Tuesday, August 8, 2017

Membangun personal branding (OPD) melalui tulisan*)

Di era informasi seperti sekarang ini, banyak orang menempuh berbagai cara dalam mengaktualisasikan diri dan kemampuannya. Tujuannya tidak lain, agar gambaran personal kita  lebih dikenal. Ada orang yang menempuhnya melalui dunia seni, olahraga, maupun bela diri. Bahkan ada yang sangat ekstrem, dengan melakukan adegan-adegan berbahaya, sebagai upaya membangun gambaran personalnya. Masih ingat kan, bagaimana seseorang berfoto selfie di atas jurang atau di dekat mesin atau kendaraan berbahaya? Hanya semata untuk meng-update statusnya di media sosial. Itulah sebenarnya gambaran personal branding.

Membangun personal branding melalui tulisan


Mengapa tidak? Akhir-akhir ini, banyak dilakukan orang dalam membangun personal branding melalui tulisan. Tidak terbatas para tokoh, selebritri, politisi, calon pimpinan daerah, calon kepala sekolah, bahkan calon ketua OSIS pun telah banyak yang melakukan untuk membangun image tentang dirinya melalui tulisan. Medianya, ada yang berupa buku, buku ringkas (buklet), iklan di koran, website dan media sosial.


Bahkan dalam tulisannya seorang ahli pendidikan menyatakan sebagai sebuah langkah yang sangat efektif membangun personal branding dengan menulis. Mengapa begitu? Karena ketika anda berani mempublikasikan tulisan anda, itu berarti anda telah berbagi informasi atau ilmu yang bernilai dengan orang lain. Dan secara tidak langsung, anda memposisikan diri anda layaknya seorang ahli pada topik tulisan yang anda pilih. Setelah membaca tulisan anda, tentu orang ingin mengenal anda secara lebih dalam. Mereka juga ingin mengenal hasil karya anda yang lain, mereka bisa menemukan, serta bagaimana cara mendapatkannya. Pembaca atau masyarakat akan yakin bahwa anda adalah sosok yang kreatif dan berkualitas, berdasarkan kualitas tulisan yang anda bagi kepada mereka. Dan tidak segan-segan orang akan membaca dan membaca lagi tulisan-tulisan anda.


Mem-branding pelayanan OPD


Begitu juga dengan pelayanan OPD tempat kita bekerja. Seringkali kita dengar keluhan masyarakat terhadap pelayanan atau program OPD. Sebut saja, betapa media sosial selama tiga bulan terakhir ini banyak mengeluhkan jalan yang rusak dan bolong-bolong-hingga terkenal dengan sebutan jeglongan sewu. Belum lagi keluhan ribetnya pelayanan BPJS, naiknya harga pupuk, merebaknya wereng hingga gagal panen di beberapa tempat, banyak dikeluhkan warga. Sementara itu kita sebagai pelayanan masyarakat, merasa tidak kurang-kurang dalam menjelaskan, memberi penyuluhan, menulis rilis berita bahkan menulis pesan-pesan praktis yang berguna bagi masyarakat.


Tapi seberapa efektifkah tulisan-tulisan kita di web? Dapatkah kita mem-branding OPD kita melalui tulisan? Inilah sebenarnya pertanyaan-pertanyaan mendasar bagi seorang admin website. Agar dengan mudah pembaca  mendapatkan alamat website kita. Karena di jaringan internet ini ada ribuan bahkan jutaan alamat web dan tulisan. Para pengunjung website ketika mencari artikel atau alamat website, seringkali hanya mengandalkan kata-kunci (key word) di halaman pencarian. Namun apa jadinya ketika tulisan atau alamat website  kita itu tidak muncul dihalaman-halaman pertama pencarian. Jika demikian, sudah pasti, akan tidak dikunjungi orang.


Selain itu, kita juga perlu tahu bagaimana membuat tulisan dan berita yang kita posting,  mampu menarik orang untuk membaca. Keluhan terbesar pengunjung website OPD adalah tidak menarik. Berita atau tulisan di website OPD seringkali terlalu panjang atau terlalu pendek, bahkan posting beritanya hanya berupa gambar. Tanpa keterangan pendukung yang memadai sehingga informasi yang diterima pembaca menjadikan tidak nyaman. Dalam kondisi seperti ini yang paling banyak dilakukan pengunjung, adalah meninggalkan website dan berganti mencari informasi dari alamat website yang lain. Akibatnya, tulisan, rilis, sosialisasi kita tentang layanan OPD, lagi-lagi ditinggalkan pembaca. Dan selama itu, program dan layanan OPD kita sepertinya tidak nyambung dengan permasalahan masyarakat.


Mem-branding OPD melalui tulisan yang SEO Friendly


Untuk mengatasi dua persoalan mendasar di atas, yang dapat kita lakukan adalah meningkatkan kualitas website. Website yang berkualitas tidak hanya bagus untuk mesin pencari (search-enggine), tapi juga untuk pembaca (human). Karena tujuan kita mengelola website OPD adalah menyajikan informasi yang mudah dicari dan disukai pembaca. Inilah yang disebut paradigma baru SEO-Friendly dalam konsep pengelolaan website. 


Sehingga, ketika pengguna internet melakukan pencarian dengan memasukkan sebuah keyword, maka mesin pencari akan langsung merekomendasikan website OPD kita. Hasilnya, dengan teknik SEO friendly, jumlah kunjungan akan terus meningkat lebih cepat. Dan terwujudlah upaya kita mem-branding OPD.

Lalu, bagaimana cara mudah membuat website yang SEO friendly tersebut? Ada beberapa cara yang biasanya sering dipraktekkan oleh para pemilik website atau blogger. Biasanya, terkait dengan konten, keyword, serta desain dari website tersebut, selain juga menyematkan kode-kode pada HTML template-nya.

Inilah langkah-langkah praktisnya


Tips atau langkah-langkah mengelola website yang SEO friendly sebenarnya banyak sudah disarankan para ahli, namun langkah praktis ini saya peroleh dari penuturan Asrittada

Pertama, lakukan posting yang berkualitas. Konten posting yang berkualitas adalah yang baru dan relevan sesuai tugas dan layanan OPD. Jadi, sering-seringlah meng-update berita baru dan jangan pernah sekalipun meng-upload posting ulang dan usang dari website lain! Kedua, mengatur banyaknya kata kunci (keyword density) pada tulisan/artikel/berita Artikel yang memiliki kepadatan kata kunci pada teksnya secara merata, biasanya akan menjadi prioritas bagi mesin pencari. Selain itu, pastikan juga artikel yang di-upload cukup panjang, minimal 500 kata atau lebih, tentunya dengan tetap menjaga keaslian artikel tersebut.
Ketiga, Manfaatkan tag header. Mesin pencari diketahui lebih cenderung menyukai konten artikel yang memiliki tag header pada sebuah website. Apalagi, jika tag header itu juga termuat pada paragraf pertama dan kedua artikel tersebut. Selain itu, gunakan juga tag header yang banyak dicari.
Keempat, gunakan sitemaps. Keberadaan fitur sitemaps pada sebuah website, akan memberikan indeks yang jauh lebih baik pada mesin pencari. Halaman "artsip berita", "indeks berita" atau" berita terkait" memiliki fungsi yang hampir sama dengan sitemaps. Kelima, sesuaikan desain tampilan yang yang cocok untuk seluler. Dengan mendesain website untuk bisa juga diakses melalui perangkat mobile, seperti smartphone memungkinkan pengunjungnya tidak hanya terbatas pada pengguna laptop atau komputer saja tetapi juga dari mobile phone.

*) Disampaikan pada Workshop penulisan dan pengelolaan website instansi bagi Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kabupaten Kebumen, Tahun 2017 di Ruang CAT Badan Kepegawaian Kab. Kebumen, 9 Agustus 2017.


Tuesday, June 13, 2017

Membangun kebiasaan menulis di lingkungan kantor KOMINFO

Sesuai tugasnya, Dinas Kominfo salah satunya adalah menyajikan informasi pembangunan kepada masyarakat. Penyebarluasan informasi tersebut melalui media radio In-FM, RATIH televisi, website dan media sosial. Untuk itu, kemampuan menulis untuk mengisi konten bagi tim liputan maupun admin website dan media sosial sangatlah penting dan mendesak. Peningkatan kemampuan menulis itu mendesak dikarenakan adanya perubahan pola pemberitaan dan kebijakan pemkab terkait standar pelayanan informasi publik.

Membangun tradisi menulis
Untuk itu beberapa upaya yang aku lakukan adalah membangun tradisi menulis. Tradisi menulis  bagi perorangan ditempuh dengan cara setiap pegawai melaporkan kegiatan perorangan atau kelompok dalam format berita yang disertai gambar. Selama ini, pegawai hanya mengirimkan gambar atau foto kegiatan melalui aplikasi  group whats apps.

Sebagai upaya menanamkan tradisi menulis berita, maka untuk melaporkan kegiatan, pegawai diharapkan menyertakan keterangan gambar/foto kegiatan tersebut ke dalam format berita. Format berita dimaksud, minimal memuat komponen keterangan yang menjawab pertanyaan: what, when, where, why, who dan how (5W 1H). Dengan begitu, tradisi itu akan mendatangkan manfaat yang sangat luas. Di satu sisi, melatih pegawai menulis berita atas kegiatan yang menjadi tugas pokoknya. Di sisi yang lain, kita memperoleh bahan berita yang dapat disebarluaskan kepada masyarakat.

Membangun pola pemberitaan
Selama ini pola penayangan berita di Ratih TV, In FM dan Website Pemkab tidak terintegrasi, bahkan berbeda konten. Berita yang berasal dari Tim liputan  Ratih TV dan  In FM ditayangkan secara bersama pada saat sore hari, selama 30 menit. Sedangkan konten berita Website Pemkab lebih banyak berasal dari kegiatan OPD. Sehingga pernah terjadi berita di website, sudah beberapa saat tidak di update.

Namun, kondisinya sekarang berbeda. Saat ini Ratih TV, In FM, Website Pemkab Kebumen dan Website OPD Diskominfo, menjadi satu pengelolaan di bawah Dinas Kominfo Kebumen. Sehingga langkah-langkah yang aku ambil adalah membangun pola pemberitaan yang terpadu dan terintegrasi. Terintegrasi sejak dari liputan ke media penyiaran. Tim liputan terdiri dari unsur tv, radio, website dan media sosial. Tim liputan diperluas tujuannya  untuk menjangkau berita yang lebih banyak. Targetnya adalah seluruh agenda kegiatan Bupati dan Wakil Bupati serta kegiatan penting lainnya di tingkat Kabupaten.

Seluruh berita yang masuk, setelah melalui tim editor disiarkan melalui Ratih TV, In FM, Website Pemkab Kebumen, Website OPD dan media sosial. Sehingga "Berita Terkini Kebumen" dapat diakses masyarakat melalui berbagai media penyiaran.

Menyambut kebijakan Pemkab
Standar pelayanan informasi publik #2-34-2#

Monday, February 27, 2017

Menyajikan tulisan dengan menarik*)

Bagi sebagian orang kemampuan menulis, dapat digunakan sebagai jalan untuk berbagi kebaikan. Seperti halnya semangat penulis Antoni Ludfi Arifin, yang tercermin dalam bukunya "Be a Writer. Pandangan ini banyak benarnya. 


Mengapa menulis
Bagaimana tidak, karena seorang penulis adalah seorang komunikator, menyampaikan pesan, menyampaikan ilmu. Sehingga seorang penulis, jika tulisannya menebar kebaikan, membagi ilmu yang bermanfaat, maka sesungguhnya seseorang sedang membangun amal yang abadi. Karena sesungguhnya ilmu yang bermanfaat itu pahalanya mengalir terus, meski seseorang telah meninggal dunia.

Namun tidak banyak yang menyadari, bahwa manusia terbatas dalam menyerap ilmu yang dia pelajari. Untuk itu, tepatlah kita jika mengikuti kata-kata bijak dari seorang shahabat Rasul "Ikatlah ilmu dengan menuliskannya".

Kendala menulis
Seringkali seseorang lebih suka berbicara, dari pada menulis, karena banyak kendala, baik teknis maupun non-teknis. Tapi alasan tersebut lebih banyak karena non-teknis, seperti macet-idenya tidak mau berkembang, alasan tidak terbiasa, sibuk dan tidak memiliki waktu,  tidak berbakat, malas membaca, banyak aturan. 

Apa benar begitu? Tapi, mengapa jika ngobrol, bisa panjang dan berlama-lama, mengasyikkan dan sampai tidak ingat waktu?

Solusi
Menulis dengan gaya bertutur! Ya, kita akan mulai dengan belajar menulis seperti halnya gaya orang bercerita. Maka akan menarik seperti orang ngobrol, runtut, mengalir, tdk kehabisan ide, bahkan dapat menulis serial.

Menulis vs. Mengarang
Menulis berdasar pada ilmu dan pengalaman. Ilmu dan pengalaman kita peroleh dari membaca, membaca buku, membaca kehidupan dan pengalaman pribadi. Sedangkan aktivitas mengarang lebih berdasar pada imajinasi dan khayalan seseorang. Sehingga hasil tulisan seorang pengarang biasa diiiiiebut karya fiksi.

Mulai menulis dari pengalaman pribadi
Setiap orang pastilah punya pengalaman belajar, pengalaman membaca dan pengalaman pribadi. Kita dapat mulai menulis dg menuliskan pengalaman pribadi kita yg paling berkesan. Sebagai contoh,  sepanjang  pagi  hari ini hingga menjelang siang, tentulah banyak pengalaman atau kejadian yang menimbulkan kesan mendalam dan kitapun dapat mulai menuliskannya. Ambil atau mintalah selembar kertas kosong.
  • Sekarang tuliskan apa pengalamn yg paling berkesan hari ini
  • Kapan waktu tepatnya kejadian yg kita alami itu terjadi
  • Dimana saat itu kita berada
  • Dengan siapa saja yg terlibat, atau siapa saja yang membantu
  • Coba ingat-ingat kembali kira_kira mengapa kejadian tersebut timbul
  • Kemudian, apa pesan utk org lain, keluarga, masyarakat atas kejadian yg kita alami
Dengan begitu ALHAMDULILLAH, kita sudah bisa menulis.  Semoga tulisan kita jadi ibadah sekaligus menjadi amal kebaikan. Bagaimana caranya? Teruslah menulis, dan menyampaikann hal-hal yang baik. Dengan semangat berlomba-lomba berbuat  kebaikan, maka kita akan bersemangat untuk terus menulis dan menyampaikan hal-hal yang bermanfaat.

Penutup


Kunci  sebuah tulisan,adalah kemampuan memilih kata, merangkainya dlm kalimat efektif, dan mengembangkannya dlm sebuah paragraf yang berurutan. Jika paragraf     berhasil kita ciptakan, sebenarnya itu sudah cukup. Namun jika masih banyak informasi   yang penting yg ingin kita sampaikan, kita dapat meempuhnya dengan beberapa cara. Diantara cara tersebut, adalah melalui teknik kronologis kejadian, urutan proses, kontras atau perbandingan dulu-sekarang, sebelum dan sesudah.

(* Disampaikan pada Workshop penulisan dan pengelolaan website instansi bagi Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kabupaten Kebumen, Tahun 2017 di Ruang Jatijajar Kompleks Pendopo Bupati Kebumen, 28-02-2017

Tuesday, January 24, 2017

Berbagi kebaikan dengan menjadi penulis ala Antoni Ludfi Arifin

Berbagi kebaikan dengan menjadi penulis! Inilah tema sentral dari sebuah buku "Be a Writer" karya seorang dosen, yang telah beberapa kali menerbitkan buku-buku seputar motivasi. Karena dengan menjadi penulis, seseorang sedang menebar pesan, menebar inspirasi, menebar energi hingga membangkitkan semangat  dan kemaslahatan.

Banyak kendala internal
Sayangnya untuk menjadi seorang penulis, seringkali banyak menghadapi kendala. Walaupun kendala atau hambatan tersebut lebih  banyak muncul dari dalam diri kita sendiri. Mengapa bisa begitu? Tentu saja ya, karena sebenarnya setiap orang pada dasarnya cukup memiliki kemampuan untuk berbahasa. Dalam penguasaan bahasa secara lisan, seseorang relatif lebih lancar dalam berkata-kata. Bahkan ketika ada kesempatan ngobrol, seseorang dapat berjam-jam asyik membicarakan sesuatu, tanpa ada hambatan.

Namun, berbeda ketika seseorang harus menuliskan ide atau bahan pembicaraannya dalam tulisan. Nyatanya tidak semua orang dapat menulis, menyampaikan pesan dan idenya secara konstruktif dalam bentuk tertulis. Karena memang dalam bahasa tulis, dibutuhkan ketrampilan dan banyak berlatih. Dalam menulis, membutuhkan kemampuan memilih kata, kemampuan menyusun kalimat serta kemahiran memilih gaya bahasa.

Meneguhkan niat
Kunci keberhasilan dalam menulis adalah banyak berlatih. Namun, mendengar kalimat ini seringkali kita banyak yang menyerah kalah. Akibatnya, banyak orang bermimpi jadi seorang penulis, namun tidak banyak yang kuat memegang teguh impian menjadi penulis, dengan mewujudkannya melalui banyak berlatih. Sehingga di awal penulisan buku ini, Antoni Ludfi Arifin, beerulang-ulang menekankan pentingnya meneguhkan niat. Karena dengan niat yang kuat menulis, kita dapat membagi kebaikan dan membagi ilmu yang bermanfaat. Bukankah yang demikian ini, merupakan investasi dunia-akhirat?

Setelah memiliki kemauan dan niat yang kuat, maka untuk menjadi seorang penulis tinggalah mengatasi hal-hal teknis yang dapat diasah dan dipelajari sambil terus menulis. Hal-hal teknis tersebut menyangkut kemampuan menggali dan mengeksplorasi ide, memilih kata dan menggunakan kalimat yang "menyihir", mengembangkan wacana dan tema tulisan, hingga tulisan jadi dan mengirimkan naskah ke penerbit.

Membaca sebagai bekal menulis 
Hal-hal teknis di atas  yang dibahas dalam buku yang di katapengantari oleh Prof. DR. Erika Revida Saragih, M.Si tersebut dengan mudah dapat kita peroleh, ketika kita juga banyak membaca. Karena dengan membaca kita dapat mengetahui dan memperoleh pengalaman praktek penulis lain menyelesaikan hasil karyanya. Dengan membaca, dapat memperkaya kemampuan teknis yang sudah kita miliki.

Sunday, January 1, 2017

Tahun baru, Dinas baru

Tahun 2017 menghadirkan suasana baru, bagi pekerjaanku. Menyusul telah dilantiknya seluruh pejabat di lingkungan pemerintah kabupaten Kebumen oleh Bupati Ir. HM.Yahya Fuad, SE. Jumlah pejabat yang dilantik kali ini terhitung paling banyak, karena melibatkan lebih dari 800 orang pejabat. Pelantikan kali ini dilakukan dalam rangka perubahan nomenklatur organisasi perangkat daerah (OPD) yang baru.


Dinas baru itu, bernama KOMINFO
Kali ini aku memperoleh penugasan baru di Dinas Kominfo (Diskominfo) Kabupaten Kebumen. Diskominfo merupakan OPD baru setelah dipisah dari Dinas Perhubungan. Diskominfo memiliki tugas pokok melaksanakan urusan dalam bidang pengelolaan data elektronik (PDE) dan bidang Komunikasi dan Informasi Publik.

Di bidang pengelolaan data elektronik, menjalankan urusan perencanaan dan pengembangan infrastruktur jaringan data elektronik, statistik dan integrasi sistem informasi serta urusan sandi dan telekomunikasi. Sementara itu, di bidang komunikasi dan informasi publik menjalankan urusan penyiaran termasuk pengelolaan Ratih-tv Kebumen dan Radio In-FM, Dessiminasi informasi dan analisis media, serta menjalankan urusan pengembangan media alternatif.

Banyak yang harus dibenahi
Bertugas di Dinas yang secara kelembagaan baru lahir, ternyata banyak hal yang menjadi tantangan dan harus dibenahi, termasuk struktur Kepala Dinas belum terisi, gedung yang sangat tidak memenuhi syarat menampung pegawai, serta terbatasnya tenaga administrasi.

Yang berbeda mutasi kali ini, selain menerima surat penempatan di tempat kerja yang baru, aku juga menerima surat perintah dari Bupati sebagai pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Kominfo. Tugas ini sangat mengejutkan aku juga sekaligus menjadi tantangan. Karena disamping tugas pokokku sebagai sekretaris, juga harus menjalankan fungsi-fungsi sebagai kepala dinas. Dengan berbekal kewenangan, tugas pokok dan fungsi Diskominfo yang diatur dalam Perda Kabupaten Kebumen Nomor 7 tahun 2016 dan Perbup Kebumen Nomor 77 tahun 2016, aku mulai melangkah melalui pendekatan manajemen berbasis kinerja. Sebagai lembaga pemerintah yang memberikan pelayanan publik kepada masyarakat, aku berfikir bahwa produk atau hasil kerja dinas memiliki nilai kemanfaatan yang tinggii dengan proses layanan yang efektif dan efisien.

Tantangan di tempat kerja baruku ini adalah gedung. Saat ini Dinas Kominfo yang terdiri dari bidang  PDE dan bidang IKP serta unit sekretariat, menempati lokasi bidang kominfo lama di kompleks Dinas perhubungan. Jika dulu, bangunan itu sangatlah memadai untuk lokasi kerja satu bidang kominfo, namun dengan kondisi Dinas Kominfo saat ini, bangunan itu sangatlah minimalis yang padat penghuni.Belum lagi dari luas bangunan yang tersedia, hanya sekitar 70 % untuk kantor, karena 30% lainnya adalah ruang penyimpanan alat dan pengelolaan data center, server dari seluruh aplikasi sistem informasi dari banyak OPD di lingkungan Pemkab Kebumen. Aku jadi teringat syair lagu tempo dulu "gang kelinci". Dalam satu lahan bangunan yang sempit kami hidup, bekerja berinteraksi dengan berdesak-desakan. Persis kaya anak kelinci. Belum lagi lokasi bangunan gedung itu berhimpit antara halaman kantor dengan lahan parkir Dishub untuk kendaraan umum yang akan melakukan cek fisik kendaraan roda empat. Seringkali kami kesulitan masuk parkiran kantor atau keluar parkir, karena terhalang oleh berbagai jenis kendaraan yang berderet antri menunggu giliranuntuk uji dan cek fisik kendaraan.Meskipun di dalam rapat

Keterbatasan sumber daya staf, anggaran kegiatan perkantoran dan peralatan kerja
Selain keterbatasan infrastruktur gedung dan tempat kerja,  di Diskominfo, juga mengalami kelangkaan staf, terutama staf administrasi. Tenaga staf yang ada di Diskominfo saat ini kebanyakan staf teknis baik di bidang PDE maupun bidang KIP. Staf teknis yang ada meliputi pranata komputer, jaringan, pemrogragaman, multimedia dll sebagai tim teknis di bidang-bidang yang ada. Meskipun, dari Setda Kebumen sebenarnya sudah mengantisipasinya dengan melakukan redistribusi staf, terutama ke organisasi perangkat daerah yang baru. Namun, pada kenyataannya di lapangan dapat berjalan berbeda. Sebagai contoh kecil, masih ada keinginan unsur kantor dinas yang lama untuk mempertahankan staf lamanya untuk tetap berada di lingkungannya. Sehingga tidak jarang, seorang staf sudah menerima penugasan ke suatu kantor dinas, namun oleh kantor dinas lamanya tidak mau "melepasnya" dengan tidak membuatkan surat penghadapan.

Dalam hal anggaran, sebenarnya perubahan adanya kantor dinas baru sudah diantisipasi penganggarannya. Namun karena anggaran disiapkan oleh pegawai yang dulu berada di bidang teknis, kurang mengetahui detail kebutuhan-kebutuhan sekretariat. Akibatnya beberapa kebutuhan untuk administrasi perkantoran sangatlah minim, bahkan untuk biaya suatu kegiatan yang nyaris tidak ada, atau hanya cukup untuk beberapa bulan, seperti kebutuhan anggaran listrik, air dan biaya telpon kantor.

Tugas ke depan: menuju pelayanan prima Diskominfo
 Untuk mewujudkannya, perlu adanya tata-nilai organisasi yang menjadi inspirasi dan semangat seluruh orang-orang yang ada di dalamnya untuk mewujudkannya, diantaranya:
·         Kejelasan pelayanan. Mengupayakan paparan yang jelas melalui papan informasi atau petunjuk yang mudah dipahami dan diperoleh pada setiap tempat/ lokasi pelayanan sesuai dengan kepentingannya menyangkut prosedur /tata cara pelayanan, pendaftaran, pengambilan sample atau hasil pemeriksaan, biaya / tarif pelayanan serta jadwal / waktu pelayanan.
·         Sesuai aturan perundangan. Setiap aturan tentang prosedur / tata cara / petunjuk seperti yang tersebut diatas harus dilaksanakan secara tepat, konsisten, konsekuen sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku.
·         Pemenuhan hak dan kewajiban. Hak dan kewajiban pemberi atau penerima pelayanan diatur secara jelas setiap persyaratan yang diwajibkan dalam rangka menerima pelayanan harus mudah diperoleh dan berkaitan langsung dengan kepentingan pelayanan serta tidak menambah beban masyarakat penerima pelayanan.
·         Terbuka untuk perbaikan. Tersedia loket informasi dan kotak saran bagi penerima pelayanan yang mudah dilihat / dijumpai pada setiap tempat pelayanan. Saran yang masuk harus selalu dipantau dan dievaluasi, bila perlu diberi tanggapan atau tindak lanjut dalam rangka upaya perbaikan dan peningkatan mutu pelayanan.
·         Profesional. Penanganan proses pelayanan sedapat mungkin dilakukan oleh petugas yang berwenang atau kompeten, mampu terampil dan professional sesuai spesifikasi tugasnya. Setiap pelaksanaan pemberian pelayanan dan hasilnya harus dapat menjamin perlindungan hukum dan dapat dijadikan alat bukti yang sah.
·         Keramahan dan kedekatan. Selalu diupayakan untuk menciptakan pola pelayanan yang penuh keramahan dan kedekatan, tepat sesuai dengan sifat dan jenis pelayanan yang bersangkutan dengan mempertimbangkan efisiensi dan efektivitas dalam pelaksanaannya.
·         Tanpa pungli. Jika ada biaya atau tarif pelayanan harus ditetapkan secara wajar dengan memperhitungkan kemampuan masyarakat. Hendaknya diupayakan untuk mengatur mekanisme pungutan biaya yang memudahkan pembayarannya dan tidak menimbulkan pungutan liar dan biaya tinggi.
·         Netralitas dalam pelayanan. Pemberian pelayanan dilakukan secara tertib, teratur dan adil, tidak membedakan status social masyarakat. Cakupan / jangkauan pelayanan diupayakan seluas mungkin dengan distribusi yang merata.
·         Kenyamanan. Kebersihan dan sanitasi lingkungan tempat dan fasilitas pelayanan harus selalu dijamin untuk mewujudkan kenyamanan, melalui pelaksanaan pembersihan secara rutin dan penyediaan fasilitas pembuangan sampah / kotoran secukupnya sesuai dengan kepentingannya.
·         Partisipasi. Selalu diupayakan agar petugas memberikan pelayanan dengan sikap ramah dan sopan serta berupaya meningkatkan kinerja pelayanan secara optimal dengan kemampuan pelayanan yang tersedia dalam jumlah dan jenis yang cukup, serta mendorong tumbuhnya partisipasi masyarakat.