlukan konsep-konsep logis yang diperolehnya dari proses membaca dan atau proses 'melakukan penelitian' terhadap fenomena yang ada di lingkungan sekitar. Karena sebuah tulisan merupakan serangkaian penjelasan logis atas suatu kejadian menuju kebenaran. Sehingga seorang penulis yang berhasil, bukan dari panjangnya tulisan atau kemampuan menampilkan peran tokoh-tokoh utama dalam suatu peristiwa. Sebuah karya tulis yang berhasil ditentukan dari kedalaman analisisnya!
Mulailah dari ide pokok yang ditulis dalam kalimat lengkap
Awal mula sebuah tulisan atau cerita, adalah adanya ide pokok yang ditulis dalam kalimat lengkap. Ide pokok inilah yang mengikaat keseluruhan paragraf menjadi satu kesatuan tulisan yang koheren.
Bagaimana memulainya? Ide pokok merupakan sikap atau pandangan seorang penulis terhadap tema atau suatu pokok permasalahan. Dari sinilah kemudian penulis menguraikannya ke dalam sub-sub tema dalam paragraf-paragraf.
Di dalam pragaraf, penjelasan ide pokok itu disusun ke dalam kalimat utama dan kalimat kalimat penjelas dan menguraikanya menjadi informasi yang lebih detil.
Jangan lupa membuat out-line, untuk memet akan pokok pikiran penjelas
Agar paragraf-paragraf itu tidak lepas dari ide pokoknya, ada baiknya penulis menyarankan membuat out-line, atau kerangka karangan. Outline bisa juga berbentuk seperti daftar isi dalam sebuah buku.
Selain untuk menjaga kesinambungan dengan ide pokok, out-line yang kita buat juga bermanfaat untuk memetakan ide pokok tersebut ke dalam pokok-pokok pikiran secara lengkap, menyeluruh, sehingga dapat menjelaskan seluruh aspeknya.
Teknik mengembangkan paragraf
Di bagian akhir buku ini, diberikan beberapa teknik mengembangkan paragraf. Beberapa teknikyang masih aku ingat dan sering aku gunakan dalam menulis adalah teknik kronologis urutan waktu, urutan proses, teknik kontras dulu-sekarang, sebelum-sesudah.
Dalam menulis, aku juga sering menggunakan teknik D-A-M-K. Yaitu dengan mulai menulis "Duduk perkara" yang menjadi masalah utama. Kemudian dengan meng-Analisa-nya, dengan teknik-teknik di atas atau dengan teknik yang tidak kalah populernya adalah dengan menjawab rumus 5W+1H. Bagian selanjutnya, kita dapat menyajikan "Misal" atau contoh atau data penjelas. Dan dibagian akhir paragraf adalah memberikan "Kesimpulan". Dengan demikian, masing-masing paragraf dapat tampil dinamis, berdiri menjadi satu kesatuan ide pokok tulisan.
No comments:
Post a Comment