Wednesday, October 9, 2024

Inilah tiga karya tulis terbaik dari Workshop Menulis tema pasca penetapan Geopark Kebumen menjadi UNESCO Global Geopark


#1 Melalui pemanfaatan kawasan geopark  menjadi daerah swasembada pangan untuk mengatasi kemiskinan di 
Kebumen

Ariffiawan, PNS tinggal di Kebumen

Kabupaten Kebumen menempati urutan kpertama sebagai kabupaten dengan prosentase penduduk miskin terbanyak di Provinsi Jawa Tengah. Komponen penentu besarnya prosentase jumlah penduduk miskin adalah distribusi pengeluaran perkapita antar golongan pendapatan dan tingginya garis kemiskinan. Data sementara angka pengeluaran perkapita penduduk dari Badan Pusat Statistik menunjukkan masih ada Kabupaten Lain yang angka pengeluaran perkapita penduduk lebih rendah dari Kabupaten Kebumen. Di sisi lain pendapatan perkapita penduduk Kabupaten Kebumen juga bukanlah yang terendah di Jawa Tengah. 

Mencermati data kemiskinan di Kebumen

Garis kemiskinan adalah jumlah rupiah minimal yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pokok makanan dan non-makanan per hari. Garis kemiskinan digunakan sebagai alat ekonomi untuk mengukur tingkat kemiskinan suatu negara /wilayah dan mempertimbangkan kebijakan untuk menanggulanginya. Apabila dilihat lebih detail bahwa ternyata garis kemiskinan yang ditetapkan oleh Badan Pusat Statistik di Kabupaten Kebumen jauh lebih tinggi dari beberapa kabupaten lain. Artinya seseorang dengan pendapatan yang sama akan dikatakan miskin di Kabupaten Kebumen namun tidak miskin di Kabupaten lain karena biaya hidup bagi penduduk di Kabupaten Kebumen dianggap lebih mahal dari Kabupaten lain. 

Data kemiskinan di Jawa Tengah Tahun 2024 yang diterbitkan BPS menunjukkan bahwa garis kemiskinan di Kabupaten Kebumen sebesar Rp 471.824,- dengan prosentase penduduk miskin 15,71 %. Membandingkan dengan Kabupaten Magelang yang berada di peringkat 20 garis kemiskinan ditetapkan hanya Rp 431.289,- dengan prosentase penduduk miskin 10, 83 %. Data Kabupaten Temanggung yang menempati urutan 12 angka garis kemiskinan sebesar Rp 416.006,- dengan prosentase 8,67 %. Penulis belum mendapat referensi seberapa penurunan angka kemiskinan untuk setiap ribu rupiah penurunan garis kemiskinan, namun penulis memiliki keyakinan bahwa setiap ribu rupiah penurunan garis kemiskinan akan mengurangi prosentase penduduk miskin setelah memperhatikan nilai P1 dan P2 di Kabupaten Kebumen. 

Strategi pengentasan kemiskinan

Mendasari telaah tersebut Upaya penurunan jumlah penduduk miskin dapat dilakukan dari dua sisi sekaligus. Pertama dengan menaikan pendapatan perkapita yang tentu akan berbanding lurus dengan pengeluaran perkapita. Yang kedua dengan menekan angka garis kemiskinan dengan berbagai kebijakan untuk menekan penurunan harga kebutuhan bahan pokok. 

Dua aspek ini bisa dilaksanakan secara simultan dalam satu kata sederhana yang disebut “swasembada”. Artinya apabila Kabupaten Kebumen berubah dari kabupaten penerima produk menjadi Kabupaten Penghasil yang dapat mencukupi kebutuhannya sendiri maka sektor pendapatan meningkat karena produksi yang digenjot sekaligus sektor pengeluaran turun karena harga produk menjadi lebih murah. Saat ini harga bahan pokok dikabupaten Kebumen dianggap lebih mahal dari kabupaten lain karena merupakan produk yang didatangkan dari Kabupaten lain. 

Menjadikan Kebumen sebagai daerah swasembada pangan

Pengakuan Kabupaten Kebumen sebagai Unesco Global Geopark (UGG) bisa dijadikan momen kesempatan emas membangunkan macan tidur. Potensi luar biasa sepanjang Karangbolong-Karangsambung yang selama ini belum digarap secara optimal bisa dirintis mengingat konsekuensi pengakuan UGG yang harus memberikan dampak ekonomi sekaligus tetap menjaga kelestarian. Yang paling selaras dengan aspek ekonomi dan ekologi adalah sektor pertanian dan pariwisata. Apabila dibandingkan dengan Kawasan perbukitan dengan Kabupaten Lain semisal Magelang, Temanggung, dan Wonosobo terlihat cukup kontras terkait pemanfaatan lahan miring di Kabupaten Kebumen. Lahan tersebut gersang dan hanya berupa sawah tadah hujan. Pemenfaatan masih sangat terbatas untuk padi sekali tanam dan tembakau yang juga terbatas. Kalopun ada yang mendapatkan mata air jumlahnya tidak sebanding dengan luasan lahan yang tersedia. Kendala ketersediaan air pada saat kemarau yang menyebabkan tidak dapat berproduksi sepanjang tahun karena petani membiarkan saja lahannya kering tidak ditanami. Agak berbeda memang untuk sedikit lahan yang ada di Desa Sadang Wetan dan Kawasan Karst Karangbolong. Di Sadang Wetan terdapat Dam di hulu sungai Lukulo yang dialirkan ke sawah-sawah. Sedangkan Kawasan karangbolong keutara terdapat banyak mata air abadi yang dapat dialirkan sepanjang tahun kerumah-rumah dan ladang. Sehingga dikedua kawasan tersebut pertanian bisa berjalan sepanjang tahun. Namun luasanya masih sangat kecil dibandingkan lahan yang tidak mendapatkan air.

Mengatasi masalah ketersediaan air di area perbukitan memang tidak mudah. Beberapa Langkah telah ditempuh pemerintah dengan pembuatan saluran irigasi maupun Pembangunan embung. Namun pembangunan embung yang sudah dibuat di beberapa desa tidak efektif karena embung hanya bisa menampung air hujan yang jumlahnya terbatas dan tidak dapat diandalkan untuk mencukupi kebutuhan di musim kemarau. Ketiadaan saluran masuk (inlet) embung menyebabkan air yang ditampung sepanjang musim penghujan akan habis dalam beberapa hari saja. Pembangunan saluran irigasi baik yang dilakukan Dinas Pekerjaan Umum maupun Dinas Kehutanan yang memangku wilayah hutan juga hanya memanfaatkan air sepanjang musim penghujan. Irigasi yang ada otomatis kering bahkan sebelum musim kemarau masuk. 

Sepertinya kita perlu belajar dari Kabupaten Lain dalam hal penyediaan air dikawasan perbukitan. Kabupaten tetangga yang berhasil memanfaatkan bukit-bukit menjadi lahan pertanian yang subur dan dapat menghasilkan sayur mayur sepanjang tahun. Kabupaten Banyumas pernah melakukan eksplorasi banyak titik sumur dalam di perbukitan. Sumur-sumur yang disebut Jaringan Air Tanah (JIAT) yang kedalamnya bahkan lebih dari 200 meter. Sebagai informasi bahwa pelaksana pekerjaan pembuatan sumur dalam tersebut merupakan penyedia yang berasal dari Kebumen. Maka perlu dilihat lagi seberapa efektif Pembangunan sumur JIAT disana dan apakah dapat menyediakan kebutuhan irigasi disana. Irigasi dimaksud tidak harus berupa air yang mengalir secara berlimpah kesawah-sawah. Namun ketersediaan air di area sekitar sawah/ ladang juga sudah cukup sehingga petani dapat mengakses dengan pipa-pipa atau bahkan jika perlu menyediakan mesin sedot pompa air.

Memanfaatkan potensi kawasan Geopark

Penyediaan air ini memang tidak murah sehingga pemanfaatanya juga harus tepat dengan pilihan produksi pertanian yang ekonomis. Perilaku petani juga harus diubah dari yang hanya pasrah menanam padi mengikuti musim menjadi pejuang yang siap berinvestasi menanam komoditas hortikultura diluar tembakau. Sebagai perbandingan petani lahan tadah hujan di Kawasan urutsewu menanam padi hanya saat musim hujan. Sedangkan saat kemarau mereka menanam produk hortikultura yang tidak membutuhkan air dalam jumlah banyak namun bernilai ekonomis karena pengeluaran mereka untuk operasional mesin sedot air, pupuk, dan obat-obatan juga bertambah. Sehingga wajar apabila saat ini kawasan urut sewu yang tadinya lahan pasir tandus berubah menjadi hijau dengan komoditas sayur-mayur, cabai, buah-buahan, jagung dan kacang tanah. Jika lahan pasir saja bisa berproduksi dengan adanya air tanah maka kami yakin lahan tanah diperbukitan juga bisa menghasilkan yang besar kemungkinan Kabupaten Kebumen menjadi swasembada produk hortikultura dan jawara di Jawa Tengah.

##2  Diperlukan strategi edukasi berkelanjutan untuk melestarikan Geopark Kebumen

Binti Murtaziqoh, Mahasiswa tinggal di Kebumen

Setelah Geopark Kebumen resmi diakui UNESCO sebagai Geopark Dunia, langkah yang harus kita ambil selanjutnya adalah dengan menjaga keberlanjutannya dengan pendekatan yang terencana dan berkelanjutan terutama melalui pendidikan. Pengakuan ini memberikan peluang besar untuk mempromosikan Geopark Kebumen ke tingkat internasional, namun juga membawa tanggung jawab yang besar untuk memastikan kelestarian alam dan budaya yang ada di dalamnya. Melalui pendekatan pola diseminasi, advokasi, mitigasi, dan konservas, kita dapat menjaga Geopark Kebumen agar tetap lestari dan bermanfaat bagi generasi mendatang. Pengakuan ini bukan sekadar kebanggaan, namun juga sebuah tantangan untuk mengelola dan melestarikan kekayaan alam Kebumen secara bijaksana.

Sebagai langkah awal yang perlu dilakukan adalah memastikan masyarakat baik lokal maupun pengunjung, memahami pentingnya Geopark Kebumen. Hal ini bisa dilakukan melalui berbagai program edukasi mulai dari sekolah-sekolah hingga promosi atau kampanye di media sosial. Informasi harus terus disebarluaskan agar kesadaran masyarakat juga terus meningkat. Semakin cepat program edukasi ini dimulai, maka semakin baik dampaknya terhadap kesadaran publik. Selain itu, pengakuan UNESCO ini harus menjadi momentum awal untuk menanamkan rasa memiliki dan tanggung jawab terhadap geopark baik di kalangan anak-anak sekolah maupun masyarakat umum.

     Kita dapat memulai dari komunitas lokal yang ada di sekitar Geopark Kebumen. Masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan ini memegang peran penting sebagai penjaga pertama wilayah Geopark Kebumen. Mereka harus diberdayakan dan diberikan pemahaman yang mendalam mengenai cara menjaga keseimbangan antara pelestarian alam dan pengembangan pariwisata. Selain di masyarakat lokal program edukasi dan advokasi juga harus menyasar ke sekolah-sekolah, universitas, serta pusat informasi di Kebumen agar lebih banyak orang yang tau dan memahami nilai Geopark Kebumen. Kolaborasi antara pemerintah daerah, lembaga pendidikan, dan organisasi lokal sangat penting untuk mewujudkan program melestarikan Geoparak Kebumen.

     Kenapa hal ini begitu penting? Karena pengakuan sebagai geopark dunia tidak hanya membawa kehormatan dan perhatian internasional, tetapi juga membuka peluang besar bagi peningkatan sektor pariwisata serta pertumbuhan ekonomi di Kebumen. Dengan status ini, Geopark Kebumen berpotensi menarik lebih banyak wisatawan, baik domestik maupun mancanegara yang pada gilirannya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat lokal dan memajukan infrastruktur wilayah. Namun, tanpa adanya pengelolaan yang tepat dan strategi yang terukur status tersebut juga bisa menjadi ancaman serius bagi kelestarian alam jika terjadi eksploitasi berlebihan dan tidak terkendali yang akan merusak ekosistem unik dan keseimbangan lingkungan di kawasan tersebut. Oleh karena itu, peran edukasi sangat krusial dalam memastikan bahwa baik masyarakat lokal maupun wisatawan memahami nilai penting dari geopark ini, sehingga mereka lebih menghargai, menjaga, dan terlibat dalam upaya pelestarian. Edukasi yang berkelanjutan tidak hanya akan mengajarkan pentingnya menjaga lingkungan tetapi juga akan mendorong partisipasi aktif semua pihak dalam melindungi warisan alam ini agar tetap lestari untuk generasi mendatang.

     Contoh nyata bisa kita lihat dari Geopark Batur yang ada di Bali, di mana masyarakat lokal dilibatkan secara aktif dalam program pelatihan sebagai pemandu wisata serta pelindung alam. Hasilnya, masyarakat tidak hanya mendapatkan manfaat ekonomi dari wisatawan, tetapi juga ikut serta dalam menjaga lingkungan. Di Geopark Kebumen, pendekatan serupa bisa diterapkan dengan melibatkan masyarakat lokal dalam pelatihan terkait konservasi alam dan budaya. Selain itu, Geopark Gunung Sewu telah sukses melibatkan masyarakat dalam mitigasi bencana seperti longsor, sebuah langkah yang relevan mengingat kondisi geologi di Kebumen yang juga rawan bencana.

     Kita dapat memastikan bahwa Geopark Kebumen akan tetap lestari dan berkelanjutan dengan menerapkan strategi yang tepat. Sosialisasi dan dukungan berperan penting dalam meningkatkan kesadaran masyarakat, sementara mitigasi diperlukan untuk mengurangi risiko kerusakan lingkungan. Konservasi menjadi langkah penting untuk menjamin kelestarian Geopark Kebumen. Harapannya dengan partisipasi aktif dari masyarakat lokal, dukungan kebijakan pemerintah, serta kerja sama dari berbagai pihak, Geopark Kebumen dapat menjadi contoh geopark yang dikelola secara baik, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di dunia internasional. Selain menjaga kelestarian alam dan warisan budaya, pengelolaan yang baik ini juga berpotensi membuka peluang bagi pengembangan ekonomi dan pendidikan yang lebih luas bagi masyarakat sekitar.


#3 Berharap peran lebih dari komunitas   dalam melakukan edukasi Geopark Kebumen

Alisa Amelia, Mahasiswa, tinggal di Kebumen

Kebumen adalah salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang memiliki kondisi geografis yang beragam, mulai dari perbukitan, pesisir pantai, daerah geologi serta dataran rendah yang memiliki potensi pariwisata cukup tinggi. Salah satu potensi terbesar di Kebumen yang tidak dimiliki oleh kabupaten lain di Jawa Tengah adalah Geopark. Geopark Kebumen sudah diakui oleh UNESCO pada tahun 2024 sebagai UNESCO Global Geopark (UGGp). Daerah yang telah menjadi UGGp antara lain Geopark Karangsambung-Karangbolong, Geosite Watukelir, Gunung Parang dan Cangkring di bagian Kebumen Utara. 

Dengan adanya Geopark Kebumen sebagai situs geologi, diharapkan bisa menjadi sumber media pembelajaran bagi semua orang yang tertarik mempelajari batuan. Hal ini diperlukan adanya kontribusi pemerintah untuk menjalankan program ini. Di wilayah Karangsambung, sudah didirikan BRIN sebagai Badan Riset dan Inovasi Nasional. BRIN berfungsi sebagai pusat riset kebumian dan sumber penelitian bagi para ahli geologi dan mahasiswa sebagai salah satu infrastruktur yang disediakan oleh pemerintah. Di situs ini, terdapat tempat pertemuan antara lempeng Samudra Hindia dengan Benua Asia yang mengakibatkan terdapat banyak lempeng batuan beraneka jenis dan berusia jutaan tahun lalu di wilayah Geodiversitas ini. Di dalam pengelolaannya, BRIN juga bekerjasama dengan beberapa universitas, sekolah dan instansi dari berbagai kota di Indonesia untuk penelitian batuan atau kunjungan studi. 

Dalam mengembangkan Geopark Kebumen di bidang edukasi, pemerintah kabupaten Kebumen juga membentuk berbagai komunitas Geopark. Komunitas Geopark tersebut antara lain Kebumen Geopark Youth Forum dan Sekolah Bumi. Sekolah Bumi adalah komunitas berjangka pendek yang dilakukan tiap hari minggu selama enam minggu sebagai wadah pembelajaran geologi dan potensi di wilayah Kebumen yang diikuti oleh tiga puluh peserta dari beragam usia. Sedangkan Kebumen Geopark Youth Forum adalah wadah kesempatan untuk remaja berusia 16 - 30 tahun dengan tujuan menyadarkan masyarakat tentang pentingnya memanfaatkan sumber daya alam dan budaya secara bijak berdasarkan prinsip geopark. Kebumen Geopark Youth Forum sudah melakukan banyak kegiatan, antara lain geopark goes to school, edukasi dan penanaman mangrove, webinar tentang potensi bencana alam di kabupaten Kebumen dan kegiatan lainnya. Kegiatan dalam komunitas ini bertujuan meningkatkan skill para anggotanya dan memberikan edukasi kepada masyarakat, pelajar dan khalayak luas pengenalan tentang Geopark Kebumen. 

Geopark Kebumen tidak hanya sebatas batuan, tetapi terdapat banyak potensi daerah di Kebumen. Potensi tersebut antara lain Mata Air Panas Krakal yang dipercaya bisa menyembuhkan berbagai penyakit kulit. Air panas ini berasal dari patahan dalam serta pengaruh gradian geotermal, dengan kandungan sulfur rendah dan tinggi garam. Sedangkan keragaman alam meliputi Hutan Pager Jawa, kelapa genjah entok, jambu kristal, sapi PO dan hutan Mangrove. Keragaman budaya dan kerajinan yang dimiliki oleh kabupaten Kebumen adalah tari Cepetan, anyaman pandan, kerajinan bambu, genteng Soka dan batik Tanuraksan. Dengan banyaknya potensi yang dimiliki oleh kabupaten Kebumen dan telah menjadi  UNESCO Global Geopark (UGGp) diharapkan bisa menjadi tujuan eduwisata bagi pelajar, mahasiswa maupun wisatawan dari berbagai kota di Indonesia maupun mancanegara. Sebagai media pembelajaran mengenai geosite, kekayaan alam dan budaya di kabupaten Kebumen.